Beranda / Fantasi / Terbangun: Ingatan Yang Hilang / Chapter 2: Kota Cahaya, Sonnenstadt I

Share

Chapter 2: Kota Cahaya, Sonnenstadt I

Penulis: Falazo
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-11 04:08:07

Di atas bukit yang cukup dekat dari kota, kami melihat gemerlap kota Sonnenstadt yang indah dari kejauhan dengan disertai hujan lebat. Namun, tiba-tiba Ellard memperingatkan karena dia merasakan ada sesuatu yang janggal.

“Azzo sepertinya ada lagi ruin sentinel di dekat kita, aku merasakannya dengan Sihir Search-ku”.

“Dimana ruin sentinel sialan itu El? Akan kuhajar benda mati itu”

Aku bersiap siaga sambil mengeluarkan pedangku dan siap bertarung dengan kuda-kuda Teknik Pedang Hampa yang memang hanya itu yang kupahami dari teknik bertarung ini selama sepuluh tahun terakhir. Pedangku mulai dialiri aura jiwa berwarna biru kehitaman dari Teknik Pedang Hampa, namun Ellard langsung dengan sigap mencuri start karena dia merasa sudah berhutang budi denganku di pertarungan sebelumnya.

“Itu dia di arah jam 1. Tapi tunggu sebentar Azzo, biar kuatasi ini, tadi aku sudah berhutang padamu, ga enak kan kalau aku harus berhutang diselamatkan seperti itu. Sekarang giliranku membalasnya”.

Dengan sekejap Ellard langsung merapalkan mantranya dan mengeluarkan sihir menengah Lightning Spear. Semacam arus listrik kecil keluar dari kedua tangannya yang menggenggam satu sama lain. Dia seolah merenggangkan listrik tersebut dengan menarik dan mengendurkannya. Listrik yang ada di kedua tangannya itu lama-lama menjadi semakin besar mengikuti gerakan tangan Ellard, lalu ia merentangkan tangannya keatas bersamaan dengan listrik tersebut dan terbentuklah tombak raksasa dari petir itu.

Hakh!

“Lightning Spear”

“Emm.. El bukannya ini sedikit berbahaya ya mengeluarkan sihir listrik ketika sedang hujan?”

Aku sedikit menjauh dari Ellard karena sihir tombak itu terlihat menjadi lebih besar lagi dari yang seharusnya karena reaksi elemental dari air dan listrik, yang mana saat ini sedang hujan lebat. Alhasil aku terkena sedikit sambaran dari listrik itu.

“Wadaw!” aku yang terkena sambaran dari listrik yang membesar itu langsung saja lari menjauhinya.

“Tidak usah khawatir! aku tau yang kulakukan, yang penting ruin sentinel itu langsung hancur. Mati kau ruin sentinel!!!”

Dengan sekejap Lightning Spear langsung menghantam ruin sentinel yang membuat sekelilingnya seolah seperti ada kolam listrik di dekatnya, lalu terciptalah ledakan.

*srat* *duarrr* *crezs* *crezs*

Listrik yang telah menghantam ruin sentinel itu sedikit membekas di area sekitarnya dapat terlihat dari beberapa kilatan listrik di dekatnya.

“Gimana? Mantap kan? Hehe...” kata Ellard.

“Mantap darimana aku ikut kesetrum woy! Lihat nih jadi ada bau gosong kan dari bajuku, awas kau El!!!” balasku yang sempat mencium bau gosong di tubuhku ini, mungkin karena listriknya ada panasnya seperti api.

“Haha.. maafkan aku Azzo wajahmu sangat lucu aku tidak bisa menahan ketawa wahahahaha....”.

“Diam kau El, yang lebih penting ayo kita masuk ke kota Sonnenstadt. Aku sudah malas hujan-hujanan begini lama kelamaan nanti bisa masuk angin”. Aku langsung mengalihkan topik supaya berhenti diejek.

“Tapi El, sejak kapan kau masuk tingkatan sihir emas? Setauku kau masih di tingkatan perak. Tingkatan jiwaku saja masih perak.” Kataku yang tadi sempat merasakan tekanan sihir Ellard yang berbeda dari biasanya, terasa berlimpah.

Di alam Donya, penyihir dan pendekar dibedakan dengan tekanan kekuatannya masing-masing. Untuk penyihir digunakanlah tekanan sihir, sedangkan untuk pendekar terdapat tekanan jiwa. Masing-masing tekanan kekuatan tersebut memiliki tingkatannya lagi. Untuk tingkat pemula hingga ke tingkat tinggi secara berurutan yaitu perunggu, perak, emas, emas karat, emas putih, legenda.

Pelepasan kekuatan dari masing-masing tingkatan akan menyebabkan meningkatnya tekanan kekuatan beberapa kali lipat dari tingkatan sebelumnya.

“Yoi dong. Diriku ini sudah sampai tingkat emas satu titik disaat kau tertidur lama sekali di dalam gua tadi, alhasil meningkatlah kekuatanku dari perak dua titik. Seperti yang kau lihat kekuatan baruku meningkat beberapa kali lipat.” Dengan sombong dan bangganya Ellard memuji kekuatan barunya.

“Dan kau habiskan batu keramat untuk meditasi semuanya?”

“Iya hehe...”

”Bahkan bagianku juga El? Parah woi!”

Aku sangat kesal karena batu keramat untuk peningkatan kekuatan persediaan kami sudah habis semua. Padahal untuk meningkatkan tekanan kekuatan dengan sendirinya butuh bertahun-tahun tanpa batu keramat, selama sepuluh tahun aku hidup di Donya aku hanya bisa sampai ke tekanan jiwa perak. Apes sekali nasibku terjebak di tingkat perak sendirian pikirku.

Seharusnya dengan enam batu keramat setidaknya aku bisa naik ke tekanan jiwa perak tiga titik, yah apa boleh buat sudah kejadian.

“Udah jangan galau, nanti pasti nemu lagi batu keramatnya kok. Dalam perjalanan kesini aja kita bisa nemuin 6 batu keramat, seenggaknya di kota ini kemungkinan ada yang menjualnya. Udah ayo kita masuk ke pintu gerbang kotanya” Kata Ellard yang berusaha menghibur. Namun yah tetap saja aku masih galau meskipun telah sampai ke dekat gerbang kota Sonenstadt.

Kami akhirnya memasuki kota Sonnenstadt. Ellard dan aku langsung terkejut, ternganga ketika melihat ke atas tiba-tiba terdapat daratan langit melayang di atas kota.

“Hei lihat El, bukannya tadi dari jauh tidak ada kelihatan daratan langit ya? Tapi pas sampai sini malahan ada, aneh sekali. Terlebih lagi pemandangan kotanya luar biasa ya aku belum pernah melihat kota seperti ini dalam perjalanan kemari.”

“Aku baru sadar pemandangan kotanya dari luar dan dalam seperti berbeda ya? Sepertinya ada pembatas penglihatan di kota ini. Benar-benar sebuah misteri bagiku ada teknik seperti itu yang bisa mencakup seluruh kota. Tapi kalau dipikirkan masuk akal juga karena kita habis melawan ruin sentinel di luar. Seharusnya memang ada daratan langit di sekitarnya”

“Bahkan, Gedung-gedungnya terbuat dari kaca wow...” Aku begitu takjub karena sudah lama tidak melihat pemandangan seperti saat di dunia lamaku dulu.

“Benar aku juga belum pernah melihat kota seindah ini Azzo. Semua daerah yang kita lewati hingga kemari tidak ada yang seperti ini sebelumnya. Di daerahku juga tidak semaju ini. Bahkan banyak bangunan menjulang ke atas langit.”

Aku sejenak diam dan mengamati beberapa bangunan pencakar langit di kota ini. Dan setelah kulihat dengan seksama bangunan-bangunan pencakar langitnya seperti solah berusaha untuk menggapai daratan langit yang melayang tanpa penopang sama sekali. Namun jaraknya masihlah cukup jauh dari daratan langit itu.

Lalu tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri kami seperti seorang berbaju besi karena lumayan terdengar dari langkahnya yang berat meskipun dalam kondisi hujan. Mungkinkah penjaga kota?

“Hey kalian berdua, apakah kalian pengelana yang baru saja datang ke kota Sonnenstadt? Kalian terlihat seperti sedang kebingungan.”

“Oh iya pak benar, kami baru saja sampai di kota ini.” Balas Ellard

“Kalau kalian baru saja datang, mampir dulu ke pos penjaga untuk mencatatkan kedatangan kalian. Ayo sini ikuti aku”

“Ah iya pak baik.” Aku hanya diam saja membiarkan Ellard yang menjawabnya

Sambil terus waspada, kami pun mengikuti pria berseragam baja ini ke pos penjaga. Lalu segera sampailah kami di pos penjaga. Disana terdapat sekitar 6 orang yang berjaga. Lalu penjaga yang bertugas mencatat di pos pun menanyai kami beberapa hal. Seperti nama kami, dan tujuan kami datang kesini. Kami menjawab tujuan kami adalah untuk belajar, supaya dimudahkan administrasinya, dan juga supaya kami tidak dicurigai, setidaknya mengurangi masalah begitu pikirku.

Kami juga bertanya apakah ada penginapan untuk pengelana dengan harga miring, karena kota ini sepertinya sangatlah mahal. Dan mereka pun memberikan kami petunjuk menuju penginapan harga miring. Lalu segeralah kami menuju ke penginapan bernama Fazeela Inn. Saat kami sedang berjalan ada sesuatu yang aneh.

“El, kau merasakannya?” berbisik ke Ellard tanpa menoleh supaya kami tidak dicurigai.

“Ya, situasinya agak aneh di kota ini, dan ada yang sedang mengawasi kita. Apakah dewa cahaya sedang mengawasi kita? Aku bahkan tidak berani menggunakan Sihir Search untuk menemukan orang yang sedang mengawasi kita. Semenjak masuk ke kota ini ada suatu sensasi aneh Azzo. Sebagai penyihir aku bisa merasakannya. Seolah ada mata yang mengamati kita dari atas.”

“Benar, aku juga merasakan tekanan jiwa kuat seperti sedang menekan kita dari berbagai arah seolah mengekang kita supaya tidak berbuat macam-macam.”

“Ayo Azzo kita harus segera ke penginapan itu secepatnya dan beristirahat. Tidak aman jika kita ada di jalanan seperti ini.”

Sampailah kami di depan Fazeela Inn tempat yang ditunjukkan oleh penjaga kota ini tadi. Kami pun segera masuk dan bertemu dengan resepsionis.

“Hai nona, kami ingin menyewa kamar untuk beberapa hari.”

“Baik kak, mohon maaf sebelumnya, apakah kakak adalah seorang penyihir atau pendekar? Kami memiliki diskon khusus kepada penyihir maupun pendekar jika tekanan sihirnya sudah mencapai tingkat emas.”

“Ah iya terima kasih nona cantik, dimana aku harus mengetes tekanan sihirku?” sambil senyum cengengesan kearahku dengan pedenya dia menggoda resepsionis itu.

Aku sampai lupa kalau Ellard punya sifat yang seperti itu di hadapan seorang wanita. Mungkin jika dihitung-hitung El juga sudah seharusnya memasuki umur pria yang sudah bisa menikah. Mungkin dia ingin segera dapat jodoh.

“Sebentar ya, nah disini kakak silahkan letakkan tangannya ke batu sihir untuk melihat tekanan sihir kakak di tingkat apa. Untuk tekanan jiwa bisa memakai batu jiwa di sebelah sana.” Sambil mengambil batu sihir serta menunjuk batu jiwa yang ada di sebelahnya.

Ellard langsung meletakkan tangannya ke batu sihir itu dan melepaskan tekanan sihirnya supaya bisa diukur. Lalu pada batu sihir itu tiba-tiba langsung berubah warna keemasan dengan tanda satu titik di atasnya.

“Baik kakak ternyata penyihir tingkat emas satu titik ya luar biasa. Lalu kamar apa yang ingin disewa?”

“Satu kamar nona cantik dengan dua tempat tidur ya”

“Baik kakak, ini kuncinya kamar nomor 176 di lantai 3 ya. Atas nama siapa kakak?”

“Ellard nona cantik, kalau nona sendiri namanya siapa?”

“Oh.. saya Eleanore Ran. Panggil saja Ran kak”

Aku hanya berdiri diam di belakang Ellard melihat wajah resepsionis Ran yang memerah karena sudah digoda oleh Ellard. Gile... Mudah sekali wanita itu tergoda pikirku. Aku pun sudah mulai lelah berdiri dan mulai bosan juga melihat El menggodanya, lalu kuputuskan untuk menarik baju Ellard layaknya bocah yang sedang meminta sesuatu sebagai sinyal untuk menyudahi percakapan dan segera pergi menuju ke kamar untuk beristirahat karena kami baru saja kehujanan.

Ellard pun langsung sadar akan sinyalku dan menyudahi percakapannya.

“Ohh iya-iya Azzo hahaha... terima kasih nona, ini 3 keping emas, untuk pembayaran diawalnya nanti untuk kembalian atau kekurangan bisa menyusul ya. Kami baru saja sampai soalnya, ingin segera istirahat hehe. Kita ketemu besok pagi ya nona cantik.” Sambil mengedipkan mata saat jalan dan membuang mukanya dengan gaya.

Aku langsung berjalan duluan ke arah tangga dan naik duluan meninggalkan Ellard di belakangku.

............bersambung.............

Bab terkait

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 3: Rencana

    Setelah aku melihat kunci kamar yang sudah ada di tangan Ellard, langsung saja aku menuju kearah tangga untuk pergi ke kamar penginapan kami. Ellard menyusul di belakangku. Kami menyusuri lantai demi lantai menuju lantai ketiga tempat kamar yang kami sewa.“Azzo, santai dong jalannya gausah tergesa-gesa aku lagi pengen ngobrol dengan nona cantik itu lohh.. jarang-jarang kan ketemu wanita di perjalanan kita. Siapa tau bisa kunikahi hehe...”“Bodo amat El, aku dah capek mau tidur.”“Bukannya tadi baru aja tidur di goa? Masa udh ngantuk lagi? Cari alesan aja biar aku ga bisa punya cewe ya?”“Ish, tau ah. Tapi El, apa kau ga lapar? Aku kok lapar ya.” Aku memandangnya sinis, dan mengalihkan topik pembicaraan. Sebenarnya aku lumayan iri dengannya, dia kan bisa saja dapat pacar kapanpun, bahkan mungkin saja bisa langsung menikah. Tampangnya pun tidaklah jelek jadi memang mudah saja baginya mendapatkan wanita. Lah aku? Tubuhku seperti bocah begini mana ada yang mau denganku.“Boleh, karena ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 4: Kota Cahaya, Sonnenstadt II

    Di saat terlelap di penghujung tidurku, aku mendengar suara samar yang lama-lama semakin jelas. Suara itu memanggilku, memperingatiku? Apa yang dia katakan? awalnya aku tidak bisa mendengar, namun ketika suara itu semakin jelas itu seperti “Azzo, Azzo, Azzo- Azzo awas !!!” seseorang berteriak memanggil namaku. Aku berusaha mencarinya, namun Aku menyadari bahwa saat ini situasiku seperti sedang terjatuh. Terjatuh dalam kegelapan mimpi.“Siapa itu yang memanggilku?!” Aku berteriak karena tidak bisa mengingatnya, mengingat suara itu... suaranya seperti asing bagiku aku tidak mengingatnya, namun terasa hangat, terasa akrab. Aku berusaha mencari suaranya lagi dan lagi, namun hanya kegelapan yang terlihat di mataku, padahal aku sudah merasa membuka mataku selebar mungkin, namun aku tidak menemukannya. Tubuhku pun terus terjauh tanpa ujung, dan aku pun terbangun dari mimpi buruk itu.“Huft... Huft... Huft... Apa itu tadi?” Aku terbangun dengan bercucuran keringat. Aku merasa bahwa ini mer

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 5: The Octagon, Delapan Dewa Surgawi

    Tahun D200, suatu tempat di puncak gunung, di antara lembah dan pegunungan Elendig. Kedelapan dewa surgawi atau The Octagon penguasa alam Donya berkumpul. Namun hanya terdapat enam dewa yang hadir, kedua sisanya masih belum datang.“Dimana Igares? Mengapa dia belum datang? Kukira dia yang membuat pertemuan ini supaya terlaksana, malah dia sendiri yang belum datang.” Terdengar suara yang berat memenuhi ruangan. Ia adalah Licht, Dewa Cahaya penguasa Sonnensadt“Tenanglah sedikit Licht, cahayamu itu merusak tatanan pecahayaan di sini dan menjadikannya terlalu terang jika kau tetap meninggikan auramu seperti itu.” Terdengar suara seorang wanita menjawab dengan keberadaannya yang cukup angkuh menekan Licht. Ia adalah Elaine, Dewa Samudra penguasa Mili.“Hmpft... untuk apa mengumpulkan The Octagon sekarang setelah ratusan tahun tidak saling bertemu dan berurusan satu sama lain? Benar-benar lancang, dan dia juga masih berani datang terlambat, sungguh keterlaluan.”“Anggap saja kita sedang r

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 6: Kota Cahaya, Sonnenstadt III

    Seorang pemuda misterius dengan jaket putih serta membawa tas besar dan memasuki Fazeela Inn. Ia lalu berjalan perlahan mendekat ke resepsionis Ran.“Halo, selamat datang di Penginapan Fazeela. Apakah ada yang bisa dibantu?” Ran menjawab dengan antusias seperti biasanya karena memang sudah tugas resepsionis seperti itu.“Umm... Maaf apakah saya bisa pesan kamar untuk satu orang?”“Baik kamar untuk satu orang ya, untuk kamarnya ingin yang jenis apa kak?”“Yang untuk satu orang saja, single bed mungkin namanya? Pokoknya untuk satu orang saja.”“Baik kak kamarnya single bed, untuk pemesanan atas nama siapa?”“Umm... tulis saja Faris, sudah lama aku tidak menggunakan nama ini. Sudah terlalu sering dipanggil itu sih hehe” suaranya saat berbicara semakin mengecil.“Maaf kak, atas nama siapa bisa diulang? Saya agak tidak mendengarnya tadi.”“Faris, atas nama Faris.”“Baik kak Faris, ini sudah selesai untuk pengisian data, untuk biayanya-““Ini, simpan saja kembaliannya ketika saya sudah kelua

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 7: Kota Cahaya, Sonnenstadt IV

    Setelah selesai berkerumun di jalan depan penginapan Fazeela akibat gempa yang tiba-tiba saja terjadi, Azzo dan Ellard memutuskan untuk menuju ke guild petualang untuk mencari pekerjaan serta jalan-jalan keliling kota Sonnenstadt. Mereka juga memutuskan untuk menghindar agar tidak bertemu orang misterius dengan jiwa yang menumpuk dalam satu tubuh, yang tidak lain itu adalah Legio “The Destroyer”.“Setelah kulihat-lihat lagi kota ini memang memiliki semuanya ya El, selain kotanya yang indah dengan gemerlap cahaya lampunya.”“Begitulah, aku saja jadi jatuh cinta dengan kota ini. Banyak wanita cantiknya juga loh Azzo.”“Cewek terus aja yang kau pikirkan El. Bukannya kau sudah punya pacar?”“Kan baru satu hehehe...”“Dasar playboy... Sebentar El aku ingin memeriksa harga-harga pedang, pedangku ini sudah mulai tumpul sepertinya dan sudah banyak sisi yang retak. Bahaya kan jika tidak bisa bertarung karena pedang yang patah. Bisa-bisa aku mati nanti”“Seorang sepertimu mati? Jangan bercanda

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 8: Tujuan

    Pada saat gempa terjadi di berbagai belahan Donya dan juga di penginapan Fazeela yang ikut merasakan getarannya yang cukup kuat. Dan di saat yang sama juga ketika semua orang keluar dari gedung penginapan, Legio masih ada di dalam penginapan yang sedang terkena gempa. Dia merasa bahwa tidak perlu keluar dari penginapan ketika gempa sedang terjadi, karena dia dapat dengan mudahnya menghancurkan bangunan tersebut ketika akan roboh ke arahnya jika memang diperlukan.“Wah... Sepertinya sudah dijalankan ya rencana master Igares. Kukira itu hanyalah omong kosong belaka ketika ia bilang ingin mencoba menentang Dewa penguasa lainnya seorang diri. Benar-benar sesuatu hahaha...” Legio tiduran di kasur sambil cengengesan mengingat kebijaksanaan masternya itu.Tiba-tiba saja dia teringat tentang misi yang diberikan padanya oleh Igares.“Wahai Legio muda, kau tau kan kau harus berhasil melaksanakan misi ini, dengan penyelidikan mengenai bencana ruang maka kita dapat dengan mudah meningkatkan kual

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 9: Guild Petualang

    Tidak terasa waktu berlalu, jalan-jalan kami menelusuri kota setelah berkunjung ke toko peralatan telah berakhir, dan tibalah kami di depan Guild Petualang.“Jadi El, Guild Petualang itu apa?”“Hah? Sudah hidup bertahun-tahun di sini kau masih tidak mengerti apa itu Guild Petualang? Yang bener bro?”“Yah... Aku tau sih secara garis besar, mereka seperti organisasi yang menyediakan sarana bagi orang-orang untuk meminta pertolongan kan? Semacam membuat permintaan mencari kucing lah, menelusuri reruntuhan, bahkan mencari artefak kuno sepahamku begitu sih. Benar kan?”“Kau tidak sepenuhnya salah Azzo, namun fungsi mereka tidak hanya itu. Di Guild Petualang pekerjaan kita terjamin, setidaknya selama kita setor muka di sana, mereka akan memberikan kita pekerjaan. Tidak seperti petualangan kita sebelumnya, yang mana kita hanya seperti menjadi pedagang artefak dadakan karena baru saja menyelesaikan penelusuran di reruntuhan. Dan jika kita tidak menemukan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 10: Rahasia dan Perpisahan

    Bagian 1Setelah kami berjalan beberapa saat menjauh dari Guild Petualang, akhirnya kami sampai di perbatasan daerah pinggiran kota Sonnenstadt.“El, sampai kapan kau akan diam terus seperti ini? Jelaskan padaku apa yang terjadi tadi tentang batu keramat, dan mengapa mereka bisa tidak mengetahui cara penggunaannya? Aku tau batu keramat itu sangatlah langka, hingga kita hanya menemukannya bahkan bisa dihitung dengan jari selama beberapa tahun ini. Tapi apa maksudnya tadi itu?”“Sabar dulu Azzo, kita keluar sedikit lagi ke pinggiran kota. Di sini masih belum aman untuk aku menceritakannya.”“Apa sih? Kenapa harus sampai keluar kota segala? Dan lagi- eh... El, penghalangnya kau merasakannya? Seperti ada penghalang tambahan yang terpasang di kota ini.”“Aku tau, sudah dari sejak tadi aku merasakan aliran aura aneh di kota ini, sejak kita ada di guild aku mulai merasakan seperti ada aura aneh, mungkin lebih tepatnya aura kematian tiba-tiba mun

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27

Bab terbaru

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 38: Kekacauan

    Azzo menggenggam tangan Selene dengan erat, air mata pun mengalir di pipinya. "Kami tidak akan pernah melupakanmu, Selene. Aku juga akan menyelesaikan labirin ini demi dirimu." Kata Ellard dengan suara bergetar. Dia seperti ingin menangin namun ditahannya, karena situasi saat ini yang tidak memungkinkan untuk berhenti dan berduka sejenak.“Selene... Hiks... Hiks...” Azzo menangis tersedu-sedu karena ini pertama kalinya menyaksikan seseorang yang dia kenal dengan sangat dekat pergi dari sisinya.Selene mengangguk pelan, lalu menutup matanya untuk terakhir kalinya. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam di hati Azzo dan Ellard. Ellard yang melihat Selene seperti ingin menyerahkan tasnya kepadanya, segera memungut tas itu, dan membukanya.“El... Kenapa kau begitu?! Tidakkah itu kurang terhormat mengambil sesuatu dari mayat seseorang? Apalagi itu teman kita, apa kau sudah gila?!” Teriak Azzo protes terhadap tindakan Ellard.“Aku tau itu, tetapi tadi dia sepertinya berusaha menyerahkan t

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 37: Selene, Cahaya yang Padam Di Labirin

    Azzo meraba dinding labirin dengan tangan gemetar. Udara di dalamnya terasa lembap dan berbau pengap. Cahaya lilin yang mereka bawa hanya menerangi sedikit sekitar mereka. Azzo, yang biasanya penuh semangat, kini tampak lemah dan pucat. Dia masih terguncang oleh peristiwa tadi ketika Selene diculik oleh seseorang dengan kekuatan misterius.“Kita harus cepat menemukan Selene,” ucap Ellard dengan suara rendah. “Dia adalah kunci untuk mengungkap rahasia piramid ini.”Azzo mengangguk. Dia merasa bertanggung jawab atas nasib Selene, karena dahulu dialah yang menguji kekuatan dari Selene langsung saat pertama dia bergabung ke dalam kelompok. Mereka berjalan lebih dalam, mengikuti lorong-lorong gelap yang bercabang-cabang. Suara langkah mereka bergema di dinding-dinding batu. Tiba-tiba saja seiring mereka melangkah, mereka dihadapkan pada persimpangan tiga jalan.“Kita harus memilihnya dengan hati-hati,” kata Azzo. “Satu jalan bisa membawa kita ke Selene, yang lain mungkin mengarah pada sesu

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 36.5 : Bio Karakter Bagian 1

    Ini adalah daftar beberapa karakter yang pertama kali dibuat, sebelum akhirnya cerita dimulai. ------------------------------------------------- Nama : Azzo El-Hassan Alias : Pendekar Abadi, Pendekar Tanpa Suara Ras : Manusia Tidak Sempurna Jenis Kelamin : Laki-laki Umur Tubuh : 13 Tahun Hampir 14 Tahun (Saat Pertama Kali Tiba di Donya) Umur Asli : 24 Tahun (Saat ini) Tinggi Badan : 163cm Pekerjaan : Petualang Pekerjaan Sebelumnya : Pencari Artefak Independen Teknik : Ilmu Pedang Hampa Posisi : Pendekar Pedang Garis Depan Status : Abadi Sihir : - Aura : Abu-abu Tingkat Kekuatan : Perak 2 (Episode 1) Emas 2 (Sekarang, Belum Diukur Lagi) Peralatan : 1 Set Perlengkapan Petualang Warna Hitam Pedang Khas Elendig (Rusak/Diperbaiki) Silver Sword atau Pedang Silver (Sekarang) Kerabat : Ellard Vahran (Sahabat) Selene Aurelia (Sahabat) Seltsam Pioneer Nomor 3 - Iter ‘The Myth’, Larissa, Luna, Lisa (Guru) ------------------------------------------------- Nama : Ellard V

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 36: Kisah Sahabat Lama, Labirin Piramid

    Saat ini kami tengah bersiap untuk menjelajah reruntuhan di dekat perbatasan antara daerah netral pegunungan Elendig dengan wilayah Mili wilayah dari Dewa Samudra Elaine ‘The Octagon’. Kami seringkali bertemu pengelana seperti kami yang memburu artefak dari dalam reruntuhan. Mereka bilang di daerah pegunungan ini terdapat semacam piramid yang menarik perhatian kami. Namun sebelum sampai di sana kami memutuskan untuk berkemah kembali di desa sekitar labirin itu.Malam itu, di bawah langit yang berkilauan, kami berkumpul di sekitar api unggun. Cahaya gemerlap memantul dari wajah-wajah kami yang lelah. Selene, dengan matanya yang tajam dan rambut hitamnya yang terurai, menatapku dengan sedikit kesal. Dia selalu lebih waspada, lebih cerdas dalam membaca tanda-tanda alam. Aku, Azzo, lebih suka bertindak dulu dan berpikir kemudian. Itu sebabnya kami sering berbenturan. Ini adalah kisah sebulan setelah kami bertualang dengan Selene.“Selene, kau bilang apa tadi mengenai daerah ini?” tanyaku.

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 35.5: Kisah Ellard Vahran

    Di sebuah desa yang diberkahi oleh para pemuda yang sangat berbakat untuk menjadi pendekar ataupun kesatria, terdapat seorang pemuda berambut merah yang sama sekali tidak menunjukkan bakatnya akan menjadi pendekar. Fisiknya sangatlah lemah, dia adalah Ellard Vahran. meskipun dia menyandang keturunan rambut merah yang kebanyakan dari mereka menjadi seorang pendekar.Dia hidup dengan rasa penasaran yang tak terpuaskan, kemana kekuatan pendekar dari keturunan rambut merah miliknya? Pertanyaan itu selalu berputar di benaknya. Meskipun fisiknya lemah dan tidak menonjolkan bakat sebagai pendekar, ada sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya. Di mata orang lain, dia hanyalah seorang pemuda biasa yang tidak memiliki potensi. Dia tidak dianggap oleh sekelilingnya. Keluarga besarnya bahkan menolaknya, karena dia dianggap tidak berguna karena tidak bisa meneruskan keturunan pendekar rambut merah keluarga mereka. Meskipun Ellard menghadapi penolakan dari keluarga besarnya dan desa, ada dua orang y

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 35: Selene, Kisah Sahabat Lama yang Terlupakan

    Tahun D194, kami masih berada di daerah netral pegunungan Elendig. Pada suatu hari Aku dan Ellard bertemu dengan seorang petualang perempuan ketika kami sedang berkemah di salah satu puncak gunung di pegunungan Elendig di dekat kota kecil Vreven. Saat itu, angin malam membuat tubuhku menggigil ketika aku dan Ellard berkemah di puncak gunung. Api unggun kami berjuang melawan dingin yang menusuk tulang. Di antara gemuruh angin, sebuah bayangan muncul dari kegelapan. Seorang perempuan, langkahnya ringan seperti hembusan angin, mendekati kami.“Azzo, sepertinya kita kedatangan tamu tak diundang.” Ellard waspada“Beruang atau manusia El?” tanyaku.“Dari ukurannya yang kurasakan dengan sihir deteksiku sepertinya manusia. Hei kau keluarlah aku tau kau ada di sana!” teriak Ellard berusaha menghalau musuh.Bayangan orang yang muncul dari kegelapan itu semakin mendekat. Langkahnya ringan, seolah-olah dia menyatu dengan angin malam. Rambut biru langitnya tergerai, dan matanya memancarkan kecerda

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 34.5: Sate di Bawah Langit Donya

    Di tengah hutan yang lebat, dua pemuda Azzo dan Ellard memutuskan untuk beristirahat. Mereka sudah berjalan selama seharian dan rasanya hari mulai gelap. Cahaya matahari tembus melalui dedaunan sore hari, memberikan sentuhan hangat pada kulit mereka. Mereka melepas beban ransel dan duduk di atas akar yang menjulang. Ellard mengeluarkan peralatan makan mereka.“Azzo,” ujar Ellard.“Kita sudah lama berpetualang bersama, tapi ada satu hal yang belum pernah kita coba. Bagaimana kalau kita membuat sate di sini? Aku ingin kau mengajariku bagaimana cara membuatnya, apalagi bumbu yang kau gunakan itu... Apa namanya, saus sambal kacang ya? Itu benar-benar lezat.”Azzo tersenyum pada Ellard, mengangguk setuju. “Baiklah, Ellard,” katanya dengan semangat. “Kita akan membuat sate di tengah hutan ini. Tapi ingat, kita harus berhati-hati agar api tidak merembet ke sekitar dan mengganggu alam.”Mereka berdua mencari kayu-kayu kering untuk membuat api unggun. Azzo mengajari Ellard cara menyusun kayu s

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 34: Kebuntuan dan Bertemu Rekan Baru

    Tiga tahun telah berlalu, tepatnya tahun D193. Kami tengah berada di Daratan Netral di pegunungan Elendig, wilayah yang tidak termasuk teritori dari Delapan Dewa Surgawi. Aku telah memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama dengan temanku yang sekarang menjadi sahabatku Ellard. Dia adalah orang pertama yang kutemui dan dia mengajariku semuanya yang ada di dunia ini atau tempat yang disebut sebagai Donya. Dia bahkan mengajariku berbicara menggunakan bahasa di sini juga dengan membaca maupun menulis. Dia benar-benar orang baik yang sudah menyelamatkan hidupku.Aku dan Ellard terus melanjutkan perjalanan kami meskipun aku belum mengingat apapun yang terjadi dengan diriku yang sampai terlempar ke Donya, namun kami menyadari sesuatu hal baru. Seiring berjalannya waktu, tubuhku sama sekali tidak berubah meskipun sudah 3 tahun berjalan. Hal ini sering membuatku menjadi pusat perhatian dan menimbulkan banyak pertanyaan dari orang-orang yang kami temui, mengingat kami sempat sing

  • Terbangun: Ingatan Yang Hilang   Chapter 33: Awal dari Sebuah Petualangan

    Sepuluh tahun yang lalu pada tahun D190, adalah kisah saat pertama kali aku tiba di Donya. Saat itu, aku hanyalah seorang anak biasa yang tidak tahu apa-apa tentang dunia luar. Aku membuka mataku perlahan, dan cahaya matahari yang menyilaukan membuatku menyipitkan mata. Aku merasakan tanah yang lembut di bawah tubuhku dan mendengar suara burung-burung berkicau di kejauhan. Aroma segar dedaunan dan tanah basah memenuhi hidungku, memberikan rasa tenang yang aneh. Aku mengedipkan mata beberapa kali, mencoba memahami di mana aku berada. Ini bukanlah tempat yang kukenal. Pepohonan tinggi menjulang di sekelilingku, disertai dengan langit biru cerah membentang tanpa awan. Aku merasa seperti berada jauh dari rumah.Aku bangkit dengan bersusah payah, merasakan tubuhku yang lemah dan kepala yang berdenyut. Di sekelilingku, pepohonan tinggi menjulang dengan dedaunan yang berwarna-warni, sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi, tetapi ingata

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status