Dengan senyum yang terkembang, Correy melangkah mendekat pada Nicko. Ia begitu percaya diri kalau ternyata ia akan mendapatkan kesempatan untuk mempelajari ilmu yang melegenda itu.“Tuan memanggil saya?” tanyanya.“Ya aku butuh bantuanmu.”“Dengan senang hati Tuan.”“Bisa kau katakan dimana Daisy Windsor berada? Aku tak melihatnya dari tadi?” tanya Nicko.“Nyonya sedang pergi Tuan, dia seringkali bepergian dengan Tuan Damian. Tadi aku sempat mendengar ada pertengkaran pada Tuan dan Nyonya.”Nicko mengerutkan alis, “Bertengkar?”“Benar Tuan, aku mendapati Nyonya bertengkar dengan Tuan. Tuan sempat mencegah Nyonya untuk pergi ke spa melakukan perawatan karena tidak ada banyak uang. Namun sepertinya Nyonya Daisy bersikeras dan Tuan Damian tampak membela Nyonya.”Nicko mengangguk-angguk. Mertuanya ini memang konyol sekali, bagaimana mungkin mereka harus bertengkar hebat hanya karena masalah spa.“Apa itu yang menyebabkan Tuan Edmund keadaannya menjadi parah?”Correy menggeleng cepat, “Aku
Sebenarnya malas sekali Nicko jika harus mengurusi keluarga Windsor lagi, terutama ibu mertuanya. Kuat dugaan Nicko kalau ibu mertuanya melakukan hal yang tidak baik.“Huh apalagi yang dilakukan oleh Ibunya Josephine kali ini? Huh benar-benar wanita yang tak tahu diri. Sudah berumur tapi kelakuan tidak mencerminkan usianya,” gumam Nicko dari bangku belakang mobilnya.Ia pun mengambil ponsel dan menghubungi orang kepercayaannya, Russell.“Russell, cepat kau cari tahu tentang keanggotaan dan tabiat Daisy Windsor dalam kelompok The Star!” perintahnya.“Maksud Anda Daisy Windsor, ibu kandung Nyonya?” tanya Russell memastikan.“Huh! Memangnya ada Daisy Windsor lagi yang kukenal? Dan jangan lupa kau cari tahu mengenai Yaseer Al Hameed!” perintah Nicko.“Anda tak perlu khawatir Tuan, akan kudapatkan informasinya dalam waktu kurang dari lima menit,” balas Russell.Nicko mengangguk, “Sebaiknya kau melakukannya sekarang. Aku tunggu!”Nicko menutup ponselnya dan memandang ke arah jendela. Meneba
Sepeninggal Damian, Daisy pun hanya berdua dengan Tuan Peyton. Wanita paruh baya itu pun tak berani mengangkat wajahnya, ia tampak malu-malu. Aktingnya memang sungguh piawai sampai-sampai pipinya bersemu merah dan membuat Tuan Peyton semakin berbunga-bunga.“Kau sungguh mempesona Daisy,” Tuan Peyton kembali melantunkan pujian.Daisy kembali menunduk, “Tuan … Anda terlalu memuji saya sampai saya tersipu seperti ini.”“Maaf Daisy oh maksudku Nyonya Windsor, aku terlalu berterus terang.”Kali ini pria paruh baya nan gagah itu tergagap. Entah ini benar-benar karena ia gugup atau karena dirinya adalah pria berpengalaman dalam berkencan.“Tak apa Tuan, Anda bisa memanggil napa depanku saja, tak usah sungkan,” jawab Daisy kemudian menutup mulutnya.“Aduh sial, kenapa aku bersikap seperti ini, semoga saja ini tak merubah penilaiannya terhadapku seorang wanita yang berperilaku ningrat,” batin Daisy.Menurut apa yang ia ketahui untuk menghadapi seseorang seperti Tuan Peyton, ia harus jinak-jina
Mercedez hitam milik Tuan Peyton berhenti di kediaman Daisy. Pria paruh baya itu pun terdiam dan melirik ke arah Daisy.“Jadi kau tinggal di rumah ini?” tanyanya sambil melirik bangunan yang sudah tak terawat.Pada carport mobil tampak sebuah mobil sport putih yang terparkir rapi di sana.“Yah, aku tinggal di sini,” jawab Daisy tampak ragu untuk mengakui tempat ia tinggal.Ia jadi teringat akan ucapan Damian siang tadi yang mengatakan kalau kedua putrinya tidak peduli padanya. Kini ia justru mendapati mobil sport milik Chad terparkir di carport rumahnya.“Aduh bagaimana ini, jangan sampai mobil milik menantuku ini menjadi penghalang dari tujuanku untuk bersama dengan Tuan Payton,” pikir John Payton.John Payton tampak mengangguk tapi ada perasaan tak nyaman saat melihat rumah milik Daisy.“Ah sudahlah, bukankah kelasku dan Daisy sungguh berbeda? Kita berdua memiliki latar belakang yang berbeda. Daisy memang perilakunya berkelas, tapi ia tidak memiliki banyak uang, wajar saja jika ting
John Payton pun tersentak mendengar penuturan pemuda di hadapannya. Tangannya mulai dingin karena perasaan tak nyaman kembali muncul.“Huh, sudah terlanjur ketahuan tak ada gunanya lagi kusembunyikan,” gumamnya.Pria paruh baya nan gagah itu pun menata Chad sambil berkacak pinggang.“Hei dengarkan ini anak muda. Aku akan membuat sebuah pengakuan. Pertama, memang benar aku bukanlah kawan lama ibu mertuamu. Kami berdua telah berkencan dan aku bermaksud untuk membebaskan ibu mertuamu dari belenggu!” seru John Payton.Chad mengangguk kemudian tertawa sinis, “Melepaskan dari belenggu? Belenggu apa maksud Anda?”Cih! “Anak muda sekarang memang sudah tidak memiliki rasa hormat, sudah kehilangan belas kasih,” ucap John Payton.Daisy yang merasa tidak aman pun memegang lengan John Payton dan berbisik padanya untuk tidak meladeni Chad.“Sudah John jangan kau ladeni dia. Lebih baik kau pulang dan beristirahat saja, aku akan menghubungimu nanti untuk mengatur pertemuan kita selanjutnya,” bisik Da
Daisy masih berusaha untuk mengejar pria yang baru saja ditemuinya. Sementara Chad masih berdiri di depan pintu dan menyaksikan drama mereka berdua.“John! Tunggu aku. Aku bisa jelaskan semuanya,” pinta Daisy menahan pria paruh baya ini agar tidak pergi meninggalkannya.John adalah salah satu tambang emasnya. Ia sudah menyusun rencana matang-matang untuk bisa bersama dengan pria itu. Memang benar pertemuannya dengan John kali ini sudah direncanakan.Damian telah mendapatkan informasi kemana John Payton sering menghabiskan waktunya. Cafe tempatnya bertemu tadi memang tempat John biasa menghabiskan waktu untuk rehat di sore hari. Kebetulan lokasi cafenya dekat dengan perusahaan milik John Payton.Damian datang tepat di saat Tuan Payton masuk ke dalam cafe, dan ia mengatur waktu agar bisa hampir bertabrakan secara tak sengaja. Kemudian mereka berdua pun duduk bersama dan berbasa-basi. Damian pun mulai memancing pembicaraan dengan bercerita tentang bibinya. Dia tahu kalau Tuan Payton meng
Beberapa minggu sebelumnya.John Payton bukannya orang baru di kelompok The Star. Ia termasuk jajaran senior di kelompok itu. Bisnis otomotifnya sudah cukup dikenal, bahkan onderdilnya pun sudah diekspor ke luar negeri.Hari sudah sore dan Daisy datang bersama dengan seorang wanita yang lebih tua darinya, Elizabeth Windsor. Mereka berdua adalah mertua dan menantu, tapi memiliki hubungan yang cukup baik.Sudah bukan rahasia lagi akan ada rumor tentang anggota baru yang datang pada pertemuan. Namun rumor yang paling terdengar adalah Daisy memiliki hubungan kekeluargaan dengan keluarga Lloyd.“Hmm jadi perempuan itu yang bernama Daisy Windsor yang kudengar berbesanan dengan keluarga Lloyd, hmm kau harus mencari cara untuk mendekatinya,” pikir John Peyton.Hubungan kekeluargaan yang dimiliki oleh Daisy Windsor dengan keluarga Lloyd tentu saja menjadi incaran para anggota kelompok the star. Terlebih lagi, salah satu yang membentuk kelompok ini adalah keluarga Lloyd.Diam-diam John Peyton m
John Peyton duduk di sisi belakang mobil mercedeznya. Ia mencoba untuk memandang lurus ke depan. Sementara di luar Daisy terus saja mengetuk jendela mobilnya, sepertinya wanita yang tadi baru didekatin tengah mencoba untuk menjelaskan sesuatu kepadanya.Sekilas sudut mata John melirik ke arah samping dan mendapati Daisy tampak memohon padanya.“Tidak John, kau tak boleh lemah. Kau sudah mengingkari pendirianmu sebelumnya. Dulu kau menilainya sebagai seorang wanita panjat sosial yang bertingkah memalukan, tapi sekarang bagaimana? Kau justru mulai tergila-gila padanya dan kehilangan akal sehatmu,” katanya dalam hati.John menghembuskan napas panjang kemudian memejamkan mata sejenak lalu menepuk bahu supirnya.“Kita pergi sekarang!” perintahnya.“Baik Tuan.”Mesin mobil pun dinyalakan dan meninggalkan bunyi bising di hadapan Daisy. Dari narrow miror, John Peyton masih bisa melihat Daisy yang berdiri meratapi kepergiannya.“Huft selamat tinggal Daisy!” gumamnya.Sang sopir mendengar gumam