Bulir air mata Xena menetes jatuh membasahi pipinya. Mata gadis itu sudah memerah akibat air mata yang terus berlinang. Xena membenci ini. Xena paling membenci menangis hanya karena seorang pria. Akan tetapi, Xena tidak bisa menghentikan air matanya. Seakan air matanya sudah otomatis mengalir hanya karena Morgan Louise.‘Morgan sialan! Berengsek!’ umpat Xena dalam hati. Sungguh, Xena tak mengira Morgan murka hanya karena dirinya masuk ke dalam sebuah kamar. Padahal apa yang dilakukannya, bukanlah tindakan kesalahan.Xena menatap jalanan gelap dengan sorot mata membendung kemarahan. Saat ini, Xena berada di dalam taksi. Gadis itu akan menuju penthouse pribadi miliknya. Bisa saja Xena langsung terbang ke Roma, meninggalkan kota Paris. Akan tetapi, Xena tak mau pulang ke kota di mana orang tuanya tempati dalam keadaan memiliki masalah. Paling tidak Xena harus menenangkan diri lebih dulu.“Nona, boleh tunjukan pada saya alamat apartemenmu lagi? Saya ingin memastikan jalan,” ujar sang sopi
BrakkkTubuh Xena dibanting ke ranjang, hingga membuat Xena terkejut dan menjerit. Beruntung, Morgan tak terlalu kasar membantingnya. Jika saja kasar, mungkin tubuh Xena sudah terbanting hingga tergeletak di lantai.Perlahan Xena mulai bangkit berdiri menghampiri Morgan yang ada di hadapannya. Ya, kini Xena dan Morgan berada di sebuah kamar hotel. Hal tergila adalah Morgan membawa Xena bukan ke mansion pria itu, melainkan ke hotel terdekat.“Morgan, kenapa kau membawaku ke sini!” bentak Xena kuat-kuat. Emosinya Xena semakin menjadi. Pria berengsek itu malah membawanya ke hotel.“Bisakah kau tenang, Xena! Jangan memancing amarahku!” seru Morgan dengan tatapan penuh peringatan pada gadis itu.Xena tersenyum sinis. “Memancing amarahmu? Memangnya apa yang sudah aku lakukan, Hah? Aku hanya masuk ke dalam salah satu kamar di mansionmu. Tidak sama sekali melakukan kesalahan besar. Oh, atau jangan-jangan kau marah, karena aku melihat foto gadis remaja di kamarmu? Iya, Morgan?“Xena berhenti i
“Shit! Xena, kau bodoh sekali!” Xena mengumpati dirinya yang terbangun dalam keadaan tubuh telanjang, dan hanya memakai selimut tebal. Bisa-bisanya dia tergoda oleh pria sialan yang telah mengusirnya itu. Berengsek! Xena terus mengumpat kasar.“Tidak baik, gadis sepertimu mengumpat, Xena.” Morgan mendekat, menghampiri Xena yang duduk di ranjang dengan tubuh yang terbalut oleh selimut tebal. Sudut bibir Morgan terangkat melukiskan senyuman samar melihat Xena di pagi hari nampak sangat cantik. Bagi Morgan, gadis itu akan sangat cantik jika telanjang tak memakai apa pun.Xena menatap dingin Morgan penuh rasa kesal. “Bajingan! Kau benar-benar bajingan, Morgan! Bisa-bisanya kau meniduriku setelah kemarin kau mengusirku dari rumahmu!”Morgan duduk di samping Xena dan berkata, “Aku tidak mengusirmu. Kau sendiri yang pergi.”“Terserah apa katamu! Berbicara denganmu tak akan menuaikan hasil apa pun. Kau akan tetap memegang teguh ego-mu. Menyingkirlah, aku ingin pulang!” Xena bangkit berdiri, d
Gaun mewah warna merah membalut tubuh sexy Xena. Rambut cokelat gadis itu terjuntai sempurna dipadukan dengan make-up bold. Jika dilihat dari depan, gaun merah Xena terbilang masih tertutup karena model lengan panjang. Namun, lekuk tubuh sempurna gadis itu menonjolkan keseksiannya. Dada bulat dan padat serta bokong yang kencang. Pun punggung mulus Xena terekspos indah.Xena selalu menjaga penampilannya. Terlebih sekarang dirinya tengah menjalin hubungan dengan Morgan. Tentu, Xena tidak mau sampai Morgan bosan padanya. Xena selalu ingin cantik di depan Morgan.Xena mengatur napasnya dan memasang wajah angkuh seperti biasa. Malam ini Xena menemani Morgan makam malam di pesta yang diadakan oleh keluarga Biana. Ada rasa tak nyaman, karena bagaimanapun Biana adalah mantan istri Morgan.Saat Xena tengah mematut cermin, Morgan melangkah masuk ke dalam walk-in closet. Tampak tatapan Morgan tak lepas menatap penampilan Xena yang nampak memukau. Morgan bergeming dan tersenyum samar akan keindah
Xena berusaha tersenyum di tengah-tengah lautan manusia yang menikmati pesta. Beberapa kali Morgan mengajak Xena untuk berkenalan dengan para tamu undangan. Tentu tak sedikit yang mengenal Xena. Mengingat gadis itu memiliki nama besar dari sang ayah, hingga membuatnnya banyak dikenal. Akan tetapi, Xena masih beruntung karena keluarga Biana tidak mengundang wartawan untuk hadir. Paling tidak, Xena tak akan langsung mendapatkan cercaan pertanyaan dari keluarganya tentang hubungannya dengan Morgan. Bukan tak mau bercerita, tapi Xena sengaja untuk tidak langsung memberi tahu keluarganya, sampai gadis itu merasa sudah waktu yang tepat.Hati Xena sejak tadi memang merasa tak nyaman. Pun pikiran gadis itu juga tak henti memikirkan apa yang dikatakan oleh Biana. Hanya saja, Xena berusaha menutupi segala keresahan hati dan pikirannya.Jamuan makan malam yang diadakan keluarga Faye berakhir. Morgan mengajak Xena untuk meninggalkan ballroom hotel—tempat di mana keluarga Faye mengadakan jamuan m
“Morgan? Kau dari mana?” Xena menatap Morgan yang baru saja masuk ke dalam kamar. Waktu menunjukan pukul 8 pagi. Awalnya, Xena pikir Morgan berangkat ke kantor, tapi saat Xena bertanya pada pelayan, malah pelayan mengatakan Morgan tak mungkin pergi ke kantor, karena pria itu hanya memakai pakaian biasa, bukan pakaian formal kantor. Terbukti benar. Xena melihat sendiri Morgan hanya memakai celana jeans dan kaus polos berwarna hitam serta jaket kulit hitam yang ada di genggaman tangan pria itu.Morgan melangkah mendekat pada Xena, memeluk pinggang Xena, dan memberikan lumatan di bibir Xena. “Aku bertemu dengan teman lamaku. Dia sedikit memiliki masalah di perusahaan. Jadi aku datang, untuk membantunya.” Morgan menarik tubuh Xena, untuk duduk di sofa terdekat dengan mereka. Ya, Morgan tak mungkin bercerita pada Xena kalau dirinya tadi pergi menemui Biana.Xena mengendus-endus pakaian Morgan. “Kausmu aroma alkohol dan rokok. Apa kau pergi menemui temanmu di klub malam?”Morgan mengangguka
Xena menguap di kala terbangun tengah malam. Perlahan-lahan mata Xena mengerjap beberapa kali dan menoleh ke samping—ranjangnya sudah kosong tak ada siapa pun di sana. Raut wajah Xena berubah sedikit bingung tak ada Morgan di sampingnya. Padahal, tadi dirinya terlelap dalam pelukan Morgan.Xena mengalihkan pandangannya, menatap ke jam dinding—waktu menunjukan pukul 12 malam. Xena yakin pasti Morgan berada di ruang kerjanya. Rasanya tak mungkin Morgan pergi tengah malam.“Lebih baik aku ke ruang kerja Morgan saja.” Xena bergumam pelan, seraya menyibak selimut, dan turun dari ranjang. Xena melangkah keluar meninggalkan kamar. Rasa kantuknya mulai hilang. Mungkin Xena akan kembali mengantuk lagi, jika Morgan ada di sampingnya. Tinggal bersama dengan Morgan, membuat Xena sudah terbiasa akan kehadiran pria itu.“Nona Xena?” sapa sang pelayan di kala Xena baru saja keluar kamar.Xena menatap pelayan itu. “Apa kau melihat Morgan?” tanyanya.“Tuan Morgan ada di ruang kerjanya, Nona,” jawab sa
Keesokan hari, Xena bangun pagi bersamaan dengan Morgan. Tatapan wanita itu menunjukan jelas kemuramannya. Hari ini Morgan akan terbang ke Athena. Akan tetapi, hati Xena benar-benar tak rela Morgan pergi. Sejak Xena menjalin hubungan dengan Morgan, ini pertama kalinya Morgan meninggalkan Xena untuk berpergian jauh.Xena ingin sekali bersikap egois, namun tak mungkin dia melakukan itu. Terlebih tadi malam Morgan bilang ada masalah dipekerjaan, maka mau tak mau Xena harus merelakan Morgan untuk terbang ke Athena. Berat, tidak mudah, namun Xena tetap berusaha untuk menekan ego dalam dirinya.Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Xena mengambil ponselnya yang ada di atas meja, menatap ke layar tertera nama Audrey—kakak iparnya. Beberapa detik, Xena terdiam. Awalnya, Xena ingin mengabaikan panggilan telepon dari kakak iparnya itu, namun Xena tak enak mengabaikan panggilan telepon dari kakak iparnya.Tanpa lagi berpikir, Xena menutuskan menjawab panggilan telepon itu…“Hallo, Kak?” jawab