Kami berjalan memasuki area halaman Istana Langit. Namun kami melihat dari kejauhan bahwa pintunya masih tertutup.“Tunggu di sini, aku akan membuka segel pintunya terlebih dulu” sahut Emilia.“Baiklah kak Emi. Kami akan menunggu di sini sampai kakak kembali.”“Anak yang pintar.”*Whush*Aku yang sedang mengedipkan mata tiba-tiba tersadar bahwa kak Emi sudah menghilang. Cepat sekali, apakah itu sebuah teknik? Atau memang pergerakan tubuhnya yang sungguh sangat amat cepat? Aku tidak sempat melihatnya.“Azzo, kau lihat itu? Dia menghilang. Dan sekarang sudah ada di depan pintu gerbang istana itu.”“Aku tau, aku bahkan tidak bisa melihat gerakannya.”“Hey bro, ngomong-ngomong sampai kapan kau akan bertingkah seperti anak kecil begitu? Bertingkahlah sesuai umurmu, kau kan sudah bukan anak kecil lagi.”“Apa kau tidak lihat ini badanku sekecil begini? Kau mau aku bertingkah sok dewasa dan bijak dengan badan kecil begini? Aku mau bertingkah sesuai penampilanku. Jangan iri ya...”“Bukan itu y
Kami duduk saling berpandangan dengan meja bundar yang tidak terlalu besar, yang bahkan bisa menjangkau satu sama lain dengan mudah. Sambil mengobrol kami disuguhkan oleh secangkir teh yang ditemani oleh biskuit sebagai cemilan ketika kami mengobrol.“Jadi kita mulai pembicaraan kita. Apakah kalian tau mengenai Langit Palsu?”“Langit Palsu? Apa itu? Aku baru sekarang mendengarnya kak. Bagaimana denganmu El?”“Sama aku juga baru sekali ini mendengarnya.”“Ohh... Menarik, kalian bahkan belum pernah mendengar hal ini sebelumnya ya, padahal salah satu dari kalian datang dari Dunia Sana.”“Emm... Aku tidak bisa membantahnya kak, aku memang dari luar dunia ini. Tapi apa maksudnya dengan Langit Palsu itu? Bahkan sekalipun aku tidak pernah mendengarnya.”“Jadi begini nak, ada beberapa metode untuk seseorang dapat berpindah antar dunia. Sebelum kita masuk ke topik itu, kalian berdua sudah mengetahuinyakan bahwa kita sebagai makhluk hidup tidak mungkin hidup sendiri, selain dengan monster tentu
Tahun D199, 9 Bulan sebelum masa sekarang. Di sebuah tempat bernama Sky Garden atau Taman Langit, tempat kekuasaan salah satu Octagon, Soraki sang Dewa Langit.“Hoahm... Aku benar-benar bosan, sudah beberapa dekade tidak ada kejadian yang menarik untuk dilihat. Hm?”*tok**tok**tok*Terdengar suara ketukan pada ruangan Soraki.“Ya, masuk saja, lain kali ketuklah dan langsung saja masuk, jangan menungguku untuk memberikan jawaban. Sebelumnya aku sudah selalu bilang kan?”“Mohon maafkan saya Tuan Soraki, namun saya merasa tidak sopan jika langsung masuk begitu saja.”“Ya ya terserah kau sajalah... Tapi setidaknya jangan ulangi itu terus menerus. Lalu ada apa kau kemari?”“Ini tuan Soraki, perdana mentri Arelia meminta izin anda untuk menandatangani ini.”“Apa ini?”“itu adalah sebuah proposal ketidaksetujuan atas proposal yang diajukan oleh Tuan Igares mengenai Project Void.”“Void? Ruang Hampa ya... Mana biar kupahami detailnya terlebih dulu.” Aku berjalan menuju meja kerjaku dengan me
Tahun D199, 9 Bulan sebelum masa sekarang. Sky Garden, wilayah kekuasaanku Sang Dewa Langit.*sring*Lingkaran Sihir teleportasi mulai terlihat dan lama-lama bersinar di dalam ruangan kerjaku.*whush*Aku tiba di ruangan kerjaku disertai angin yang ikut terbawa masuk, karena perbedaan suhu angin cukup terasa ketika ikut terbawa dengan Sihir Teleportasi, rasanya cukup menghangatkan. Mengingat wilayah Sky Garden yang ada di langit yang cukup dingin, maka sangat menyegarkan ada angin hangat dari daratan bawah yang ikut terbawa.“Hm? Pakaianku tidak berganti ke semula ya... Sepertinya masih perlu perbaikan dengan Lingkaran Sihir Teleportasi di bagian penampilan kurasa, tapi hal itu bisa menyusul. Aku harus bertemu Arelia untuk memastikan kondisi saat ini.”“Tuan Soraki, anda tiba lebih awal ternyata pertemuan dengan nona Arelia akan segera dimulai tuan.”“Bukannya pertemuan itu sudah kubilang malam sebelum aku pergi tadi?”“Ma-maafkan saya tuan Soraki, namun nona Arelia memaksa untuk meng
Tahun D200 Saat ini, setelah kehilangan Dewa Samudra, Licht duduk termenung di ruang istirahatnya di daerah pegunungan Elendig tempat pertemuan The Octagon. Tenggelam dalam kesedihannya, mata pria tua itu yang tadinya keemasan pun perlahan berubah menjadi kemerahan karena kesedihannya yang mendalam serta amarahnya yang bercampur menjadi satu, kehilangan orang yang dia cintai sejak lama. Licht mengingat hari-harinya saat itu ribuan tahun yang lalu ketika Licht masih sangat ‘peduli’ dengan Elaine. Ia masih sangat muda saat itu.“Elaine! Dimana kamu? Aku udah mencarimu kemana-mana, sekarang sudah sore kita harus segera kembali ke ruang pertemuan. Gurumu mencarimu. Hmm... Kemana ya dia?”Aku berjalan mencari Elaine di sisi simpang empat tempat pertemuan di Elendig. Aku sedang melihat ke arah kanan, namun tiba-tiba dari arah kiri ada seseorang yang mengagetkanku ketika aku baru saja ingin melihat ke arah kiri.“Bwah!”“Woah!!!” aku pun sedikit melompat mundur terkaget karena dia tiba-tiba
Sesudah perjamuan makan yang sangat mewah, kenapa kubilang mewah? Karena kami sebelumnya belum pernah dijamu seperti ini. Makanannya luar biasa banyak dan rasanya sungguh sangat nikmat atau memang kami saja yang sudah kelaparan jadi semuanya terasa nikmat, entahlah aku tidak bisa membedakannya. Tapi yang pasti makanan ini adalah makanan khas perjamuan dari Emilia Rosa. Setelahnya kami dipandu menuju ruang istirahat dan dipersilahkan untuk beristirahat hingga besok.“Silahkan, kalian bisa memakai kamar di sini, dan di sana. Terserah kalian ingin memakai berapa kamar. Namun aku menyarankan kalian untuk benar-benar beristirahat dan bisa untuk tidur malam ini, karena besok akan menjadi hari yang berat.”“Baik kak Emi. Terima kasih juga atas perjamuannya, rasanya sungguh luar biasa...”“Tidak masalah nak. Nikmati saja selagi masih bisa kita menikmatinya.”Emilia pun meninggalkan kami berdua untuk membiarkan kami beristirahat di malam yang sudah larut ini.“Hei, apakah benar tidak masalah k
Di Pagi hari, beberapa saat sebelum rombongan Licht sampai. Setelah di malam harinya perjamuan luar biasa dengan Azzo dan Ellard yang tidak sengaja masuk ke wilayah Istana Langit. Emila bangun dengan perasaan sumringah serta riang gembira tidak seperti biasanya. Karena dirinya tau kalau sebentar lagi akan kedatangan tamu lagi yang tidak kalah penting yaitu penguasa Sonnenstadt, Sang Dewa Cahaya Licht. Mengapa dia bisa tau? Karena dia memiliki sebuah intuisi akan masa depan yang luar biasa akurat.“Hoahm... Hari ini adalah hari yang penting. Karena aku merasa akan mendapatkan tamu, seorang teman lama yang telah membuat pelindung sihir di daratan langit ini.” Tersenyum dengan sedikit mengerikan serasa ada dendam lama yang ikut terpancar keluar dari senyumannya itu.Dia bangun dari tempat tidurnya dan segera menatap jendela dan melihat ke arah luar. Dia benar-benar tidak sabar akan kedatangan teman lamanya itu.“Wah? Istana ini sudah dikelilingi oleh Sihir Deteksi, terlebih lagi ini...
Para pengawal yang panik karena tidak menyadari arah datangnya serangan Emilia, mereka hanya menyadari bahwa tuannya yang tadinya sedang berbicara dengan seseorang yang ada di atas Istana Langit tiba-tiba terdiam. Namun ketika mereka sadar akan keberadaan Emilia yang terlihat cukup jauh dari pandangan mereka, Emilia langsung sudah ada di hadapan mereka, melancarkan serangan mematikan dengan kecepatan diluar nalar manusia dan mengarahkannya ke Tuan mereka Licht.“Tuan Licht?!”Serangan Emilia dari sisi kiri menggunakan tangan kanannya digeser oleh Licht menggunakan pedangnya Sword of Revealing Light agar tidak mengenai tubuhnya. Namun Emilia yang cukup terkejut dengan serangannya yang dibelokkan, langsung merespon dengan serangan kedua dengan menggunakan tangan kirinya yang dikuatkan yang bahkan bisa membelah besi sekalipun. Serangan kedua itu berupa tusukan menggunakan tangan yang mengarah langsung ke leher Licht. Licht yang menyadarinya langsung saja mengarahkan pedangnya ke sisi kan