Athena, Yunani. Morgan melepaskan kaca mata hitamnya, lalu masuk ke dalam mobil bersama dengan sang asisten. Raut wajah Morgan dingin dan sorot mata tajam. Pria itu nampak menunjukan rasa cemas dan penuh khawatir.Sepanjang perjalanan, Morgan melihat ke luar jendela, menatap perkotaan di ibu kota Yunani itu. Bertahun-tahun lamanya, dia mencari Angie. Namun tak sama sekali menuaikan hasil. Sekarang, sudah waktunya Morgan untuk membawa Angie. Kali ini, Morgan bersumpah tidak akan pernah kembali ke Paris, jika tak bersama dengan Angie.“Hemlet, apa kau sudah mendapatkan signal keberadaan Angie?” tanya Morgan seraya menatap Hemlet dingin.“Tuan, mohon ditunggu sebentar. Saat tadi kita landing, saya mendapatkan informasi bahwa Nona Angie akan hadir di pelelangan yang diadakan salah satu orang cukup berkuasan di Athena. Saya masih menunggu untuk mendapatkan informasi lebih lanjut,” jawab Hemlet serius.Morgan mengembuskan napas panjang. Kegelisahan semakin menjadi di kala mendengar ucapan
Mata Angie mengerjap beberapa kali. Aroma pengharum musk bercampur lavender menyeruak ke indra penciumannya, seolah memberikan sedikit rasa tenang dalam pikirannya. Perlahan saat kesadaran wanita itu sudah pulih, tatapan wanita itu terkejut melihat punggung kokoh seorang pria.“K-kau siapa?” Suara Angie tersirat bergetar ketakutan. Ingatannya langsung tergali tentang kejadian di pesta pelelangan. Harusnya dia berada di pesta pelelangan, namun tiba-tiba saja gedung mati lampu, dan berakhir membuatnya diculik.Morgan membalikan badannya, menatap Angie yang telah siuman. Dan seketika mata Angie melebar terkejut melihat sosok pria yang ada di hadapannya. Angie menyibak selimut, menatap Morgan dengan mata yang berkaca-kaca.“M-Morgan? Is that you?” Air mata Angie sudah berlinang menyentuh pipi mulusnya.Morgan tersenyum menatap Angie penuh kerinduan. “Ya, ini aku. Maaf, aku baru bisa menjemputmu sekarang, Angie.”Tangis Angie pecah. Wanita itu berlari menghampiri Morgan, melompat dalam pel
“Akh—” Morgan meringis kala Hemlet mencabut peluru di lengan Morgan. Darah mengalir di lengan Morgan begitu banyak. Dengan sigap, Angie menutup luka di lengan Morgan menggunakan kain bersih demi menghentikan darah.“Tuan, minum obat menahan rasa sakit. Ini akan sedikit membantumu.” Hemlet memberikan obat pada Morgan. Pun Morgan menerima obat itu dan meminumnya.Ya, Hemlet dan Angie memberikan pertolongan pertama untuk Morgan. Mereka semua berada di dalam helikopter, tak memungkinkan mereka untuk menemui dokter sekarang. Lagi pula, luka tembak Morgan hanya mengenai lengan, tidak sampai organ vital.“Morgan, maafkan aku,” ucap Angie dengan raut wajah penuh penyesalan. Angie merasa bersalah, dengan apa yang terlah terjadi. Jika saja Morgan tak menyelamatkannya, maka Morgan tak mungkin sampai terkena luka tembak.Morgan mengalihkan pandangannya menatap Angie. “Ini hanya luka kecil. Tenanglah, tidak usah mencemaskanku.” Morgan membelai pipi Angie menenangkan Angie dari rasa cemas.Angie na
Paris, Prancis. Morgan membawa Angie ke salah satu penthouse miliknya yang cukup jauh dari pusat kota Paris. Saat ini Morgan dan Angie telah berada di Paris. Morgan sengaja membawa Angie ke Paris menggunakan pesawat pribadinya, demi Bashan Myron tak langsung bisa menemukan keberadaannya dan Angie. Tentunya, di area lobby apartemen, Morgan telah meminta anak buahnya untuk berjaga-jaga. Morgan sangat memperketat keamanan Angie.“Morgan, ini penthouse-mu?” tanya Angie yang kagum akan penthouse milik Morgan. Tatanannya indah dengan nuansa silver dipadukan warna putih. Begitu menenangkan mata.“Ya, ini penthouse-ku.” Morgan mengecup leher Angie.Angie tersenyum. “Lalu di mana kamar kita, Morgan?” tanyanya tak sabar.Morgan menggenggam tangan Angie, membawa Angie menuju ke kamar yang paling ujung sebelah kanan. Morgan tentu tak mungkin membawa Angie ke mansion-nya, karena ada Xena di sana. Itu kenapa Morgan memutuskan membawa Angie ke salah satu penthouse-nya yang terletak cukup jauh dari
Xena melangkah masuk ke dalam kamar bersama dengan Morgan. Gadis itu memeluk pinggang Morgan seraya membenamkan wajahnya di dada bidang Morgan. Xena nampak sangatlah merindukan Morgan.Tampak Morgan bergeming kala Xena memeluknya. Pria memang membalas pelukan Xena. Akan tetapi, perasaan Morgan kini dilingkupi rasa bersalah mendalam. Rasa bersalah pada Xena dan juga rasa bersalah pada Angie. Tak menampik, Morgan memang sangat teramat merindukan Xena. Hanya saja, kondisinya sekarang terlalu rumit.Xena mendongakan kepalanya, menatap Morgan penuh kehangatan. “Kau tahu? Aku tidak betah tidur tanpamu. Biasanya setiap malam kau memelukku.”“Bukankah dulu, sebelum kau tidur denganku, kau sudah terbiasa tidur sendiri? Kenapa sekarang sulit, hm?” Morgan mencubit hidung mancung dan mungil Xena.Xena mencebikan bibirnya seraya memukul lengan kekar Morgan, namun di kala Xena memukul lengan kekar Morgan; Morgan sedikit meringis. Sontak Xena pun terkejut melihat ringisan Morgan. Detik itu juga Xena
“Morgan.” Angie menghamburkan tubuhnya pada Morgan yang baru saja tiba. Raut wajah Angie memancarkan kebahagiaan yang tak terhingga. Sejak tadi malam, Angie sangat menginginkan melihat Morgan. Dan akhirnya, Morgan kini ada di hadapannya.“Maaf membuatmu menunggu.” Morgan mengecupi puncak kepala Angie, dan membalas pelukan wanita itu.Angie mendongakan kepalanya, menatap Morgan. “Apa pekerjaanmu masih sangat banyak?”“Sudah berkurang.” Morgan melumat bibir Angie. Terpaksa Morgan berdusta, karena tak mungkin Morgan menceritakan tentang Xena pada Angie.Angie tersenyum hangat. “Aku senang mendengarnya. Kalau pekerjaanmu sudah berkurang, kau bisa selalu pulang, Kan? Tidak harus menginap seperti tadi malam?”Morgan terdiam sejenak. Angie sudah menuntutnya untuk selalu ada di sisi wanita itu, maka mau tak mau Morgan harus segera menyudahi hubungannya dengan Xena, tak mungkin Morgan terus menerus berbohong pada Angie.“Morgan?” tegur Angie kala Morgan hanya diam.Morgan menatap Angie, dan me
“Morgan, kenapa kau berangkat sepagi ini? Apa kau memiliki meeting?” Xena berucap seraya sedikit menguap. Tatapan gadis itu menatap Morgan yang tengah memakai dasi. Xena masih terbaring di ranjang—dengan tubuh telanjangnya yang masih terbalut oleh selimut tebal.Pergulatan panas tadi malam, membuat Xena kelelahan. Itu kenapa Xena masih seperti enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya. Tak terhitung berapa kali Morgan menyerang Xena. Yang pasti Xena baru bisa tidur di pagi buta.“Ya, aku memiliki meeting penting dengan para dewan direksi.” Morgan duduk di tepi ranjang, dan mengecup bibir Xena. “Malam ini kemungkinan aku akan pulang sedikit terlambat.”Xena menghela napas dalam. Bibirnya mengerut tak suka. “Tapi jangan tidak pulang. Aku tidak bisa tidur tanpamu, Morgan. Selama ini, aku sudah terbiasa tidur denganmu.” Nada bicara Xena terdengar begitu manja. Xena memang paling tak suka kalau sampai Morgan tak pulang.Morgan terdiam mendengar permintaan Xena. Permintaan Xena sama seperti
Morgan melangkah keluar dari ruang meeting, di kala pria itu sudah selesai meeting dengan para dewan direksi. Pria itu pun kini segera kembali ke ruang kerjanya. Ya, pagi ini Morgan berangkat lebih pagi, karena memiliki jadwal meeting yang padat. Di tengah-tengah masalah yang terjadi, tetap Morgan harus menjaga baik perusahaannya yang susah payah dia besarkan.Morgan duduk di kursi kebesarannya. Pria itu mengambil wine di hadapannya, dan menyesap perlahan. Beberapa kali, Morgan memejamkan mata lelah. Benak Morgan tengah memikirkan cara bagaimana berbicara dengan Xena.Tadi malam, harusnya Morgan menyudahi hubungannya dengan Xena, tapi malah pria itu tak bisa. Sialnya, Morgan kembali mencumbu Xena untuk kesekian kali. Morgan tak bisa menahan gairah dalam dirinya setiap kali melihat gadis itu.“Shit!” Morgan mengumpat dalam hati. Dia tak mungkin bisa terus menjalin hubungan dengan Xena. Pasalnya, Morgan tak mau sampai melukai hati Angie. Jika dulu Morgan sering tidur dengan banyak wanit