Dengan bantuan Chad, Catherine pun duduk di tempat tidur dengan bagian punggung diganjal oleh bantal. Catherine yang baru saja sadar pun menoleh ke arah suami dan ayahnya yang ada di samping, kemudian ia melihat ke arah bawah dan memegangi perutnya.“Selamat sayang, ayah senang sekali dengan berita kehamilanmu, dan tentunya akan membuatku lebih semangat karena aku ingin bermain dengan cucu pertamaku,” kata Edmund dengan raut wajah yang penuh kebahagiaan seakan ia telah lupa dengan apa yang dialaminya barusan.Catherine masih diam dan ia menyentuh perut bagian bawahnya.“Kau tak perlu khawatir sayang, masalah pendarahan yang kau alami hanyalah masalah hormonal, ini biasa terjadi saat kau mengalami banyak tekanan atau terlalu lelah. Bayi kita tidak mengalami masalah. Kantong janinmu cukup besar dan kuat sehingga bisa melindungi bayi kita dari segala benturan,” jelas Chad sambil mengusap tangan istrinya.“Be … benarkah itu?” tanya Catherine tak percaya, tapi ada raut bahagia di wajahnya.
Correy sendiri masih berada di tempat persembunyiannya. Masih membekas dalam ingatannya tentang kepiawaian Nicko. Bagaimana pemuda itu dengan tenang tapi cekatan menggunakan jari-jarinya untuk membuat perubahan pada Tuan Edmund dan Nyonya Catherine.Namun yang paling tak bisa dilupakan adalah bagaimana ia mengobati Catherine. Saat itu ia mengintip dengan diam-diam, memperhatikan bagaimana Nicko melakukannya dengan maksud mempelajari ilmu jari naga.Saat pemuda itu mengusap perut Catherine dan meraba mencari-cari sesuatu ia sempat melihat sebuah kilatan cahaya kebiruan muncul dari telapak tangannya. Kemudian benda kecil tampak bergerak-gerak di balik permukaan kulit Cathy seperti ulat. Bentuknya yang melengkung mengingatkan Correy pada janin, karena ia sendiri pernah mengalami keguguran saat usia kandungannya sama seperti Cathy.“Jika sampai mampu melakukan hal itu, tentunya dia bukan orang sembarangan, mungkin janinnya belum sempat keluar dari tubuh Nyonya, tapi sedang berada di jalan
Barbara tak bisa lagi membendung air matanya saat ia mendengar apa yang dibicarakan oleh kakak lelakinya bersama perempuan itu. Yang sangat menyedihkan baginya adalah bagaimana kakaknya bisa mengenal sosok perempuan yang telah memfitnahnya itu.Sebagai kakak bukankah seharusnya ia mendukung bukannya menikung. Namun hal itu tidak dilakukan oleh Greg. Ia dengan percaya diri bermaksud untuk menjatuhkan adik perempuannya.“Aku tak mengira kau akan bersekongkol dengan perempuan ini. Kau tahu! Dia yang mulai membuat masalah denganku. Ia melabrakku dan membanting tablet milikku hingga pecah dan tak berfungsi lagi. Ia berkata kasar padaku dan sengaja memancing amarahku hingga aku dikeluarkan dari calon kandidat asisten pribadi. Apa ini semua rencana kotormu Greg!” amuk Barbara.Greg maupun Sandra sama-sama diam.“Sial! Bagaimana aku bisa ketahuan melakukannya?” pikir Greg sambil menunduk, ia tak berani untuk menatap wajah adiknya.Namun berbeda dengan Sandra, ia justru mulai berdiri dan mendo
Kini giliran Barbara dan Sandra yang saling beradu pandang mendengar ucapan yang keluar dari mulut Greg. Mereka berdua berpikir apa yang menyebabkan lelaki itu berkata demikian.“Jadi kau hanya mempermainkan kami berdua?” tanya Barbara.“Kau hanya membuat taruhan palsu denganku Greg?” timpal Sandra.Greg terkekeh, ia yang tadinya lembek berubah menjadi sinis.“Menurut kalian bagaimana? Apa kau pikir ada seseorang yang bebas dipermaikan sesuka hati?” Greg membalas pernyataan Sandra.Sandra langsung mendorong tubuh Greg, tapi dorongannya tak mampu membuat Greg terjungkal. Greg yang ada di situ pun tersenyum sinis.“Kenapa? Aku sudah memberikan banyak hal terhadapmu, dan kau sama sekali tidak memberikan respons untukku. Apa ada alasan bagiku untuk menunggumu? Lagipula kau mendambakan seorang lelaki seperti Nicko, kau yang seharusnya berterima kasih karena telah mendapatkan akses dekat dengannya, ya kan?” balas Greg.Dia memang menyukai Sandra, dan yang dikatakan olehnya di awal tadi adal
Dengan senyum yang terkembang, Correy melangkah mendekat pada Nicko. Ia begitu percaya diri kalau ternyata ia akan mendapatkan kesempatan untuk mempelajari ilmu yang melegenda itu.“Tuan memanggil saya?” tanyanya.“Ya aku butuh bantuanmu.”“Dengan senang hati Tuan.”“Bisa kau katakan dimana Daisy Windsor berada? Aku tak melihatnya dari tadi?” tanya Nicko.“Nyonya sedang pergi Tuan, dia seringkali bepergian dengan Tuan Damian. Tadi aku sempat mendengar ada pertengkaran pada Tuan dan Nyonya.”Nicko mengerutkan alis, “Bertengkar?”“Benar Tuan, aku mendapati Nyonya bertengkar dengan Tuan. Tuan sempat mencegah Nyonya untuk pergi ke spa melakukan perawatan karena tidak ada banyak uang. Namun sepertinya Nyonya Daisy bersikeras dan Tuan Damian tampak membela Nyonya.”Nicko mengangguk-angguk. Mertuanya ini memang konyol sekali, bagaimana mungkin mereka harus bertengkar hebat hanya karena masalah spa.“Apa itu yang menyebabkan Tuan Edmund keadaannya menjadi parah?”Correy menggeleng cepat, “Aku
Sebenarnya malas sekali Nicko jika harus mengurusi keluarga Windsor lagi, terutama ibu mertuanya. Kuat dugaan Nicko kalau ibu mertuanya melakukan hal yang tidak baik.“Huh apalagi yang dilakukan oleh Ibunya Josephine kali ini? Huh benar-benar wanita yang tak tahu diri. Sudah berumur tapi kelakuan tidak mencerminkan usianya,” gumam Nicko dari bangku belakang mobilnya.Ia pun mengambil ponsel dan menghubungi orang kepercayaannya, Russell.“Russell, cepat kau cari tahu tentang keanggotaan dan tabiat Daisy Windsor dalam kelompok The Star!” perintahnya.“Maksud Anda Daisy Windsor, ibu kandung Nyonya?” tanya Russell memastikan.“Huh! Memangnya ada Daisy Windsor lagi yang kukenal? Dan jangan lupa kau cari tahu mengenai Yaseer Al Hameed!” perintah Nicko.“Anda tak perlu khawatir Tuan, akan kudapatkan informasinya dalam waktu kurang dari lima menit,” balas Russell.Nicko mengangguk, “Sebaiknya kau melakukannya sekarang. Aku tunggu!”Nicko menutup ponselnya dan memandang ke arah jendela. Meneba
Sepeninggal Damian, Daisy pun hanya berdua dengan Tuan Peyton. Wanita paruh baya itu pun tak berani mengangkat wajahnya, ia tampak malu-malu. Aktingnya memang sungguh piawai sampai-sampai pipinya bersemu merah dan membuat Tuan Peyton semakin berbunga-bunga.“Kau sungguh mempesona Daisy,” Tuan Peyton kembali melantunkan pujian.Daisy kembali menunduk, “Tuan … Anda terlalu memuji saya sampai saya tersipu seperti ini.”“Maaf Daisy oh maksudku Nyonya Windsor, aku terlalu berterus terang.”Kali ini pria paruh baya nan gagah itu tergagap. Entah ini benar-benar karena ia gugup atau karena dirinya adalah pria berpengalaman dalam berkencan.“Tak apa Tuan, Anda bisa memanggil napa depanku saja, tak usah sungkan,” jawab Daisy kemudian menutup mulutnya.“Aduh sial, kenapa aku bersikap seperti ini, semoga saja ini tak merubah penilaiannya terhadapku seorang wanita yang berperilaku ningrat,” batin Daisy.Menurut apa yang ia ketahui untuk menghadapi seseorang seperti Tuan Peyton, ia harus jinak-jina
Mercedez hitam milik Tuan Peyton berhenti di kediaman Daisy. Pria paruh baya itu pun terdiam dan melirik ke arah Daisy.“Jadi kau tinggal di rumah ini?” tanyanya sambil melirik bangunan yang sudah tak terawat.Pada carport mobil tampak sebuah mobil sport putih yang terparkir rapi di sana.“Yah, aku tinggal di sini,” jawab Daisy tampak ragu untuk mengakui tempat ia tinggal.Ia jadi teringat akan ucapan Damian siang tadi yang mengatakan kalau kedua putrinya tidak peduli padanya. Kini ia justru mendapati mobil sport milik Chad terparkir di carport rumahnya.“Aduh bagaimana ini, jangan sampai mobil milik menantuku ini menjadi penghalang dari tujuanku untuk bersama dengan Tuan Payton,” pikir John Payton.John Payton tampak mengangguk tapi ada perasaan tak nyaman saat melihat rumah milik Daisy.“Ah sudahlah, bukankah kelasku dan Daisy sungguh berbeda? Kita berdua memiliki latar belakang yang berbeda. Daisy memang perilakunya berkelas, tapi ia tidak memiliki banyak uang, wajar saja jika ting