Detik berganti menit. Menit berganti Jam. Jam berganti hari dan terus saja waktu bergulir, meninggalkan semua kenangan dihari kemarin, menyongsong kenangan yang akan datang dihari esok. Tiga bulan telah berlalu pesca keberangkatan anggota Militer untuk Satgas.Meski jarang sekali berkomunikasi, namun Kanaya tetap berusaha berfikir positif. Walau terkadang rasa takut dan rindu menyiksa batinnya. Tetap hanya doa yang bisa ia haturkan ditengah kegundahan itu.Kandungan Kanaya pun sudah menginjak bulan ke-6 hanya tinggal beberapa bulan lagi dia bisa bertemu dengan buah hatinya. Itu sebabnya Kanaya tak ingin terus berlarut-larut dalam kesedihan, sebab ia tak mau membuat bayi dalam kandungannya ikut merasakan apa yang dia rasa.Selama tiga bulan ini Kanaya terus menyibukan diri melakoni profesinya, tentu masih dalam tahap wajar karena dia tidak ingin kelelahan.Dilain tempat Rey tengah sibuk melakukan latihan. Beberapa bulan terakhir desas-desus jika kelompok bersenjata berkeliaran Disekita
Napas Rey dan Rio terengah. Mereka baru saja melalui hidup dan mati, setelah adu tembak dengan Kelompok Kriminal Bersenjata.Rey dan Rio yang hendak kembali setelah mengawal Dinsos Jaya Pura menuju Wamena, harus mengalami nasib na'as tersebut. Hari yang semakin petang, ditambah lagi mereka hanya berdua, alhasil Rey dan Rio harus mengalami peristiwa menengangkan itu. Dimana satu peluru bersarang pada lengan Rey."Tingkatkan kewaspadaan! Jangan lengah! Tetetap siap siaga," seru Rey mengintrupsi para anggotanya.Beruntung mereka bisa kembali ke Distrik Mugi dengan selamat. Kurangnya kesiapan Rey dan Rio membuat mereka lengah dan tidak bisa mengejar KKB karena kelompok itu kembali masuk kedalam hutan setelah membrondong truck Militer dengan peluru."Aww.." Rey mendesis merasakan ngilu pada lengannya saat petugas kesehatan yang ada di Distrik Mugi membalut luka itu dengan kain kasa. Beruntung peluru itu hanya menyerempet lengan Rey, dan tidak sampai tertanam pada daging pria itu.Sementara
Kanaya menatap bangunan yang ia lewati saat hendak munuju Royal Hospital, tetesan air hujan mengalir membasahi kaca mobilnya. Enam bulan sudah berlalu pasca keperian Rey dalam sebuah Satgas. Hari-hari ia lalui dengan kecemasan dan kegelisahan, namun smua itu hanya bisa Kanaya pendam. Melewati kehamilan pertama tanpa pendampingan seorang suami merupakan hal yang begitu sulit ia terima, namun sebagai istri dari seorang Abdi Negara, tentu Kanaya harus tetap suportif mendukung sang suami. Kanaya mengusap perutanya yang kini sudah membuncit sempurna, tidak terasa beberapa minggu mendatang buah hatinya akan segera hadir kedunia. Kanaya selalu berharap jika pada moment indah itu Rey akan berada disampingnya. Meski harapan itu tidak akan pernah terwujud, Kanaya masih bersyukur, sebab ada keluarga yang selalu siap siaga mendampingi. Seperti saat ini, Mama Sarah duduk disampingnya, menggenggam tangan Kanaya dengan sayang. "Kok ngelamun sayang?" Sarah menilik wajah menantunya yang tengah term
Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu singkat bagi yang bahagia. Setidaknya itulah yang kini tengah Kanaya rasakan. Kanaya memandangi rintik hujan dari balik jendela kamarnya. Sesekali ia kembali membuka album foto yang ada dalam pangkuanya. Usia kehamilannya sudah menginjak bulan ke-9 dan hanya menunggu waktu, kapan buah cintanya dan Rey hadir kedunia.Angin dan Petir terlihat saling beradu, hawa dingin terasa menembus kulitnya. Sesekali Kanaya menggosok kedua tangannya agar tubuhya kembali merasakan hangat. Dari semalam Kanaya sudah mengeluarkan lendir bercampur darah, namun hingga kini dia belum merasakan apapun. Meski bukan seorang Dokter Kandungan, namun sedikit banyak Kanaya memahami apa-apa saja yang akan terjadi sebelum persalinan. Itu sebabnya saat ini Kanaya masih santai, walau sebenarnya dia pun sedikit merasa takut.Entah ketakutan macam apa yang tengah ia rasakan ini. Namun i
"Mas Rey Mah." Kanaya terpejam, mulutnya terus mengguman menyebut nama Rey, membuat Sarah dan Amy takut.Seorang nakes nampak menghampiri Kanaya, kembali memasukan jari-jemarinya untuk mengetahui pembukaan yang sudah terjadi."Oksiput Anterrior Dok," ucap nakes itu memberi tahukan Mariana.Mariana nampak mengangguk, mengenakan sarung tangan lantas menghampiri Kanaya. "Dokter Kanaya, ayo dibuka matanya Dok! Pembukaan sudah cukup, kita berdoa bersama ya!" ucap Mariana menginterupsi.Dengan perlahan Kanaya berusaha membuka matanya. Entah mengapa dia merasakan kantukan yang luar biasa, matanya hanya ingin terpejam terus menerus."Kita berdoa bersama ya. Dokter Kanaya semangat, ingat ada seorang bayi mungil yang sebentar lagi akan Dokter Kanaya temui, jangan terpejam dan terus menyebut nama Tuhan yang Maha Esa! Saya yakin dokter Kanaya bisa melewati proses ini," ucap Mariana mencoba memberikan kekuatan.Dengan tenaga yang tersisa Kanaya mengangguk, berusah memaksakan kedua matanya agar terb
Breaking News... "Sebuah Helikopter milik TNI-AU yang tengah menyusuri pegunungan Nduga tiba-tiba saja meledak diudara, Helikopter yang mengangkut tiga anggota TNI-AD serta dua anggota TNI-AU itu dikabarkan tengah mencari keberadaan kelompok kriminal bersenjata yang akhir-akhir ini sangat mereshakan, belum diketahui apa yang menyebabkan Helikopter MI 17 v 5 HA 5141 itu terbakar. Hingga berita ini diturunkan belum diketehaui apakah tragedi tersebut memakan korban atau tidak? Sebab Anggota Militer yang masih bertugas disana belum bisa memastikan, dikarenakan jalan dan posisi terjatuhnya helikopter itu berada dilereng pegunungan dengan jalan curam dan sulit dilalui. Namun jika melihat dari pantauan udara, sepertinya tidak ada penumpang yang selamat." ucap seorang wanita yang menyiarkan sebuah berita. "Sama-sama kita memanjatkan doa, semoga tragedi tersebut tidak menimbulkan korban jiwa!" Adit dan Amar berdriri memandangi layar Telivisi yang tersedia didepan ruang tunggu persalinan. Ra
Kabar begitu cepat menyebar, hampir seluruh penjuru Negri sudah mendengar prihal tragedi na'as yang menimpa Helikopter milik TNI-AU tersebut.Bahkan beberapa anggota Militer yang bertugas tak jauh dari Kabupaten Nduga pun turut membantu melakukan pencarian. Besar harapan mereka bisa menemukan ke-5 teman-temannya dengan keadaan sehat dan selamat.Seperti Rian, berjam-jam lamanya pria itu tak henti mencari sahabatnya, ikut melakukan penyusuran menggunakan Helikopter. Posisi tebing yang curam dengan pepohonan rimbun membuat mereka sulit melakukan efakuasi, mereka pun tidak tahu kondisi dibawah sana, sehingga belum ada yang turun untuk melakukan penyusuran.Dari pantauan Udara mereka hanya bisa melihat bangakai Helikopter yang sudah hancur berserakan, terhempas disekitar lereng pegunungan Nduga. Jika melihat kondisi tersebut, kecil harapan untuk para anggota Militer selamat. Namun tentu mereka tak mau menyerah, dan terus memanjatkan doa pada sang pencipta. Berharap ada sebuah keajaiban un
"Selamat Dokter Kanaya, bayinya laki-laki, sangat tampan."Mariana mengulum senyum, seraya membersihkan bayi mungil yang baru saja menyuarakan tangis pertamanya.Mata Kanaya terpejam, namun ia mendengar apa yang Mariana katakan. Tangis bayi mungil itu sekaan menghilangkan segala rasa sakit dan lelah yang ia derita. Sudut matanya mengeluarkan air. Pertanda haru dan bahagia yang begitu luar biasa."Allhamdulilah.." Kompak Sarah dan Amy mengucap syukur. Moment menegangkan itu telah berlalu, berganti haru yang menggebu."Selamat nak, sekarang Naya sudah menjadi ibu." Amy mengecup kening putrinya, dua puluh delapan tahun lalu ia melahirkan Kanaya, dan kini gadis mungil itu sudah melahirkan cucu ketiganya. Bersyukur Tuhan masih memberikan kesempatan untuk dia merasakan moment mendebarkan dan mengharukan ini.Sarah berganti mengecup kening menantunya. Wanita paruh baya itu terlihat lebih sedih, entah mengapa dia teringat saat melahirkan Rey dulu. "Selamat sayang, selamat untuk status barunya,