Sudah lebih dari dua tahun berlalu, namun Arya diam-diam masih mencari keberadaan Jasmin, sehari semenjak dirinya datang ke rumah sakit untuk menanda tangani surat persetujuan pengangkatan janin dan juga pengucapan talak, Arya datang kembali ke rumah sakit, dia ingin melihat bagaimana keadan Jasmin pasca pengangkatan janin buah hati mereka, namun ternyata pihak rumah sakit mengatakan kalau Jasmin sudah di pindahkan ke rumah sakit lain, dan pihak rumah sakit tak bisa mengatakan ke rumah sakit mana Jasmin di pindahkan atas permintaan keluarga yang meminta hal itu di rahasiakan pada siapapun.
Sempat beberapa kali Arya menghubungi Gita, barangkali wanita yang dulu tergila-gila padanya dan pernah di peralatnya untuk mendekati Dimas itu mengetahui sesuatu tentang Jasmin, namun kenyataannya nihil, Karena kini bahkan Gita sudah tidak bersama Dimas lagi.Sungguh berbagai jalan untuk sekedar mengetahui kabar Jasmin yang sagat ingin di ketahuinya itu sepertinya sudah sangat bEntah harus di katakan sebagai penyesalan atau apa, Arya pun tak bisa menyimpulkannya, yang jelas selama dua tahun terakhir ini, semenjak kepergian Jasmin yang entah kemana membuat selalu di penuhi banyak kata 'andai' dalam dirinya.Andai dirinya tak berbuat jahat pada Jasmin, andai dirinya menjaga Jasmin saat dia mengandung anaknya, andai dia tak harus menanda tangani surat yang persetujuan aborsi anaknya, semua andai itu seakan menjadi cambuk yang terus menyiksanya dari waktu ke waktu selama leebig dari dua tahun belakangan ini.Arya pikir setelah lama berlalu dia akan lebih bisa memaafkan dirinya dengan berbuat baik dan menjalani rumah tangga dengan Maya dengan sebagaimana mestinya, Arya juga mengira kalau dia akan cepat melupakan Jasmin karena sejak awal dia tak pernah mencintainya, hubungan mereka hanya berawal dari kebencian dan rasa dendam dirinya pada keluarganya. Namun ternyata, semakin dia berusaha melupakan, maka semakin jelas rasa bersalah dan waja
"Mau kemana pagi-pagi begini, Mas?" tanya Maya yang merasa heran, karena tidak biasanya Arya pergi pagi sekali, dia sudah bukan pekerja kantor yang tiap hari harus berangkat pagi dan pulang sore, semenjak punya usaha sendiri, meski tiap hari datang ke toko dan bengkel mebelnya, tapi biasanya itu agak siangan , bukan di jam-jam anak berangkat sekolah seperti ini."Aku ada janji bertemu klien pagi ini." Jawab Arya santai.Arya sungguh pandai menyembunyikan kebohongan di wajahnya, sehingga dengan mudahnya Maya percaya dengan ucapannya yang mengaku akan bertemu klien, padahal dia hendak menyelidiki keberadaan alamat rumah dokter Niko yang dia dapat dari perawat rumah sakit kemarin, tiba-tiba saja dia ingin mencari tahu tentang kehidupan Niko, dan penasaran dengan sosok istri Niko yang telah memberinya seorang putri se lucu Nirel.Tuhan seperti memberinya karma terlalu cepat, semenjak berpisah dengan Jasmin, tak seharipun hidup Arya mengalami kebahagiaan, jika
Karena merasa sangat penasaran dengan pertanyaan yang mengganjal di dalam dadanya, Arya memutuskan untuk bertahan dan berdiam diri di dalam mobilnya yang di parkir di seberang sekolah taman kanak-kanak di mana tempat Nirel bersekolah, entah mengapa, hati kecilnya mengatakan kalau dia akan menemukan jawaban itu jika dia bersabar menunggu di sana.Benar saja, tepat pukul dua belas siang, saat jam sekolah sudah selesai, satu persatu murid di jemput orang tuanya, mata Arya kini terus terkunci ke arah penjemputan, belum terlihat Nirel keluar dari sana, itu berarti bocah perempuan lucu yang menarik perhatiannya itu belum ada yang menjemput.Jantung Arya seperti berhenti berdetak saat seorang wanita turun dari mobil sedan berwarna merah terang, "Jasmin?!" Gumam Arya dengan suara terbata.Dua tahun lebih berlalu, hampir tidak ada yang berubah dari Jasmin, tubuhnya tetap ramping, potongan rambutnya tetap panjang tergerai, yang membedakan hanyalah sudut pandang Arya
Sekitar empat puluh menit berlalu, jasmin yang baru saja menyelesaikan belanja untuk keperluan dapurnya, merasa sangat kaget karena Nirel tidak ada di arena bermain itu, saat dia bertanya pada pernjaga arena bermain itu, mereka mengatakan kalau Nirel pergi bersama seorang pria yang merupakan teman ayahnya, bahkan itu di katakan oleh Nirel sendiri. Sontak saja Jasmin merasa panik dan ketakutan, seorang pria? teman Niko? Mereka baru pindah beberapa minggu ke kota itu, tak banyak yang Nirel kenal selain beberapa teman Niko di rumah sakit karena Nirel sesekali ikut Niko bekerja, Niko sangat memnjakan Nirel, sehingga dia tidak akan tega meninggalkan Nirel, jika bocah itu merengek minta ikut dengannya, bahkan itu untuk bekerja sekali pun.Jasmin sangat panik, dia terus melihat kesana kemari, berlarian di sekitar arena bermain itu mencari-cari barangkali Nirel berada di sana, namun ternyata nihil. Sampai pada akhirnya,"Mama,,,," teriak Nirel sambil berhambur memeluk Jasmin ya
"Jasmin, apa dia putri ku?" tanya Arya yang menjegal langkah Jasmin dan Nirel dan berdiri mengghalangi langkah ibu dan anak itu."Apa kau mabuk? Beraninya mengatakan hal itu di depan anak ku, tentu saja ini anak ku, bukan anak mu. Dasar pria gila!" Jasmin menyingkirkan tubuh Arya yang menghalanginya dengan mendorongnya kasar.Sungguh Jasmin tidak menyangka jika Arya akan seberani itu mempertanyakan mengenai status Nirel, bahkan di hadapan putrinya secara langsung, apa Arya tidak memikirkan bagaimana psikologi Nirel nantinya setelah mendengar pertanyaannya itu. Nirel mungkin masih kecil, tapi bocah itu pasti mengerti, karena entah mengapa bocah itu selalu lebih pintar di banding bocah-bocah seusianya."Jasmin, tunggu aku! Ada hal yang harus kita bicarakan." Arya masih berusaha mengejar Jasmin yang terus menghindar dari Arya dan melangkah dengan langkah yang tergesa agar bisa lebih cepat meninggalkan pria yang pernah menyakiti dirinya di masa lalu itu, Jasmi
"K-kamu mengikuti ku?" gugup Arya."Kenapa? Bukankah dengan begitu akhirnya aku jadi tahu, jika selama ini kamu di hantui rasa bersalah dan menyesal telah meninggalkan mantan istri mu, apa kamu masih mencintainya?" sinis Maya yang sontak saja membuat Arya gelagapan di buatnya. "Kau keterlaluan, bisa-bisanya kau mengikuti ku secara diam-diam seperti ini, kau anggap aku ini apa, huh?" emosi Arya tiba-tiba saja meledak, entah itu hanya untuk menutupi kegugupan dan mengaburkan kesalahannya, sehingga seolah-olah dalam hal ini Maya lah yang bersalah karena telah menguntitnya. Namun satu yang pasti, Arya kali ini sedang merasa marah dan juga kecewa dengan sikap Jasmin yang tidak memberinya kesempatan bahkan hanya untuk berbicara lebih lama lagi, sehingga Maya menjadi pelampiasan kemarahannya saat ini."Aku menganggap mu pria yang paling mengerti dan mencintai ku, namun ternyata aku salah, karena teryata kau mencintai orang lain, bukankah aku yang seharusnya bert
Tok,,,tok,,,tok!Dengan penuh hati-hati Niko mengetuk pintu kamar Jasmin yang tertutup rapat.Beberpa menit berdiri di depan pintu kayu bercat coklat tua itu, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar, padahal Niko sudah mengulangi ketukan pintunya sebanyak tiga kali."Jas,,, jasmin. Ini aku, apaaku boleh masuk?" tanya Niko memanggil-manggil Jasmin yang masih memilih untuk diam tidak bersuara di dalam kamarnya."Jasmin,,, izinkan aku berbicara dengan mu," sambung Niko lagi masih tetap berusaha.Ternyata usahanya tidak sia-sia, karena suara anak kunci yang di putar dari dalam kini terdengar jelas di telinga Niko, membuat pria itu akhirnya bsa bernafas dengan lega.Jasmin membuka sedikit pintu kamarnya, dia menutupi mata sembabnya dengan rambutnya yang sengaja dia gerai menutupi sebagian wajahnya, namun semua itu sia-sia, karena Niko masih tetap bisa melihat dengan jelas sisa-sisa air mata yang tergenang di di kedua netra coklat indah it
"Tidak perlu memaksakan diri untuk berusaha mencintaiku, percayalah,,, aku tidak akan kemana-mana. Aku akan tetap menunggu hingga kamu benar-benar mencintai ku." Goda Niko pagi itu saat mendapati jasmin yang sudah berada di dapur dengan wajah yang terlihat berkeringat karena menyiapkan bebrapa menu masakan.Hari ini, karena weekend Niko ingin mengajak Jasmin dan Nirel untuk pergi ke salah satu villa milik keluarganya yang berada di pegunungan, Niko ingin membuat jasmin melupakan kesdihan dan ketegangannya akibat pertengkarannya dengan Arya tempo hari, jadilah hari ini Jasmin memasak lebih banyak dari hari biasanya karena sebagian makanannya akan dia bekal untuk pejalanan yang mungkin akan di tempuh selama tiga sampai empat jam itu.Mendengar ucapan Niko, Jasmin menoleh ke arah sumber suara sambil tersenyum lebar. "Orang bilang memikat pria itu harus di mulai dari perutnya, setelah itu maka dia akan menaklukan hatinya." celoteh Jasmin, membuat kini Giliran Ni