Beranda / Fantasi / Terbangun: Ingatan Yang Hilang / Chapter 5: The Octagon, Delapan Dewa Surgawi

Share

Chapter 5: The Octagon, Delapan Dewa Surgawi

Penulis: Falazo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-13 04:52:02

Tahun D200, suatu tempat di puncak gunung, di antara lembah dan pegunungan Elendig. Kedelapan dewa surgawi atau The Octagon penguasa alam Donya berkumpul. Namun hanya terdapat enam dewa yang hadir, kedua sisanya masih belum datang.

“Dimana Igares? Mengapa dia belum datang? Kukira dia yang membuat pertemuan ini supaya terlaksana, malah dia sendiri yang belum datang.”

Terdengar suara yang berat memenuhi ruangan. Ia adalah Licht, Dewa Cahaya penguasa Sonnensadt

“Tenanglah sedikit Licht, cahayamu itu merusak tatanan pecahayaan di sini dan menjadikannya terlalu terang jika kau tetap meninggikan auramu seperti itu.”

Terdengar suara seorang wanita menjawab dengan keberadaannya yang cukup angkuh menekan Licht. Ia adalah Elaine, Dewa Samudra penguasa Mili.

“Hmpft... untuk apa mengumpulkan The Octagon sekarang setelah ratusan tahun tidak saling bertemu dan berurusan satu sama lain? Benar-benar lancang, dan dia juga masih berani datang terlambat, sungguh keterlaluan.”

“Anggap saja kita sedang reuni, sebagai dewa penguasa kita tidak mempunyai banyak teman kan? Jangan terlalu kaku seperti itu Licht.”

“Baiklah aku akan lebih fleksibel jika kau berkata seperti itu Elaine. Tidak kusangka kau akan sampai hati membelanya begini.”

“Hei Licht siapa yang membelanya? Aku hanya mengatakan faktanya kan. Jika tidak seperti itu kita akan cepat mati karena bosan tidak punya teman. Dan ngomong-ngomong tentang mati, dari rumor yang kudengar cahayamu sebentar lagi akan meredup. Sepertinya kau memang menjalani keseharianmu dengan terlalu kaku.”

“Diamlah Elaine, kau membuatku muak. Carilah topik yang lain untuk dibahas.”

“Hahaha... Sungguh mudah sekali memancingmu Licht. Lagi pula, masih ada seseorang lagi selain Igares yang belum datang. Kenapa kau hanya terpaku ke Igares? Apakah kau punya dendam kepadanya?”

“Dendam? Bukan. Aku hanya tidak menyukainya, memang sudah sejak lama aku tidak menyukainya. Semua orang yang sudah datang di sini juga pasti setuju denganku. Igares adalah seorang pribadi yang licik dan penuh dengan intrik.”

“Aku setuju denganmu Licht, aku juga tidak menyukainya. Dia juga pernah ingin membunuhku. Aku tidak tau apa sebenarnya tujuan yang ingin dia capai, tapi dengan membunuh dewa lain di Donya akan membuat ketidakseimbangan jika tanpa adanya pengganti Dewa tersebut.”

Terdengar suara pemuda yang berani menimpali percakapan kedua Dewa yang sudah lama saling kenal itu, pemuda itu bernama Barid, Dewa Es penguasa Althalj.

“Ohh... menarik sekali, Barid sampai blak-blakan setuju denganmu Licht. Namun sungguh nahas Barid, dewa es kuat sepertimu bisa hampir dibunuhnya. Sungguh sebuah ironi.” Jawab Elaine.

“Benar juga, seingatku kau bukanlah orang yang lemah Barid. Apa yang sudah kau lakukan Barid hingga memancing pertarungan dengan Igares? Dan juga kau hampir dibunuhnya? Sungguh tidak masuk akal.” Sambung Licht.

“Bukan seperti itu Licht, aku tidak selemah itu jika aku bertarung dengan adil melawan Igares. Tapi dia sangatlah licik, politik di negeriku Althalj telah dipermainkan olehnya. Ia memanfaatkan wargaku yang kurang setuju dengan kepemimpinanku, sehingga secara tidak langsung mendukungnya. Bagaimana bisa seorang penguasa sepertiku membunuh rakyatnya sendiri? Akhirnya untuk meminimalisir kerugian di pihak kami, kubagi daratan Althalj menjadi dua, daratan utara dan selatan.”

“Kau membelahnya?”

“Benar aku membelahnya menjadi dua dengan Frozen Sword of a Thousand Nights milikku, sehingga kini ada dua daratan es Althalj.”

“Wow aku tidak menyangka kau sekuat itu, namun kukira hatimu sedingin es yang rela membunuh siapapun demi menjaga ketertiban di negerimu. Tak kusangka kau selembut ini.”

“Diriku ini sudah berubah Licht. Seseorang pasti akan berubah kan dalam ratusan tahun? Yah, beginilah aku sekarang.”

“Kelembutan hatimu, itu akan menghancurkanmu kau tau itu Barid? Seorang pemimpin haruslah bertangan besi, jangan lembek pada warganya atau kita akan kehilangan harga diri kita. Lihatlah Licht. Sebentar lagi cahayanya akan hilang, apa yang akan terjadi pada negeri Sonnenstadt jika tidak ada dia?” sambung Elaine.

“Hahahaha.... kau mengkhawatirkanku Elaine? Manis sekali... kukira sisi lembutmu yang ini sudah hilang sejak lama. Tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku sudah ada rencana dan sudah memiliki penerus. Mungkin juga Igares tidak lama lagi akan datang ke negeriku. Setidaknya aku sudah mempersiapkan diri lebih dulu.”

Ketiga Dewa lainnya hanya diam mendengarkan dengan seksama tanpa respon sedikitpun tentang percakapan Elaine, Licht, dan Barid yang sedang mendiskusikan apa yang telah dan akan dilakukan oleh Igares. Namun tiba-tiba masuklah ke ruangan Igares beserta seseorang mengikutinya di belakang.

“Hmph... Instingmu selalu saja tajam ya kakek. Kukira kau sudah sangat lemah ternyata tidak.. menarik sekali guruku saja sudah meninggal saat seumuranmu kek. Apakah kau tidak malu menggunakan penampilan muda seperti itu? Pasti menggunakan banyak sekali mana hanya untuk mempertahankan wujud itu bukankah begitu kakek?” Igares menyeringai dalam aura kegelapan yang sangat pekat.

Igares Dewa Kegelapan pun datang secara mengejutkan dibarengi oleh Soraki Dewa Langit

“Cih sombong sekali kau... Aku dan Agares berbeda bocah. Meskipun kekuatan kami mirip di satu sisi lain juga berbeda. Wujud ini adalah wujud kekuatan masa primaku, kenapa juga aku harus malu? Dan juga wujud ini sama sekali tidak menggunakan mana ya bocah kurang ajar...”

“Hahahaha... aku bisa melihatnya kakek, meskipun kau berkata seperti itu, cahaya negeri sonnenstadt akan segera padam. Kau tidak bisa membodohiku.”

“Cih dasar bocah sombong... Soraki, kenapa kau datang bersama dengannya? Apa kau sudah berada di pihaknya?”

“Tentu saja tidak Licht, kita Octagon adalah teman lama. Janganlah kau berkata seperti itu saudaraku.”

“Soraki, apa kau tau apa yang telah dia lakukan pada negeriku? Dia mengacaukan negeriku hingga aku harus membelahnya menjadi dua. Mengapa kau seakan membelanya seperti itu?” Barid menyela dengan nada kesal.

“Tentu saja aku tau, aku adalah Dewa Langit aku melihat semuanya dari langit. Namun tetap saja aku tidak bisa ikut campur. Kami para penghuni langit memiliki aturan terkait tidak boleh mencampuri urusan penghuni bawah ketika tidak mendesak.”

“Kau bilang terbelahnya negeriku menjadi dua bukanlah hal mendesak? Kau sudah benar-benar sudah kehilangan akal sehatmu Soraki.”

“Tentu saja tidak seperti itu Barid. Apakah kau tau bahwa negerimu sedang mengembangkan pembentukan manusia super yang bisa mengalahkan dewa?”

“Ha? Aku baru tau tentang itu. Itu kan pengetahuan terlarang. Selain bisa membunuh manusia yang menjadi subjek perubahan dewa, itu juga bisa membahayakan tatanan kestabilan dunia. Kau, pasti kau dalangnya kan, apa yang kau pikirkan Soraki? Kau mau tahta Althalj dariku?”

“Hahaha.... tentu saja bukan bodoh sekali kau berpikiran seperti itu. Kami ingin-“

“Aku ingin berpindah ke dunia dengan tingkatan yang lebih tinggi” Igares memotong pembicaraan.

“Hey itu kami Igares, kau dan aku... Yah seperti itulah tujuan kami.”

“Hmpft.... Untuk itu aku memerlukan inti kekuatan dari beberapa dewa yang ada di sini. Maka dari itu aku menyiapkan pengganti kalian. Khususnya kalian bertiga, Barid, Elaine dan kau kakek Licht. Maafkan aku tapi kalian bertiga harus mati, namun sekarang bukanlah saatnya. Waktunya belum tiba.”

“Lalu apa yang akan kau lakukan kepada tiga dewa lainnya?” Tanya Barid dan Licht dengan lantang.

“Maksudmu dewa api, dewa tanah dan dewa kayu? Hahahaha... Mereka hanyalah dewa dengan kekuatan keturunan dari dewa murni seperti kita, mereka tidak berharga. Akan kulepaskan mereka.”

“Baiklah pertemuan octagon hanya sampai di sini. Selamat tinggal semuanya... Kita akan bertarung di lain waktu, ketika saatnya tiba.” Igares pun membuka portal kegelapan dan akan pergi dari pertemuan.

“tidak secepat itu bocah! Mati kau!”

Licht dengan kecepatan layaknya cahaya langsung meluncur maju dan memukul Igares dari depan namun serangan itu berhasil dengan mudahnya ditepis menggunakan tangan kiri Igares.

“Apa?! Pukulan Licht bisa ditangkisnya dengan mudah, bagaimana mungkin?!”

Keenam dewa surgawi selain Igares dan Soraki terkejut akan kekuatan Igares yang bisa dengan mudahnya menepis pukulan Licht.

“Kalau pukulan tidak mempan, terima ini serangan pedangku Sword of Revealing Light!”

Licht memunculkan pedangnya yang berwarna keemasan dari kehampaan menggunakan tangan kirinya. Pedang itu sangat menyilaukan layaknya menggenggam suatu cahaya di tangannya. Lalu dihunuskannya ke arah Igares menggunakan kedua tangannya.

*sring* *prang*

Bunyi pedang saling bersinggungan, ternyata Igares dengan sigap langsung saja mengeluarkan pedang hanya menggunakan satu tangan menepis serangan Licht. Pedang itu dikelilingi oleh aura kegelapan miliknya, pedang itu adalah Sword of Pure Darkness.

Dengan mudahnya serangan pedang cahaya tersebut ditangkis dengan pedang kegelapan. Sebegitu dahsyatnya getaran tangkisan serangan tersebut hingga membuat gempa sejauh ribuan kilometer.

“Lihatlah kakek Licht, kau bukanlah lawanku. Aku sarankan kalian berenam bersiap-siap akan kedatanganku di beberapa tahun mendatang. Khususnya bagi kalian bertiga para pemegang kekuatan murni. Sampai jumpa kawan-kawan lamaku.”

“Aku juga ikut pamit kawan lamaku semuanya. Tolong maafkanlah perilaku Igares, dia sedikit kurang bisa berkomunikasi dengan lembut.” Sambung Soraki yang juga ikut pergi dengan menggunakan gerbang langit miliknya sendiri.

“Sebelum kau pergi Soraki, terimalah ini kenang-kenangan dariku Spear of Poseidon!”

Elaine mengeluarkan senjata keramatnya tombak poseidon, dan dilemparkannya ke arah Soraki yang hendak pergi dari pertemuan

*wush*

Soraki yang melihat lemparan itu langsung meresponnya dengan mengaktifkan sihir pembalik.

“Sihir Langit: Pembalik” kata Soraki

Spear of Poseidon tiba-tiba langsung berputar arah dan kembali ke arah Elaine dengan kecepatan tambahan dikarenakan sihir yang dikeluarkan oleh Soraki.

*jleb*

Elaine pun tanpa disangka tertusuk oleh serangannya sendiri, oleh tombaknya sendiri.

“Uhh- apa-”

Elaine langsung terjatuh tergeletak tidak berdaya.

“Elaine!”

“Elaine, bertahanlah!” teriak Licht.

Keenam dewa langsung berkerumun khawatir pada Elaine dan berusaha menyelamatkannya, ada yang menyembuhkannya ada juga yang membagi sedikit mananya supaya bisa menggantikan nyawa Elaine yang terus berkurang karena sekarat.

“Baiklah kalau begitu, aku pamit kawan lamaku semuanya. Dan mohon maafkan aku karena sudah memulai pestanya lebih awal Igares.”

Igares yang belum masuk ke portal sepenuhnya, menyaksikan kejadian tersebut dan meresponnya.

“HAHAHAHA... kau memang sudah gila Soraki”

“Itu bukan seranganku loh ya, aku hanya mengembalikannya.”

Mereka berdua pun pergi.

Hari itu, adalah awal dari krisis di alam Donya. Perang antar Dewa tak terhindarkan.

................bersambung..................

Bab terkait

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 6: Kota Cahaya, Sonnenstadt III

    Seorang pemuda misterius dengan jaket putih serta membawa tas besar dan memasuki Fazeela Inn. Ia lalu berjalan perlahan mendekat ke resepsionis Ran.“Halo, selamat datang di Penginapan Fazeela. Apakah ada yang bisa dibantu?” Ran menjawab dengan antusias seperti biasanya karena memang sudah tugas resepsionis seperti itu.“Umm... Maaf apakah saya bisa pesan kamar untuk satu orang?”“Baik kamar untuk satu orang ya, untuk kamarnya ingin yang jenis apa kak?”“Yang untuk satu orang saja, single bed mungkin namanya? Pokoknya untuk satu orang saja.”“Baik kak kamarnya single bed, untuk pemesanan atas nama siapa?”“Umm... tulis saja Faris, sudah lama aku tidak menggunakan nama ini. Sudah terlalu sering dipanggil itu sih hehe” suaranya saat berbicara semakin mengecil.“Maaf kak, atas nama siapa bisa diulang? Saya agak tidak mendengarnya tadi.”“Faris, atas nama Faris.”“Baik kak Faris, ini sudah selesai untuk pengisian data, untuk biayanya-““Ini, simpan saja kembaliannya ketika saya sudah kelua

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 7: Kota Cahaya, Sonnenstadt IV

    Setelah selesai berkerumun di jalan depan penginapan Fazeela akibat gempa yang tiba-tiba saja terjadi, Azzo dan Ellard memutuskan untuk menuju ke guild petualang untuk mencari pekerjaan serta jalan-jalan keliling kota Sonnenstadt. Mereka juga memutuskan untuk menghindar agar tidak bertemu orang misterius dengan jiwa yang menumpuk dalam satu tubuh, yang tidak lain itu adalah Legio “The Destroyer”.“Setelah kulihat-lihat lagi kota ini memang memiliki semuanya ya El, selain kotanya yang indah dengan gemerlap cahaya lampunya.”“Begitulah, aku saja jadi jatuh cinta dengan kota ini. Banyak wanita cantiknya juga loh Azzo.”“Cewek terus aja yang kau pikirkan El. Bukannya kau sudah punya pacar?”“Kan baru satu hehehe...”“Dasar playboy... Sebentar El aku ingin memeriksa harga-harga pedang, pedangku ini sudah mulai tumpul sepertinya dan sudah banyak sisi yang retak. Bahaya kan jika tidak bisa bertarung karena pedang yang patah. Bisa-bisa aku mati nanti”“Seorang sepertimu mati? Jangan bercanda

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 8: Tujuan

    Pada saat gempa terjadi di berbagai belahan Donya dan juga di penginapan Fazeela yang ikut merasakan getarannya yang cukup kuat. Dan di saat yang sama juga ketika semua orang keluar dari gedung penginapan, Legio masih ada di dalam penginapan yang sedang terkena gempa. Dia merasa bahwa tidak perlu keluar dari penginapan ketika gempa sedang terjadi, karena dia dapat dengan mudahnya menghancurkan bangunan tersebut ketika akan roboh ke arahnya jika memang diperlukan.“Wah... Sepertinya sudah dijalankan ya rencana master Igares. Kukira itu hanyalah omong kosong belaka ketika ia bilang ingin mencoba menentang Dewa penguasa lainnya seorang diri. Benar-benar sesuatu hahaha...” Legio tiduran di kasur sambil cengengesan mengingat kebijaksanaan masternya itu.Tiba-tiba saja dia teringat tentang misi yang diberikan padanya oleh Igares.“Wahai Legio muda, kau tau kan kau harus berhasil melaksanakan misi ini, dengan penyelidikan mengenai bencana ruang maka kita dapat dengan mudah meningkatkan kual

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 9: Guild Petualang

    Tidak terasa waktu berlalu, jalan-jalan kami menelusuri kota setelah berkunjung ke toko peralatan telah berakhir, dan tibalah kami di depan Guild Petualang.“Jadi El, Guild Petualang itu apa?”“Hah? Sudah hidup bertahun-tahun di sini kau masih tidak mengerti apa itu Guild Petualang? Yang bener bro?”“Yah... Aku tau sih secara garis besar, mereka seperti organisasi yang menyediakan sarana bagi orang-orang untuk meminta pertolongan kan? Semacam membuat permintaan mencari kucing lah, menelusuri reruntuhan, bahkan mencari artefak kuno sepahamku begitu sih. Benar kan?”“Kau tidak sepenuhnya salah Azzo, namun fungsi mereka tidak hanya itu. Di Guild Petualang pekerjaan kita terjamin, setidaknya selama kita setor muka di sana, mereka akan memberikan kita pekerjaan. Tidak seperti petualangan kita sebelumnya, yang mana kita hanya seperti menjadi pedagang artefak dadakan karena baru saja menyelesaikan penelusuran di reruntuhan. Dan jika kita tidak menemukan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 10: Rahasia dan Perpisahan

    Bagian 1Setelah kami berjalan beberapa saat menjauh dari Guild Petualang, akhirnya kami sampai di perbatasan daerah pinggiran kota Sonnenstadt.“El, sampai kapan kau akan diam terus seperti ini? Jelaskan padaku apa yang terjadi tadi tentang batu keramat, dan mengapa mereka bisa tidak mengetahui cara penggunaannya? Aku tau batu keramat itu sangatlah langka, hingga kita hanya menemukannya bahkan bisa dihitung dengan jari selama beberapa tahun ini. Tapi apa maksudnya tadi itu?”“Sabar dulu Azzo, kita keluar sedikit lagi ke pinggiran kota. Di sini masih belum aman untuk aku menceritakannya.”“Apa sih? Kenapa harus sampai keluar kota segala? Dan lagi- eh... El, penghalangnya kau merasakannya? Seperti ada penghalang tambahan yang terpasang di kota ini.”“Aku tau, sudah dari sejak tadi aku merasakan aliran aura aneh di kota ini, sejak kita ada di guild aku mulai merasakan seperti ada aura aneh, mungkin lebih tepatnya aura kematian tiba-tiba mun

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 11: Bekas Reruntuhan Kota Sonnenstadt

    Setelah beberapa jam menelusuri reruntuhan pinggiran kota ini dan melihat beberapa keanehan. Aku akhirnya menyimpulkan bahwa reruntuhan di sini dulunya merupakan kota Sonnenstadt itu sendiri. Atau lebih tepatnya, bisa dikatakan bahwa tempat ini adalah salah satu fasilitas penting seperti kompleks pemerintahan kota Sonnenstadt. Aku mengamati sekitar dengan seksama dan melihat beberapa tulisan bekas reruntuhan kota yang terjatuh dan berterbangan dimana-mana, beberapa diantaranya seperti bertuliskan rumah sakit, dan dewan. Cukup sulit menemukan tulisan-tulisan yang telah terpecah belah kesana-sini di reruntuhan ini, namun dengan kata “Dewan” dan “Rumah Sakit” sepertinya memang ini kompleks perkantoran penting atau bahkan pemerintahan. “El, ada sesuatu di sana, sepertinya seseorang.”“Apa ada orang lain yang menyelidiki reruntuhan ini selain kita?”“Aku akan melihatnya, kau jangan jauh-jauh dariku El.”“Hah? Harusnya kau yang jangan jauh-jauh... Eh tunggu Azzo, jangan kesana sendirian, h

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 12: Pintu Rahasia, Pinggiran Kota Sonnenstadt

    “Sudah sembuh tuh, kepalamu sudah tidak bocor lagi, sudah tidak keluar lagi darahnya. Palingan masih sakit sedikit semacam memar begitu kurasa.”“Kau berhutang padaku ya El, karena aku yang memancingnya.”“Iya-iya ribut banget si. Bentar nih aku mau mencatat kode yang dia pancarkan terus dari tadi”“Aw, ini masih sakit El! Yang bener dong nyembuhinnya.” Aku memegang bagian samping kanan kepalaku yang tadinya berdarah, dan merasakan sakitnya.“Kan tadi udah kubilang kalau aku nyembuhinnya ga semuanya, tubuh itu butuh waktu untuk penyembuhannya sendiri, supaya dia memiliki resistensi serangan yang lebih tinggi. Apalagi kau kan seorang pendekar pedang, resistensi serangan sangat penting bagimu. Kalau kau seorang penyihir aku sudah menyembuhkanmu sampai tuntas. Jangan berlebihan ah, tahan dikit.”“Hm baiklah… Lalu apa isi pesan yang dikodekan di matanya itu?”“Sebentar.... Kelihatannya disekitar sini ada daratan langit kalau dari isi pesannya.”“Huft... El jangan mengada-ada kau lihat ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-10
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 13: Nama

    “Baiklah sekarang sepertinya kita ada di atas langit, mau ngapain ya kita?”“Dasar kau Ellard bodoh tadi saat di bawah kau pintar sekali, sampai di sini jadi begitu, tujuan kita dari awal sampai ke sini kan untuk menginvestigasi area daerah pinggiran ini, jadi ya sesuai tujuan awal kita saja.”“Oh iya juga ya, dan kebetulan juga kita sampai ke daratan langit, lalu kenapa aku bisa sampai lupa hahaha- Azzo ada seseorang disini.”Tiba-tiba ada sesosok wanita misterius mendatangi kami. Wanita itu memakai semacam gaun putih yang cukup indah dan elegan, namun anehnya ia mempunyai tanduk, dari tingginya mungkin bisa dikatakan dia tergolong sebagai wanita yang cukup tinggi, wajahnya khas Asia mengapa aku bisa tau? Karena aku hidup di Indonesia, aku mengenal sangat baik karakteristik wajah seperti itu. Aku yang sempat merasakannya dari kejauhan juga terkejut, karena tiba-tiba saja hawa keberadaannya menghilang di jarak yang cukup jauh itu dan tanpa kusadari dia sudah ada di dekat kami. Lalu d

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17

Bab terbaru

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 38: Kekacauan

    Azzo menggenggam tangan Selene dengan erat, air mata pun mengalir di pipinya. "Kami tidak akan pernah melupakanmu, Selene. Aku juga akan menyelesaikan labirin ini demi dirimu." Kata Ellard dengan suara bergetar. Dia seperti ingin menangin namun ditahannya, karena situasi saat ini yang tidak memungkinkan untuk berhenti dan berduka sejenak.“Selene... Hiks... Hiks...” Azzo menangis tersedu-sedu karena ini pertama kalinya menyaksikan seseorang yang dia kenal dengan sangat dekat pergi dari sisinya.Selene mengangguk pelan, lalu menutup matanya untuk terakhir kalinya. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam di hati Azzo dan Ellard. Ellard yang melihat Selene seperti ingin menyerahkan tasnya kepadanya, segera memungut tas itu, dan membukanya.“El... Kenapa kau begitu?! Tidakkah itu kurang terhormat mengambil sesuatu dari mayat seseorang? Apalagi itu teman kita, apa kau sudah gila?!” Teriak Azzo protes terhadap tindakan Ellard.“Aku tau itu, tetapi tadi dia sepertinya berusaha menyerahkan t

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 37: Selene, Cahaya yang Padam Di Labirin

    Azzo meraba dinding labirin dengan tangan gemetar. Udara di dalamnya terasa lembap dan berbau pengap. Cahaya lilin yang mereka bawa hanya menerangi sedikit sekitar mereka. Azzo, yang biasanya penuh semangat, kini tampak lemah dan pucat. Dia masih terguncang oleh peristiwa tadi ketika Selene diculik oleh seseorang dengan kekuatan misterius.“Kita harus cepat menemukan Selene,” ucap Ellard dengan suara rendah. “Dia adalah kunci untuk mengungkap rahasia piramid ini.”Azzo mengangguk. Dia merasa bertanggung jawab atas nasib Selene, karena dahulu dialah yang menguji kekuatan dari Selene langsung saat pertama dia bergabung ke dalam kelompok. Mereka berjalan lebih dalam, mengikuti lorong-lorong gelap yang bercabang-cabang. Suara langkah mereka bergema di dinding-dinding batu. Tiba-tiba saja seiring mereka melangkah, mereka dihadapkan pada persimpangan tiga jalan.“Kita harus memilihnya dengan hati-hati,” kata Azzo. “Satu jalan bisa membawa kita ke Selene, yang lain mungkin mengarah pada sesu

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 36.5 : Bio Karakter Bagian 1

    Ini adalah daftar beberapa karakter yang pertama kali dibuat, sebelum akhirnya cerita dimulai. ------------------------------------------------- Nama : Azzo El-Hassan Alias : Pendekar Abadi, Pendekar Tanpa Suara Ras : Manusia Tidak Sempurna Jenis Kelamin : Laki-laki Umur Tubuh : 13 Tahun Hampir 14 Tahun (Saat Pertama Kali Tiba di Donya) Umur Asli : 24 Tahun (Saat ini) Tinggi Badan : 163cm Pekerjaan : Petualang Pekerjaan Sebelumnya : Pencari Artefak Independen Teknik : Ilmu Pedang Hampa Posisi : Pendekar Pedang Garis Depan Status : Abadi Sihir : - Aura : Abu-abu Tingkat Kekuatan : Perak 2 (Episode 1) Emas 2 (Sekarang, Belum Diukur Lagi) Peralatan : 1 Set Perlengkapan Petualang Warna Hitam Pedang Khas Elendig (Rusak/Diperbaiki) Silver Sword atau Pedang Silver (Sekarang) Kerabat : Ellard Vahran (Sahabat) Selene Aurelia (Sahabat) Seltsam Pioneer Nomor 3 - Iter ‘The Myth’, Larissa, Luna, Lisa (Guru) ------------------------------------------------- Nama : Ellard V

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 36: Kisah Sahabat Lama, Labirin Piramid

    Saat ini kami tengah bersiap untuk menjelajah reruntuhan di dekat perbatasan antara daerah netral pegunungan Elendig dengan wilayah Mili wilayah dari Dewa Samudra Elaine ‘The Octagon’. Kami seringkali bertemu pengelana seperti kami yang memburu artefak dari dalam reruntuhan. Mereka bilang di daerah pegunungan ini terdapat semacam piramid yang menarik perhatian kami. Namun sebelum sampai di sana kami memutuskan untuk berkemah kembali di desa sekitar labirin itu.Malam itu, di bawah langit yang berkilauan, kami berkumpul di sekitar api unggun. Cahaya gemerlap memantul dari wajah-wajah kami yang lelah. Selene, dengan matanya yang tajam dan rambut hitamnya yang terurai, menatapku dengan sedikit kesal. Dia selalu lebih waspada, lebih cerdas dalam membaca tanda-tanda alam. Aku, Azzo, lebih suka bertindak dulu dan berpikir kemudian. Itu sebabnya kami sering berbenturan. Ini adalah kisah sebulan setelah kami bertualang dengan Selene.“Selene, kau bilang apa tadi mengenai daerah ini?” tanyaku.

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 35.5: Kisah Ellard Vahran

    Di sebuah desa yang diberkahi oleh para pemuda yang sangat berbakat untuk menjadi pendekar ataupun kesatria, terdapat seorang pemuda berambut merah yang sama sekali tidak menunjukkan bakatnya akan menjadi pendekar. Fisiknya sangatlah lemah, dia adalah Ellard Vahran. meskipun dia menyandang keturunan rambut merah yang kebanyakan dari mereka menjadi seorang pendekar.Dia hidup dengan rasa penasaran yang tak terpuaskan, kemana kekuatan pendekar dari keturunan rambut merah miliknya? Pertanyaan itu selalu berputar di benaknya. Meskipun fisiknya lemah dan tidak menonjolkan bakat sebagai pendekar, ada sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya. Di mata orang lain, dia hanyalah seorang pemuda biasa yang tidak memiliki potensi. Dia tidak dianggap oleh sekelilingnya. Keluarga besarnya bahkan menolaknya, karena dia dianggap tidak berguna karena tidak bisa meneruskan keturunan pendekar rambut merah keluarga mereka. Meskipun Ellard menghadapi penolakan dari keluarga besarnya dan desa, ada dua orang y

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 35: Selene, Kisah Sahabat Lama yang Terlupakan

    Tahun D194, kami masih berada di daerah netral pegunungan Elendig. Pada suatu hari Aku dan Ellard bertemu dengan seorang petualang perempuan ketika kami sedang berkemah di salah satu puncak gunung di pegunungan Elendig di dekat kota kecil Vreven. Saat itu, angin malam membuat tubuhku menggigil ketika aku dan Ellard berkemah di puncak gunung. Api unggun kami berjuang melawan dingin yang menusuk tulang. Di antara gemuruh angin, sebuah bayangan muncul dari kegelapan. Seorang perempuan, langkahnya ringan seperti hembusan angin, mendekati kami.“Azzo, sepertinya kita kedatangan tamu tak diundang.” Ellard waspada“Beruang atau manusia El?” tanyaku.“Dari ukurannya yang kurasakan dengan sihir deteksiku sepertinya manusia. Hei kau keluarlah aku tau kau ada di sana!” teriak Ellard berusaha menghalau musuh.Bayangan orang yang muncul dari kegelapan itu semakin mendekat. Langkahnya ringan, seolah-olah dia menyatu dengan angin malam. Rambut biru langitnya tergerai, dan matanya memancarkan kecerda

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 34.5: Sate di Bawah Langit Donya

    Di tengah hutan yang lebat, dua pemuda Azzo dan Ellard memutuskan untuk beristirahat. Mereka sudah berjalan selama seharian dan rasanya hari mulai gelap. Cahaya matahari tembus melalui dedaunan sore hari, memberikan sentuhan hangat pada kulit mereka. Mereka melepas beban ransel dan duduk di atas akar yang menjulang. Ellard mengeluarkan peralatan makan mereka.“Azzo,” ujar Ellard.“Kita sudah lama berpetualang bersama, tapi ada satu hal yang belum pernah kita coba. Bagaimana kalau kita membuat sate di sini? Aku ingin kau mengajariku bagaimana cara membuatnya, apalagi bumbu yang kau gunakan itu... Apa namanya, saus sambal kacang ya? Itu benar-benar lezat.”Azzo tersenyum pada Ellard, mengangguk setuju. “Baiklah, Ellard,” katanya dengan semangat. “Kita akan membuat sate di tengah hutan ini. Tapi ingat, kita harus berhati-hati agar api tidak merembet ke sekitar dan mengganggu alam.”Mereka berdua mencari kayu-kayu kering untuk membuat api unggun. Azzo mengajari Ellard cara menyusun kayu s

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 34: Kebuntuan dan Bertemu Rekan Baru

    Tiga tahun telah berlalu, tepatnya tahun D193. Kami tengah berada di Daratan Netral di pegunungan Elendig, wilayah yang tidak termasuk teritori dari Delapan Dewa Surgawi. Aku telah memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama dengan temanku yang sekarang menjadi sahabatku Ellard. Dia adalah orang pertama yang kutemui dan dia mengajariku semuanya yang ada di dunia ini atau tempat yang disebut sebagai Donya. Dia bahkan mengajariku berbicara menggunakan bahasa di sini juga dengan membaca maupun menulis. Dia benar-benar orang baik yang sudah menyelamatkan hidupku.Aku dan Ellard terus melanjutkan perjalanan kami meskipun aku belum mengingat apapun yang terjadi dengan diriku yang sampai terlempar ke Donya, namun kami menyadari sesuatu hal baru. Seiring berjalannya waktu, tubuhku sama sekali tidak berubah meskipun sudah 3 tahun berjalan. Hal ini sering membuatku menjadi pusat perhatian dan menimbulkan banyak pertanyaan dari orang-orang yang kami temui, mengingat kami sempat sing

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 33: Awal dari Sebuah Petualangan

    Sepuluh tahun yang lalu pada tahun D190, adalah kisah saat pertama kali aku tiba di Donya. Saat itu, aku hanyalah seorang anak biasa yang tidak tahu apa-apa tentang dunia luar. Aku membuka mataku perlahan, dan cahaya matahari yang menyilaukan membuatku menyipitkan mata. Aku merasakan tanah yang lembut di bawah tubuhku dan mendengar suara burung-burung berkicau di kejauhan. Aroma segar dedaunan dan tanah basah memenuhi hidungku, memberikan rasa tenang yang aneh. Aku mengedipkan mata beberapa kali, mencoba memahami di mana aku berada. Ini bukanlah tempat yang kukenal. Pepohonan tinggi menjulang di sekelilingku, disertai dengan langit biru cerah membentang tanpa awan. Aku merasa seperti berada jauh dari rumah.Aku bangkit dengan bersusah payah, merasakan tubuhku yang lemah dan kepala yang berdenyut. Di sekelilingku, pepohonan tinggi menjulang dengan dedaunan yang berwarna-warni, sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi, tetapi ingata

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status