Di saat terlelap di penghujung tidurku, aku mendengar suara samar yang lama-lama semakin jelas. Suara itu memanggilku, memperingatiku? Apa yang dia katakan? awalnya aku tidak bisa mendengar, namun ketika suara itu semakin jelas itu seperti
“Azzo, Azzo, Azzo- Azzo awas !!!” seseorang berteriak memanggil namaku.Aku berusaha mencarinya, namun Aku menyadari bahwa saat ini situasiku seperti sedang terjatuh. Terjatuh dalam kegelapan mimpi.“Siapa itu yang memanggilku?!”Aku berteriak karena tidak bisa mengingatnya, mengingat suara itu... suaranya seperti asing bagiku aku tidak mengingatnya, namun terasa hangat, terasa akrab. Aku berusaha mencari suaranya lagi dan lagi, namun hanya kegelapan yang terlihat di mataku, padahal aku sudah merasa membuka mataku selebar mungkin, namun aku tidak menemukannya. Tubuhku pun terus terjauh tanpa ujung, dan aku pun terbangun dari mimpi buruk itu.“Huft... Huft... Huft... Apa itu tadi?”Aku terbangun dengan bercucuran keringat. Aku merasa bahwa ini merupakan mimpi terjelasku selama ini. Terjelas karena aku bisa mendengar suara seseorang. Biasanya mimpiku hanyalah suatu gambaran satu arah, hening tanpa suara. Hanya seperti kejadian yang sudah pernah kulalui, namun aku seperti tidak merasakan bahwa aku melaluinya.Aku merasa bahwa ini adalah tidur paling lelap dan nyamanku selama ini, namun kenyamanan itu seperti hilang karena mimpi buruk di penghujung tidurku. Aku mulai fokus pada keadaan di sekitarku.“Ellard! Dimana kau?!”Setelah benar-benar terbangun, aku mulai menyadari bahwa Ellard tidak ada di kasur sebelahku, aku berteriak mencarinya. Kasur tempat Ellard tidur tampak rapi seperti tidak pernah ada orang yang tidur di atasnya.Aku berdiri dari kasurku dan berjalan menuju tempat duduk di ujung kamarku. Lalu sambil duduk pun aku menenangkan pikiranku dengan diam termenung dan bergumam, memikirkan kemungkinan apa yang terjadi pada Ellard.“Apakah ada seseorang yang sudah menculiknya? Kalau memang benar begitu, kenapa aku tidak menyadarinya dan malah bermimpi buruk? Sial, aku harus mencarinya”.Aku langsung membasuh mukaku dan memakai pakaianku dan tidak lupa membawa tas dan pedangku. Begitu aku menuju ke pintu kamar.*ceklek* *dug* pintu kamar terbuka sendiri, lalu mengenai kepalaku.“Wadaw!” katakuTernyata itu adalah Ellard yang main masuk ke kamar saja tanpa peringatan.“Azzo, dah bangun? Heh? Azzo ngapain bro disitu?”“Aku kejedot pintu tau! Kemana aja sih? Bangun-bangun udah ngilang aja dari kamar.”“Eh aku? Aku habis kencan hehe... Matamu berubah lagi tuh, habis mimpi buruk lagi kan pasti.”“Diam kau! kenapa pas kencan harus segala macam peralatan dan tasmu dibawa? Kukira kau diculik!”“Diculik? Wahahaha... Yang bener aja bro masa aku diculik? Aku udah peringkat emas lho. Ga sembarangan orang bisa menculikku.”“Justru karena itu aku mengira kau diculik! Kau kan ceroboh.”“Udah-udah... Ngawur aja, lagian kau udah memakai baju lengkap dan nentengin pedang seperti itu memangnya udah mandi?” sambil menjentikkan jarinya ke telingaku.“Wadaw! Sakit woy! Ya belumlah aku kan mau mencarimu. Gimana sih?” aku memegangi telingaku yang dijentik oleh Ellard.“Hey Azzo, kita kan udah lama ga mandi udah sekitar semingguan, untungnya kemarin hujan jadi baumu tidak kemana-mana. Selagi ada kesempatan mandi sana dasar bodoh!” sambil memukul Azzo.“Wadaw! Iya iya ini mandi.. dasar El sialan.”“Aku tunggu di ruang makan lantai bawah ya. Jangan kelamaan Azzo”30 menit kemudian, setelah selesai mandi Azzo berkaca di lemari kamar penginapan sebelum keluar dan terlihat dari kaca bahwa matanya sudah kembali ke warnanya semula. Setelahnya dia segera turun ke lantai bawah, di ruang makan Fazeela Inn. Azzo menghampiri Ellard yang tengah makan menunggunya.“Wah mandi itu enak ya ternyata, ada air hangatnya juga wow... Dan lagi, setelah melihat kota ini dari kamar kita di atas saat siang hari begini, luar biasa ya rasanya. Benar-benar kota yang indah. Bahkan ruang makannya juga indah. Makan apaan tuh?”“Sudah mandinya? Ini sate ayam bro, nih makan buat sarapan.”“Beneran nih? Masih banyak lho ini ada tujuh belas tusuk, gamau makan lagi? Yaudah kumakan.”“Azzo, dengar aku mendapat info dari beberapa orang di sini. Katanya dalam sepuluh tahun terakhir di Sonnenstadt, lebih tepatnya pemukiman kecil dekat sonnenstadt terjadi bencana ruang.”“Yum-yum-yum.... bencana ruang? Apa maksudnya itu?”Aku bertanya sambil menyantap sate ayam yang diberikan Ellard, disebut sate ayam pun rasanya jauh akan sate ayam yang kukenal karena tidak ada sambel kacang di atasnya. Mungkin lebih seperti memakan sate taichan rasanya.“Entahlah aku juga kurang tau detailnya namun, menurut kabarnya adalah ada beberapa desa yang lenyap rata dengan tanah hanya dalam waktu semalam. Jalan menuju desa-desa tersebut juga seperti terputus di tengah jalan tanpa menuju ke tujuan desa tersebut.”“Aneh sekali, kau bilang desa-desa? Ada banyak rupanya?”“Benar sekali. Dan saat ini kabarnya juga salah satu dari Sepuluh Seltsam Pioneer – Legio “The Destroyer” ada di Sonnenstadt. Rumor mengatakan bahwa dia mempunyai tujuan menemui dewa penguasa Sonnenstadt untuk mencari tau tentang bencana ruang yang belakangan ini terjadi.”“Siapa tuh? Yum-yum-yum... Ga kenal deh.. lagian kenapa namanya serem bener emangnya sekuat itu sampe dikasih nama “The Destroyer”?”“Dia itu salah seorang petinggi pasukan Seltsam dari Negeri Althalj kabarnya dia seorang diri sudah pernah menghilangkan sebuah negeri dari peta hanya dalam waktu semalam.”“Wapa-wapaan itu kuat sekali, apa dia sudah peringkat legenda? Terus, Althalj itu dimana El?” Sambil makan sate tidak terasa sudah tusukan sate terakhir yang akan dimakan.“Uwah... nyantai dikit dong makannya, masa udah habis aja si? Ceritanya belum selesai nih.”“Aku lapar tau... Tubuh ini butuh banyak asupan gizi... dan sayangnya cepat lapar.”“Iya tau... tubuh bocah itu memang merepotkan ya...”Ellard mulai menyadari tiba-tiba satenya tinggal satu tusuk saja. Dia seperti memandangku dengan hinaan “dasar rakus” terlihat dari matanya, tapi aku sih cuek aja.“Sst.. lanjutin aja, jangan urusin makanku. Infomu belum beres diceritain, jadi Althalj itu dimana?” Sambil menunjuk memakai sate terakhir yang belum dimakan.“Hei, tidak sopan tau menunjuk orang pakai sate seperti itu. Althalj Kota Es, sepertinya memerlukan sepuluh tahun perjalanan untuk kesana dari Sonnenstadt ini.”“Hehe... Maaf-maaf... Yum-yum habis... tapi, sepuluh tahun? Lama banget ya.. Jadi bagaimana caranya orang itu bisa nyampe sini dengan cepat?”“Entahlah aku juga kurang tau. Kemungkinan memang benar perkiraanmu bahwa kekuatannya sudah sampai ke tingkatan legenda. Jadi jika dia seorang peringkat legenda, tidak akan sulit bagi seseorang dengan kekuatan seperti itu untuk berkelana dengan cepat.”“Jadi, dia ini pendekar atau penyihir?”“Hmm... Kalau tentang itu aku masih belum tau, wujudnya seperti apa saja aku tidak tau.”“Gimana sih nyari info kok tidak tuntas”“Heh, segini udah hebat banget loh, kita baru aja tiba disini kemarin dan aku bisa tau sebanyak ini. Seharusnya kau lebih memujiku, jangan pelit pujian ke sahabat sepertiku nanti kena karmanya loh”“Cih.. Waw El kau sangat hebat” dengan ekspresi kesal tiba-tiba berubah menjadi ekspresi senyum memuji yang dipaksakan.“Dih, gausah deh nggak jadi aja... jijik liat mukamu...”“Hahhh?! Apa katamu? Mau tarung? Maju sini!”“Dah ah males, mau pesen makanan lagi aja.” Beranjak dari tempat duduk dan mulai memesan makanan lainnya.“Heh mau kemana? Mau makan lagi? Ikut..”Sementara itu, tiba-tiba ada seseorang misterius dengan tas besar serta menggunakan jaket musim dingin aneh berwarna putih dan memakai topi ala koboy. Dia juga membawa semacam tongkat untuk membantunya berjalan. Pemuda tersebut sepertinya memiliki masalah pada kakinya. Dia mulai masuk masuk ke penginapan. Dengan sedikit kebingungan seperti orang yang sedang tersesat, dia mulai memesan sebuah kamar untuk ditinggali. Siapakah orang itu? Dia adalah salah satu dari Kesepuluh Seltsam Pioneer, Legio “The Destroyer”...................bersambung..................Tahun D200, suatu tempat di puncak gunung, di antara lembah dan pegunungan Elendig. Kedelapan dewa surgawi atau The Octagon penguasa alam Donya berkumpul. Namun hanya terdapat enam dewa yang hadir, kedua sisanya masih belum datang.“Dimana Igares? Mengapa dia belum datang? Kukira dia yang membuat pertemuan ini supaya terlaksana, malah dia sendiri yang belum datang.” Terdengar suara yang berat memenuhi ruangan. Ia adalah Licht, Dewa Cahaya penguasa Sonnensadt“Tenanglah sedikit Licht, cahayamu itu merusak tatanan pecahayaan di sini dan menjadikannya terlalu terang jika kau tetap meninggikan auramu seperti itu.” Terdengar suara seorang wanita menjawab dengan keberadaannya yang cukup angkuh menekan Licht. Ia adalah Elaine, Dewa Samudra penguasa Mili.“Hmpft... untuk apa mengumpulkan The Octagon sekarang setelah ratusan tahun tidak saling bertemu dan berurusan satu sama lain? Benar-benar lancang, dan dia juga masih berani datang terlambat, sungguh keterlaluan.”“Anggap saja kita sedang r
Seorang pemuda misterius dengan jaket putih serta membawa tas besar dan memasuki Fazeela Inn. Ia lalu berjalan perlahan mendekat ke resepsionis Ran.“Halo, selamat datang di Penginapan Fazeela. Apakah ada yang bisa dibantu?” Ran menjawab dengan antusias seperti biasanya karena memang sudah tugas resepsionis seperti itu.“Umm... Maaf apakah saya bisa pesan kamar untuk satu orang?”“Baik kamar untuk satu orang ya, untuk kamarnya ingin yang jenis apa kak?”“Yang untuk satu orang saja, single bed mungkin namanya? Pokoknya untuk satu orang saja.”“Baik kak kamarnya single bed, untuk pemesanan atas nama siapa?”“Umm... tulis saja Faris, sudah lama aku tidak menggunakan nama ini. Sudah terlalu sering dipanggil itu sih hehe” suaranya saat berbicara semakin mengecil.“Maaf kak, atas nama siapa bisa diulang? Saya agak tidak mendengarnya tadi.”“Faris, atas nama Faris.”“Baik kak Faris, ini sudah selesai untuk pengisian data, untuk biayanya-““Ini, simpan saja kembaliannya ketika saya sudah kelua
Setelah selesai berkerumun di jalan depan penginapan Fazeela akibat gempa yang tiba-tiba saja terjadi, Azzo dan Ellard memutuskan untuk menuju ke guild petualang untuk mencari pekerjaan serta jalan-jalan keliling kota Sonnenstadt. Mereka juga memutuskan untuk menghindar agar tidak bertemu orang misterius dengan jiwa yang menumpuk dalam satu tubuh, yang tidak lain itu adalah Legio “The Destroyer”.“Setelah kulihat-lihat lagi kota ini memang memiliki semuanya ya El, selain kotanya yang indah dengan gemerlap cahaya lampunya.”“Begitulah, aku saja jadi jatuh cinta dengan kota ini. Banyak wanita cantiknya juga loh Azzo.”“Cewek terus aja yang kau pikirkan El. Bukannya kau sudah punya pacar?”“Kan baru satu hehehe...”“Dasar playboy... Sebentar El aku ingin memeriksa harga-harga pedang, pedangku ini sudah mulai tumpul sepertinya dan sudah banyak sisi yang retak. Bahaya kan jika tidak bisa bertarung karena pedang yang patah. Bisa-bisa aku mati nanti”“Seorang sepertimu mati? Jangan bercanda
Pada saat gempa terjadi di berbagai belahan Donya dan juga di penginapan Fazeela yang ikut merasakan getarannya yang cukup kuat. Dan di saat yang sama juga ketika semua orang keluar dari gedung penginapan, Legio masih ada di dalam penginapan yang sedang terkena gempa. Dia merasa bahwa tidak perlu keluar dari penginapan ketika gempa sedang terjadi, karena dia dapat dengan mudahnya menghancurkan bangunan tersebut ketika akan roboh ke arahnya jika memang diperlukan.“Wah... Sepertinya sudah dijalankan ya rencana master Igares. Kukira itu hanyalah omong kosong belaka ketika ia bilang ingin mencoba menentang Dewa penguasa lainnya seorang diri. Benar-benar sesuatu hahaha...” Legio tiduran di kasur sambil cengengesan mengingat kebijaksanaan masternya itu.Tiba-tiba saja dia teringat tentang misi yang diberikan padanya oleh Igares.“Wahai Legio muda, kau tau kan kau harus berhasil melaksanakan misi ini, dengan penyelidikan mengenai bencana ruang maka kita dapat dengan mudah meningkatkan kual
Tidak terasa waktu berlalu, jalan-jalan kami menelusuri kota setelah berkunjung ke toko peralatan telah berakhir, dan tibalah kami di depan Guild Petualang.“Jadi El, Guild Petualang itu apa?”“Hah? Sudah hidup bertahun-tahun di sini kau masih tidak mengerti apa itu Guild Petualang? Yang bener bro?”“Yah... Aku tau sih secara garis besar, mereka seperti organisasi yang menyediakan sarana bagi orang-orang untuk meminta pertolongan kan? Semacam membuat permintaan mencari kucing lah, menelusuri reruntuhan, bahkan mencari artefak kuno sepahamku begitu sih. Benar kan?”“Kau tidak sepenuhnya salah Azzo, namun fungsi mereka tidak hanya itu. Di Guild Petualang pekerjaan kita terjamin, setidaknya selama kita setor muka di sana, mereka akan memberikan kita pekerjaan. Tidak seperti petualangan kita sebelumnya, yang mana kita hanya seperti menjadi pedagang artefak dadakan karena baru saja menyelesaikan penelusuran di reruntuhan. Dan jika kita tidak menemukan
Bagian 1Setelah kami berjalan beberapa saat menjauh dari Guild Petualang, akhirnya kami sampai di perbatasan daerah pinggiran kota Sonnenstadt.“El, sampai kapan kau akan diam terus seperti ini? Jelaskan padaku apa yang terjadi tadi tentang batu keramat, dan mengapa mereka bisa tidak mengetahui cara penggunaannya? Aku tau batu keramat itu sangatlah langka, hingga kita hanya menemukannya bahkan bisa dihitung dengan jari selama beberapa tahun ini. Tapi apa maksudnya tadi itu?”“Sabar dulu Azzo, kita keluar sedikit lagi ke pinggiran kota. Di sini masih belum aman untuk aku menceritakannya.”“Apa sih? Kenapa harus sampai keluar kota segala? Dan lagi- eh... El, penghalangnya kau merasakannya? Seperti ada penghalang tambahan yang terpasang di kota ini.”“Aku tau, sudah dari sejak tadi aku merasakan aliran aura aneh di kota ini, sejak kita ada di guild aku mulai merasakan seperti ada aura aneh, mungkin lebih tepatnya aura kematian tiba-tiba mun
Setelah beberapa jam menelusuri reruntuhan pinggiran kota ini dan melihat beberapa keanehan. Aku akhirnya menyimpulkan bahwa reruntuhan di sini dulunya merupakan kota Sonnenstadt itu sendiri. Atau lebih tepatnya, bisa dikatakan bahwa tempat ini adalah salah satu fasilitas penting seperti kompleks pemerintahan kota Sonnenstadt. Aku mengamati sekitar dengan seksama dan melihat beberapa tulisan bekas reruntuhan kota yang terjatuh dan berterbangan dimana-mana, beberapa diantaranya seperti bertuliskan rumah sakit, dan dewan. Cukup sulit menemukan tulisan-tulisan yang telah terpecah belah kesana-sini di reruntuhan ini, namun dengan kata “Dewan” dan “Rumah Sakit” sepertinya memang ini kompleks perkantoran penting atau bahkan pemerintahan. “El, ada sesuatu di sana, sepertinya seseorang.”“Apa ada orang lain yang menyelidiki reruntuhan ini selain kita?”“Aku akan melihatnya, kau jangan jauh-jauh dariku El.”“Hah? Harusnya kau yang jangan jauh-jauh... Eh tunggu Azzo, jangan kesana sendirian, h
“Sudah sembuh tuh, kepalamu sudah tidak bocor lagi, sudah tidak keluar lagi darahnya. Palingan masih sakit sedikit semacam memar begitu kurasa.”“Kau berhutang padaku ya El, karena aku yang memancingnya.”“Iya-iya ribut banget si. Bentar nih aku mau mencatat kode yang dia pancarkan terus dari tadi”“Aw, ini masih sakit El! Yang bener dong nyembuhinnya.” Aku memegang bagian samping kanan kepalaku yang tadinya berdarah, dan merasakan sakitnya.“Kan tadi udah kubilang kalau aku nyembuhinnya ga semuanya, tubuh itu butuh waktu untuk penyembuhannya sendiri, supaya dia memiliki resistensi serangan yang lebih tinggi. Apalagi kau kan seorang pendekar pedang, resistensi serangan sangat penting bagimu. Kalau kau seorang penyihir aku sudah menyembuhkanmu sampai tuntas. Jangan berlebihan ah, tahan dikit.”“Hm baiklah… Lalu apa isi pesan yang dikodekan di matanya itu?”“Sebentar.... Kelihatannya disekitar sini ada daratan langit kalau dari isi pesannya.”“Huft... El jangan mengada-ada kau lihat ka
Azzo menggenggam tangan Selene dengan erat, air mata pun mengalir di pipinya. "Kami tidak akan pernah melupakanmu, Selene. Aku juga akan menyelesaikan labirin ini demi dirimu." Kata Ellard dengan suara bergetar. Dia seperti ingin menangin namun ditahannya, karena situasi saat ini yang tidak memungkinkan untuk berhenti dan berduka sejenak.“Selene... Hiks... Hiks...” Azzo menangis tersedu-sedu karena ini pertama kalinya menyaksikan seseorang yang dia kenal dengan sangat dekat pergi dari sisinya.Selene mengangguk pelan, lalu menutup matanya untuk terakhir kalinya. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam di hati Azzo dan Ellard. Ellard yang melihat Selene seperti ingin menyerahkan tasnya kepadanya, segera memungut tas itu, dan membukanya.“El... Kenapa kau begitu?! Tidakkah itu kurang terhormat mengambil sesuatu dari mayat seseorang? Apalagi itu teman kita, apa kau sudah gila?!” Teriak Azzo protes terhadap tindakan Ellard.“Aku tau itu, tetapi tadi dia sepertinya berusaha menyerahkan t
Azzo meraba dinding labirin dengan tangan gemetar. Udara di dalamnya terasa lembap dan berbau pengap. Cahaya lilin yang mereka bawa hanya menerangi sedikit sekitar mereka. Azzo, yang biasanya penuh semangat, kini tampak lemah dan pucat. Dia masih terguncang oleh peristiwa tadi ketika Selene diculik oleh seseorang dengan kekuatan misterius.“Kita harus cepat menemukan Selene,” ucap Ellard dengan suara rendah. “Dia adalah kunci untuk mengungkap rahasia piramid ini.”Azzo mengangguk. Dia merasa bertanggung jawab atas nasib Selene, karena dahulu dialah yang menguji kekuatan dari Selene langsung saat pertama dia bergabung ke dalam kelompok. Mereka berjalan lebih dalam, mengikuti lorong-lorong gelap yang bercabang-cabang. Suara langkah mereka bergema di dinding-dinding batu. Tiba-tiba saja seiring mereka melangkah, mereka dihadapkan pada persimpangan tiga jalan.“Kita harus memilihnya dengan hati-hati,” kata Azzo. “Satu jalan bisa membawa kita ke Selene, yang lain mungkin mengarah pada sesu
Ini adalah daftar beberapa karakter yang pertama kali dibuat, sebelum akhirnya cerita dimulai. ------------------------------------------------- Nama : Azzo El-Hassan Alias : Pendekar Abadi, Pendekar Tanpa Suara Ras : Manusia Tidak Sempurna Jenis Kelamin : Laki-laki Umur Tubuh : 13 Tahun Hampir 14 Tahun (Saat Pertama Kali Tiba di Donya) Umur Asli : 24 Tahun (Saat ini) Tinggi Badan : 163cm Pekerjaan : Petualang Pekerjaan Sebelumnya : Pencari Artefak Independen Teknik : Ilmu Pedang Hampa Posisi : Pendekar Pedang Garis Depan Status : Abadi Sihir : - Aura : Abu-abu Tingkat Kekuatan : Perak 2 (Episode 1) Emas 2 (Sekarang, Belum Diukur Lagi) Peralatan : 1 Set Perlengkapan Petualang Warna Hitam Pedang Khas Elendig (Rusak/Diperbaiki) Silver Sword atau Pedang Silver (Sekarang) Kerabat : Ellard Vahran (Sahabat) Selene Aurelia (Sahabat) Seltsam Pioneer Nomor 3 - Iter ‘The Myth’, Larissa, Luna, Lisa (Guru) ------------------------------------------------- Nama : Ellard V
Saat ini kami tengah bersiap untuk menjelajah reruntuhan di dekat perbatasan antara daerah netral pegunungan Elendig dengan wilayah Mili wilayah dari Dewa Samudra Elaine ‘The Octagon’. Kami seringkali bertemu pengelana seperti kami yang memburu artefak dari dalam reruntuhan. Mereka bilang di daerah pegunungan ini terdapat semacam piramid yang menarik perhatian kami. Namun sebelum sampai di sana kami memutuskan untuk berkemah kembali di desa sekitar labirin itu.Malam itu, di bawah langit yang berkilauan, kami berkumpul di sekitar api unggun. Cahaya gemerlap memantul dari wajah-wajah kami yang lelah. Selene, dengan matanya yang tajam dan rambut hitamnya yang terurai, menatapku dengan sedikit kesal. Dia selalu lebih waspada, lebih cerdas dalam membaca tanda-tanda alam. Aku, Azzo, lebih suka bertindak dulu dan berpikir kemudian. Itu sebabnya kami sering berbenturan. Ini adalah kisah sebulan setelah kami bertualang dengan Selene.“Selene, kau bilang apa tadi mengenai daerah ini?” tanyaku.
Di sebuah desa yang diberkahi oleh para pemuda yang sangat berbakat untuk menjadi pendekar ataupun kesatria, terdapat seorang pemuda berambut merah yang sama sekali tidak menunjukkan bakatnya akan menjadi pendekar. Fisiknya sangatlah lemah, dia adalah Ellard Vahran. meskipun dia menyandang keturunan rambut merah yang kebanyakan dari mereka menjadi seorang pendekar.Dia hidup dengan rasa penasaran yang tak terpuaskan, kemana kekuatan pendekar dari keturunan rambut merah miliknya? Pertanyaan itu selalu berputar di benaknya. Meskipun fisiknya lemah dan tidak menonjolkan bakat sebagai pendekar, ada sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya. Di mata orang lain, dia hanyalah seorang pemuda biasa yang tidak memiliki potensi. Dia tidak dianggap oleh sekelilingnya. Keluarga besarnya bahkan menolaknya, karena dia dianggap tidak berguna karena tidak bisa meneruskan keturunan pendekar rambut merah keluarga mereka. Meskipun Ellard menghadapi penolakan dari keluarga besarnya dan desa, ada dua orang y
Tahun D194, kami masih berada di daerah netral pegunungan Elendig. Pada suatu hari Aku dan Ellard bertemu dengan seorang petualang perempuan ketika kami sedang berkemah di salah satu puncak gunung di pegunungan Elendig di dekat kota kecil Vreven. Saat itu, angin malam membuat tubuhku menggigil ketika aku dan Ellard berkemah di puncak gunung. Api unggun kami berjuang melawan dingin yang menusuk tulang. Di antara gemuruh angin, sebuah bayangan muncul dari kegelapan. Seorang perempuan, langkahnya ringan seperti hembusan angin, mendekati kami.“Azzo, sepertinya kita kedatangan tamu tak diundang.” Ellard waspada“Beruang atau manusia El?” tanyaku.“Dari ukurannya yang kurasakan dengan sihir deteksiku sepertinya manusia. Hei kau keluarlah aku tau kau ada di sana!” teriak Ellard berusaha menghalau musuh.Bayangan orang yang muncul dari kegelapan itu semakin mendekat. Langkahnya ringan, seolah-olah dia menyatu dengan angin malam. Rambut biru langitnya tergerai, dan matanya memancarkan kecerda
Di tengah hutan yang lebat, dua pemuda Azzo dan Ellard memutuskan untuk beristirahat. Mereka sudah berjalan selama seharian dan rasanya hari mulai gelap. Cahaya matahari tembus melalui dedaunan sore hari, memberikan sentuhan hangat pada kulit mereka. Mereka melepas beban ransel dan duduk di atas akar yang menjulang. Ellard mengeluarkan peralatan makan mereka.“Azzo,” ujar Ellard.“Kita sudah lama berpetualang bersama, tapi ada satu hal yang belum pernah kita coba. Bagaimana kalau kita membuat sate di sini? Aku ingin kau mengajariku bagaimana cara membuatnya, apalagi bumbu yang kau gunakan itu... Apa namanya, saus sambal kacang ya? Itu benar-benar lezat.”Azzo tersenyum pada Ellard, mengangguk setuju. “Baiklah, Ellard,” katanya dengan semangat. “Kita akan membuat sate di tengah hutan ini. Tapi ingat, kita harus berhati-hati agar api tidak merembet ke sekitar dan mengganggu alam.”Mereka berdua mencari kayu-kayu kering untuk membuat api unggun. Azzo mengajari Ellard cara menyusun kayu s
Tiga tahun telah berlalu, tepatnya tahun D193. Kami tengah berada di Daratan Netral di pegunungan Elendig, wilayah yang tidak termasuk teritori dari Delapan Dewa Surgawi. Aku telah memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama dengan temanku yang sekarang menjadi sahabatku Ellard. Dia adalah orang pertama yang kutemui dan dia mengajariku semuanya yang ada di dunia ini atau tempat yang disebut sebagai Donya. Dia bahkan mengajariku berbicara menggunakan bahasa di sini juga dengan membaca maupun menulis. Dia benar-benar orang baik yang sudah menyelamatkan hidupku.Aku dan Ellard terus melanjutkan perjalanan kami meskipun aku belum mengingat apapun yang terjadi dengan diriku yang sampai terlempar ke Donya, namun kami menyadari sesuatu hal baru. Seiring berjalannya waktu, tubuhku sama sekali tidak berubah meskipun sudah 3 tahun berjalan. Hal ini sering membuatku menjadi pusat perhatian dan menimbulkan banyak pertanyaan dari orang-orang yang kami temui, mengingat kami sempat sing
Sepuluh tahun yang lalu pada tahun D190, adalah kisah saat pertama kali aku tiba di Donya. Saat itu, aku hanyalah seorang anak biasa yang tidak tahu apa-apa tentang dunia luar. Aku membuka mataku perlahan, dan cahaya matahari yang menyilaukan membuatku menyipitkan mata. Aku merasakan tanah yang lembut di bawah tubuhku dan mendengar suara burung-burung berkicau di kejauhan. Aroma segar dedaunan dan tanah basah memenuhi hidungku, memberikan rasa tenang yang aneh. Aku mengedipkan mata beberapa kali, mencoba memahami di mana aku berada. Ini bukanlah tempat yang kukenal. Pepohonan tinggi menjulang di sekelilingku, disertai dengan langit biru cerah membentang tanpa awan. Aku merasa seperti berada jauh dari rumah.Aku bangkit dengan bersusah payah, merasakan tubuhku yang lemah dan kepala yang berdenyut. Di sekelilingku, pepohonan tinggi menjulang dengan dedaunan yang berwarna-warni, sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi, tetapi ingata