“Pasti ada yang menaruh sesuatu di dalam makanan tuan marquis. Tapi apa? Apakah jangan-jangan racun? Tapi kenapa sama sekali tidak ada yang mencurigakan? Tidak ada bau, atau…, tunggu.” Vier menyadari sesuatu. Dia menaruh kembali makanan yang baru saja di ceknya. Vier lalu melepaskan penjepit dasi miliknya yang terbuat dari logam. Dengan teliti, dia menggoreskan benda itu pada makanan yang ada, dan mengecek reaksinya. Setelah mengecek semua makanan yang ada, satu-satunya makanan yang menunjukkan reaksinya hanyalah teh yang tergeletak di atas meja. Ketika Vier mencelupkan penjepit dasinya ke dalam teh, logam itu berubah menghitam. Menunjukkan reaksi bahwa di dalam minuman itu terdapat racun.
Menyadari hal ini, wajah Vier langsung berubah panik. “Sial! Aku lengah.”
*
Enrique memandang
“Bagaimana?” tanya Carla begitu melihat Vier yang akhirnya kembali setelah sebelumnya pamit untuk menyelidiki masalahnya. Vier menghampiri Carla yang masih duduk bersama dengan dokter di temani oleh Susan dan Hélie.“Saya menemukan jawabannya, lady.” Vier menyodorkan penjepit dasi miliknya yang menghitam pada Carla. Wanita itu meraih, dan mengeceknya dengan seksama. Tapi apa yang di berikan Vier justru malah membuatnya merasa kebingungan.“Apa maksudnya ini?” tanya Carla tidak mengerti. Dokter yang sejak tadi bersama mereka langsung membelalakan mata begitu melihat apa yang dipegang Carla.“Apakah anda menemukan ini setelah mengeceknya pada makanan tuan marquis?” Dokter menatap Vier dengan wajah terkejut. Vier menganggukkan kepalanya.“Lady, tuan marquis mengalami keracunan. Sepertinya ada seseorang yang menaruh racun pada makanan dan minuman tuan. Itu sebabnya penjepit dasi ini berubah menghita
“Tuan putri.” Susan mengguncang tubuhnya pelan, membangunkan Carla dari tidurnya. Wanita itu membuka kedua matanya perlahan, dan begitu matanya terbuka, Carla bisa melihat Susan dan Hélie yang kini terdiam sembari memandanginya dengan wajah cemas.“Susan, Hélie…”“Makan malam sudah siap, anda sebaiknya makan dulu,” ujar Susan lembut. Carla terdiam. Dia mengalihkan perhatiannya pada Cruz yang masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang tidurnya. Sudah tiga hari berlalu, dan selama itu, Cruz belum juga sadarkan diri. Dokter terus datang untuk memeriksa kondisinya sementara dia masih belum menemukan penawar racunnya. Walau begitu, dokter bilang entah bagaimana tapi secara ajaibnya, tubuh Cruz bisa bertahan dan membaik secara perlahan.Selama tiga hari itu juga,
“Maafkan saya, tuan. Akhir-akhir ini saya terus diawasi oleh Vier. Sejak awal dia mencurigai saya, dan hal ini membuat saya sama sekali tidak bisa berbuat banyak,” ujar Willy sambil menundukkan kepalanya yang penuh rasa penyesalan. Tiga hari terakhir ini dirinya merasa bersalah karena tugasnya tidak berjalan semulus yang dibayangkan.Enrique yang sejak tadi duduk di kursinya hanya diam sambil memandangnya tanpa berkata-kata.“Tidak apa-apa, aku mengerti,” katanya. Setelah beberapa saat terdiam. Ekspresi wajah Willy langsung berubah ketika mendengar kalimat Enrique barusan.“Apakah anda tidak marah pada saya, tuan?”“Aku mengerti situasinya. Jadi untuk apa aku marah?”“Teri
Cruz menarik tengkuknya, mendaratkan bibir mereka; mencium dan melumatnya. Carla tersentak dengan apa yang baru saja dilakukan Cruz. Dia bahkan sampai tidak bisa berkata-kata saking kagetnya. Cukup lama Cruz menciumnya hingga akhirnya pria itu melepaskan bibir mereka dan memandangnya lekat.Situasi mendadak berubah canggung saat Carla merasakan pipinya berubah merah merona. Dia sungguh merasa malu dengan apa yang baru saja Cruz lakukan padanya. Carla memalingkan wajahnya ke arah lain; mencoba untuk menghindari tatapan Cruz yang sungguh membuat wajahnya memanas.Cruz tersenyum lalu balas memeluk Carla dengan begitu erat sampai membuat Carla kesulitan untuk bergerak. “K-kau…”Carla jadi semakin gelagapan. Cruz kini menyandarkan kepalanya sambil memejamkan mata. “Aku tidak apa-apa. Tubuhku sama
Willy memandangi botol berisi ramuan yang diberikan Enrique. Sejak kepulangannya dari kediaman Enrique, pria itu langsung di buat cemas begitu mendengar berita mengenai Cruz yang sudah sadarkan diri. Yang membuat Willy sangat cemas adalah karena dia takut pria itu akan mencurigainya. Berulang kali dia mencoba untuk menenangkan diri dengan mengatur napas, dan setelah beberapa saat, Willy yang masih juga belum bisa tenang pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti ucapan Enrique. Dia membuka botol berisi ramuan yang Enrique berikan, meneguk cairannya tanpa pikir panjang hingga habis tak tersisa.Akan tetapi wajahnya langsung berubah pucat ketika dia melihat sesuatu yang tidak beres pada botolnya. Di botol yang Willy genggam saat ini tertulis bahwa itu adalah racun berbahaya yang kalau diminum dalam dosis besar akan langsung melumpuhkan seluruh tubuhnya, dan membunuhnya seketika. Panik mulai menghampiri Willy,
“Ada apa Vier?” Carla menatap lelaki itu dengan raut wajah penasaran. Vier tiba-tiba saja ingin membicarakan sesuatu dengannya. “Saya sudah mengetahui siapa pelakunya, lady. Tapi saya bingung, saya tidak ingin membuat kondisi tuan marquis kembali turun begitu mendengar berita yang saya bawa ini.”“Kau sudah mengetahuinya? Siapa orangnya?” Carla semakin penasaran. Vier lalu menyodorkan surat dalam genggamannya pada Carla. Wanita itu membuka lantas membaca isinya. “Pelakunya adalah Willy, dia merupakan salah satu anak buah dari pedagang di pasar yang selama ini bekerja sama dengan duke Enrique untuk mengawasi lady.”“Apa?”“Tapi dari surat yang tertera di sini, dia sepertinya melakukan semua ini murni karena ingin balas dendam saja. Bukan karena perinta
Sejak kejadian itu, Vier mulai mengatur semuanya. Dia meminta penjagaan lebih diperketat lagi agar benar-benar aman. Vier tidak ingin kalau sampai Cruz dan Carla kembali mengalami hal yang sama. Dia tidak ingin kejadian semua itu terulang kembali, dan sejak hari itu. Para penjaga mulai bekerja keras untuk melindungi kediaman Cruz dengan berjaga siang dalam malam serta melakukan patroli secara bergiliran.Sementara itu, Carla terus memfokuskan seluruh perhatiannya untuk merawat Cruz. Dia tidak ingin sampai kondisi Cruz kembali memburuk, maka dari itu Carla jadi menghabiskan seluruh waktunya di dalam kamar Cruz. Menemaninya, mengajaknya bicara, membantunya makan, dan masih banyak lagi. Tidak jarang juga Carla jadi ketiduran di dalam kamar Cruz. Sikap Carla yang sangat perhatian sungguh membuat Cruz merasa senang. Lelaki itu bahkan kini memanfaatkan situasi dengan bersikap manja padanya.
Malam semakin larut, dan Carla baru saja tidur. Saking lelahnya, wanita itu sampai langsung terlelap begitu kepalanya menempel pada permukaan bantal.Disisi lain, dia sama sekali tidak sadar bahwa di luar jendela kamarnya sana, ada sosok bayangan hitam yang berdiri. Begitu memastikan keadaan aman, sosok itu menggunakan keahliannya. Membobol pintu balkon dan segera masuk dengan mengendap-endap. Sosok pria itu berjalan menghampiri ranjang dimana Carla terlelap. Dia sudah mengeluarkan sapu tangan yang sudah dicampurkan dengan obat bius untuk memastikan Carla tidak memberontak saat dibawanya.Lelaki itu menghampiri tepi ranjang, dan bersiap untuk membekap Carla. Dia sudah menempelkan sapu tangannya ke arah hidung Carla. Akan tetapi wanita itu langsung terbangun dengan wajah pucat begitu dia melihat sosok pria berpakaian serba hitam yang kini mencoba untuk membiusny
Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Carla melangkah dengan langkah yang cepat. Berjalan menyusuri jalan kecil di desa. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sembari menghirup udara segar di desa yang tenang, menikmati langit senja yang memerah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langit senja memberikan sentuhan keemasan pada pemandangan sekitarnya. Dia menikmati kesunyian dan ketenangan, terbuai oleh keindahan alam. Di belakangnya, Hélie dan Susan tampak sangat kesulitan untuk menyamai langkahnya karena Carla berjalan terlalu cepat. Bahkan kini Hélie dan Susan tampak tertinggal jauh di belakang.“Memang tidak ada yang lebih baik dibandingkan berjalan-jalan sambil menikmati sore,” gumam Carla dengan suara pelan. Ketika wanita itu berniat untuk berbelok di jalan di hadapannya, Carla secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua hingga membuatnya hampir saja jatuh.“Astaga, maafkan aku,” ucap Carla dengan cemas. “Aku sungguh tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja, tuan?”"Tidak apa-apa, nona. Aku baik-baik saja.” Pria
Dua bulan berlalu sejak mereka berdua mendapatkan kabar kehadiran buah hati mereka, dam setelah Carla mulai terbiasa dengan kondisinya, Cruz lantas menggelar pesta seperti apa yang mereka inginkan. Malam pesta pun tiba, acara malam itu dihiasi dengan lentera-lentera gemerlap dan bunga-bunga yang melimpah. Rumah Carla dan Cruz berubah menjadi tempat magis yang penuh kebahagiaan. Tamu-tamu yang datang sudah mulai berkumpul, dan suasana pesta terasa semakin meriah.Carla, mengenakan gaun yang memperlihatkan kebahagiaan dan kesejahteraannya, memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. Cruz berdiri di sisinya, menatapnya dengan bangga. Mereka berdua berencana untuk membuat pesta ini tak terlupakan."Kau terlihat begitu cantik malam ini," ucap Cruz sambil mencium pipi Carla."Terima kasih, Cruz. Aku tidak sabar untuk mengumumkan kabar baik kita pada semuanya," ujar Carla dengan senyuman bahagia.Pintu rumah terbuka, menyambut kedatangan tamu-tamu yang datang dengan penuh antusiasme. Me
Suasana senja menyelimuti rumah Carla dan Cruz dengan kehangatan. Cruz, yang baru saja mengetahui bahwa Carla mengandung anaknya, begitu bersemangat untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan. Dengan senyum cerah di wajahnya, Cruz mengajak Carla ke ruang makan yang dihiasi dengan lilin-lilin beraroma wangi dan bunga-bunga segar."Aku ingin membuat malam ini istimewa untuk kita berdua," ucap Cruz sambil menarik kursi untuk Carla begitu mereka tiba di sana."Apa yang ada di pikiranmu?" Cruz senyuman misterius. Mereka duduk di meja yang indah dengan cahaya lilin yang lembut memancar. Cruz memandang Carla dengan penuh cinta, "Sebenarnya, aku sangat senang mengetahui kita akan menjadi orangtua.""Aku juga, Cruz. Ini berita yang luar biasa.""Ketika aku tahu tentang kehamilanmu, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Jadi, malam ini adalah permulaan dari serangkaian momen romantis yang akan kita alami bersama."Makan malam mereka disajikan dengan hidangan favorit Carla dan Cruz. Setia
Sesampainya di rumah setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Carla dan Cruz kembali ke rutinitas keseharian mereka. Cruz mulai sibuk dengan pekerjaannya yang memakan banyak waktu dan energi. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan perhatian kepada Carla.Sementara itu, Carla dengan sabar senantiasa menanti kepulangannya di rumah. Setelah menikah, dia kini jadi memiliki tujuan lain dengan menanti kepulangan Cruz setiap saat.Malam tiba, suasana rumah mereka berdua diisi dengan cahaya lilin lembut. Carla duduk di sofa, membaca buku sambil menunggu kepulangan Cruz. Setelah sepanjang hari berkejaran dengan tugas dan pertemuan, Cruz akhirnya tiba di rumah dengan senyuman lelah namun penuh cinta."Kau merindukan aku?" tanya Cruz begitu tiba di rumah. Pria itu berjalan menghampiri Carla dengan senyuman di wajahnya. Tiba di dekatnya, Cruz memeluk Carla seraya mencium keningnya. Carla mengangguk dengan wajahnya yang langsung berseri-seri begitu meliha
Pulau kecil yang belum tersentuh oleh keramaian, sebuah surga tersembunyi di tengah lautan, menjadi destinasi liburan romantis bagi Carla dan Cruz. Cruz dengan senyuman misteriusnya memandu Carla keluar dari dermaga, mengungkapkan pemandangan keindahan pulau tersebut.Pulau yang mereka kunjungi terletak di semenanjung barat kerajaan yang memang sudah sering menjadi tujuan wisata untuk para bangsawan dari berbagai kerajaan. Tempatnya yang nyaman di tambah dengan pemandangan yang indah selalu bisa membuat setiap mata terpikat melihatnya."Selamat datang di pulau impian kita," ucap Cruz dengan mata yang berbinar melihat kekaguman di wajah Carla. Wanita itu tampak begitu takjub begitu menyaksikan pemandangan pulau yang tampak begitu indah. Dia bahkan baru sampai, dan Carla sudah bisa melihat keindahan pulau itu.Begitu turun dari kapal, Carla dan Cruz lantas berjalan sebentar. Mereka berdua melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga warna-warni, sampai akhirnya mereka tiba d
“Argghhh…” Cruz melenguh panjang ketika akhirnya dia mencapai kepuasannya. Sementara itu, Carla sama sekali tidak memiliki tenaga dan bahkan hanya bisa terpejam dengan napas terengah-engah. Dia sungguh sudah sangat lelah sejak tadi, tapi Cruz sama sekali tidak mau mendengarkan kalimatnya.Cruz menumpahkan seluruh cairan putih dari kejantanannya di dalam tubuh Carla. Wanita itu bisa merasakan semburannya yang begitu banyak dengan sensasi hangat yang luar biasa. Entah sudah berapa banyak pria itu keluar di dalam. Carla tidak berniat menghitungnya.Cruz mencabut kejantanannya dari kewanitaan Carla lalu berbaring di sisinya dengan napas tersengal. Dia terdiam sambil mencoba mengatur napas. Setelah beberapa saat, Cruz lantas melirik Carla yang kini tampak sudah tak berdaya. Wanita itu sudah kehilangan banyak tenaga akibat pergumulan mereka sepanjang malam. Bahkan saat ini, malam sudah hampir berakhir, Carla dan Cruz bisa melihat langit di luar sudah mulai sedikit terang.Cruz yang lelah me
Carla dan Cruz duduk bersama di balkon yang dihiasi lentera memancarkan suasana yang intim. Mereka tertawa dan bercanda, membagi kisah-kisah lucu dari masa lalu. Cruz menggenggam tangan Carla dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kehangatan.Waktu berlalu, dan mereka sudah menghabiskan dua hari masa pernikahan mereka. Setelah resmi menjadi suami-istri, Cruz jadi lebih sering merindukan Carla. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Akan tetapi karena Cruz memiliki banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan, Cruz jadi harus sedikit bersabar. Terlebih dia juga jadi harus menunda rencana mereka untuk melakukan bulan madu.Sejak berhasil mengalahkan Enrique dan membongkar semua kejahatannya, Cruz mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari raja, dan itu membuatnya jadi memiliki lebih banyak pekerjaan. Bahkan seharian ini, Cruz jadi harus menghabiskan banyak waktu di dalam ruang kerjanya, walaupun dia sangat ingin untuk menghabiskan waktu bersama Carla.Sementara it
Waktu berlalu, dan malam pun tiba. Carla dan Cruz duduk di tepi tempat tidur mereka, wajah penuh kebahagiaan. Ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar menciptakan atmosfer romantis. Mereka menatap satu sama lain dengan mata penuh kasih, menyelipkan tawa kecil di antara percakapan mereka."Kau tahu, ini adalah malam yang luar biasa," kata Cruz sambil tersenyum manis. Matanya menatap Carla lekat. Pria itu kemudian meraih tangan Carla, dan menggenggamnya erat."Ini akan menjadi malam terbaik dalam hidupku.” Cruz mencium punggung tangan Carla, membuat wajah wanita itu berubah merah merona saat Cruz bersikap begitu manis terhadapnya. Carla terdiam; mereka saling pandang, penuh dengan rasa cinta yang tak terucapkan.Sinar bulan menerangi ruangan melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sekitar mereka. Cruz menyentuh wajah Carla dengan lembut, dan membelai pipinya. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang dipenuhi oleh getaran asmara yang tak terkalahkan.Carla terseny