Josephine masih berbaring di atas brankar sambil menatap langit-langit. Sudah satu jam berlalu, tapi Nicko tak kunjung kembali ke kamarnya. Jacklyn yang ditugaskan untuk menemaninya pun hanya duduk di kursi sambil melirik ke arah pintu dan juga Josephine secara bergantian.“Huh, kemana dia ya? Apa benar-benar terjadi hal yang serius padaku?” tanya Josephine dalam hati.“Jacklyn!” panggil Jo pada pengawal pribadinya itu.Dengan sigap pengawal Josephine itu langsung berdiri mendekat ke arahnya. Jo memang sedikit canggung dengan sikap Jacklyn yang dinilai terlalu kaku dalam menjaganya. Ia lebih suka menganggap Jacklyn sebagai teman, berbincang dengannya bukan kaku seperti ini.“Ada apa Nyonya? Apa Anda perlu sesuatu?” tanya Jacklyn yang datang mendekat.Jo mulai mendengkus, ia bosan.“Apa suamiku tak berkata apa-apa padamu?” tanya Jo penasaran.“Tidak Nyonya, Tuan Muda hanya meminta saya untuk menjaga Anda,” kata Jacklyn.Jo meletakkan kedua tangan ke samping tubuhnya lalu perlahan duduk
Josephine dan Nicko saling pandang melihat reaksi yang ditunjukkan oleh dokter Dolores. Pasangan muda ini sama-sama mengerutkan dahi saat melihat dokter Dolores.Sang dokter sendiri masih berdiri dan ia mematung, matanya bulat dan tidak berkedip sama sekali. Sesekali dokter muda ini bergumaam, berkata tidak mungkin.“Tidak … ini tak mungkin terjadi,” gumamnya lirih, karena saat ini ia mendapati Josephine duduk di tempat tidur dengan kedua kaki menjuntai ke bawah seperti hendak turun dari tempat tidur.Nicko tersenyum sinis sambil melirik ke arah dokter Dolores. Perempuan itu terlihat begitu bodoh dan menggelikan kali ini, sangat berbeda dengan beberapa menit yang lalu.“Kau sudah membunuh kesombonganmu sendiri Dolores,” pikir Nicko.Perlahan-lahan dokter Dolores mendekat ke arah mereka berdua, dan menyentuh kaki Josephine dan mengetuk-ngetuk lututnya. Tindakan ini sungguh mengingatkan Nicko pada kejadian di masa silam, saat ia mencoba metode akupuntur pada nenek Elizabeth. Gayanya tam
Jo menutup mulut tak percaya, mata aquanya berbinar begitu mendengar penjelasan dari dokter Dolores. Kemudian ia kembali menggandeng lengan dan bersandar di sana dengan manja. Nicko mengusap lembut rambut sang istri yang tentu saja membuat dokter Dolores semakin cemburu.“Kurang ajar kau Josephine, kau sama sekali tidak pantas untuk bersama dengan Tuan Muda. Keluargamu tidak terkenal, dan apa yang kau miliki selain kecantikan, semuanya itu akan pudar seiring dengan bertambahnya usiamu,” pikir dokter Dolores.Dokter Dolores pun mengangguk dan tersenyum palsu pada Josephine, “Rasakan kau Nicko, memangnya aku akan diam saja menghadapi ini semua?”“Aku ucapkan selamat padamu. Aku ikut senang dengan keadaanmu yang sekarang, kita lihat saja esok jika kau stabil maka kau kuijinkan untuk pulang ke rumah,” kata dokter Dolores yang berharap kalau ia berkesempatan meracun Josephine.“Ya aku akan memberikan obat untuk melemahkan ototmu, dan kau akan terus berada di sini agar aku bisa mendapatkan
Jo menoleh ke arah Nicko dan dokter Dolores secara bergantian. Ia masih berpikir dan mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh dokter yang menangani keluarga Windsor.“Tunggu! Kau bilang suamiku bertopeng? Apa maksud dari ucapanmu itu? Lalu kenapa kau tiba-tiba berteriak?” tanya Josephine pada dokter Dolores.Dolores menghela napas panjang sekali lagi, kemudian mengalihkan pandangan dari Nicko dan fokus pada Josephine.“Maaf Jo, ini akan menyakitkanmu tapi aku harus mengatakan yang sejujurnya. Lagipula lebih baik aku membongkar sekarang daripada engkau mengetahui kenyataan pahit setelah sekian lama tersembunyi,” dokter Dolores mengawali dan semakin membuat Josephine penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh perempuan ini.“Apa maksud dari ucapanmu dokter?” tanya Josephine terdengar tidak sabar.Nicko sendiri diam, ia sudah bisa menebak apa yang direncanakan oleh dokter Dolores tiba-tiba. Pemuda bermata hazel ini pun memutuskan untuk membiarkan dokter Dolores terhanyut dalam khayal
Josephine langsung menoleh ke arah suaminya, lalu ia berteriak histeris sekali lagi.“Sudah sudah diam kalian semua. Kenapa kalian bersikap sedemikian bodoh! Kau dokter, kenapa harus bersikap segitu murah pada suamiku!” amuknya pada dokter Dolores.Lagi-lagi perempuan berambut hitam ini tak memusingkan ucapan istri Nicko. Baginya ini hanya pengorbanan kecil. Kemudian Jo menunjuk kembali pada suaminya, ia sangat menyesali sikap Nicko yang sedari tadi tenang dan tak membuat pembelaan apapun.Sejujurnya ia berharap Nicko menyangkal semua tuduhan yang dituduhkan dokter Dolores padanya. Ia ingin Nicko membela diri dan meyakinkan dirinya kalau yang dikatakan oleh Dolores itu tidak benar, tapi kenyataannya tidak demikian, suaminya justru bersikap masa bodoh seakan tak peduli dengan hubungan mereka berdua.Sementara itu, Jacklyn yang berdiri di pojokan menggunakan headset dan menyalakan musik favoritnya. Ia cukup tahu diri untuk tidak mendengarkan pembicaraan yang bersifat pribadi pada Tuanny
Melihat reaksi yang ditunjukkan oleh dokter Dolores, Nicko pun kembali tersenyum sinis. Rasa percaya dirinya semakin tumbuh seiring sikap dokter Dolores yang mendadak gugup, juga sang istri yang sudah mulai bingung. Josephine memang sangat naif dan mudah sekali untuk terpengaruh.“Itu baru tahap awal saja, masih ada kejanggalan lain dari setiap ucapan dokter Dolores,” jawab Nicko kemudian kembali melirik perempuan berambut hitam itu dengan sinis.“Keanehan apalagi Nick?” tanya Josephine tampak penasaran.“Jo, menurutmu apa alasan seorang dokter untuk menahan pasiennya yang ingin pulang ke rumah?” Nicko mencoba memancing.Josephine terdiam, kemudian ia mengingat kejadian tadi. Dokter Dolores sempat terkejut saat datang dan melihatnya duduk. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan padanya dan mencoba untuk melakukan tes dan observasi apakah benar ia bisa menggerakkan kaki dan berjalan. Setelah dokter yakin, maka ia mengatakan kalau Jo harus dirawat hingga esok hari.“Biasanya karena pasie
Mata aqua Josephine terus menatap tajam ke arah dokter Dolores. Rekaman suara yang diperdengarkan oleh suaminya itu benar-benar membuatnya tercengang.Perempuan yang telah lama dan dikenal sebagai orang terhormat oleh keluarga Windsor ternyata berlaku serendah itu. Josephine benar-benar tak habis pikir akan hal ini.“Kau sengaja membuat kami bertengkar dokter? Kau sengaja memfitnah suamiku? Untuk apa kau melakukannya?” selidik Josephine dengan suara yang gemetar dan napas yang memburu.Melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Josephine, dokter muda ini pun melirik sinis ke arah istri Nicko. Ia sudah tak dapat menahan rasa cemburu dan iri terhadap Josephine.Perempuan berambut hitam ini tak ragu lagi untuk melangkah mendekat ke arah Josephine dan menunjuk ke arah bahunya.“Baguslah jika kau sudah mengetahui hal ini. Kau dengar ya! Aku sudah muak melihat kemesraan kalian berdua! Kau sungguh tak pantas untuk berdampingan dengan Nicko. Kau hanyalah seorang perempuan yang tak memiliki apa-apa.
Kali ini dokter Dolores tak berani menegakkan pandangannya. Ia hanya menatap ke arah lantai sambil kedua tangannya menangkup di depan dada.“Kiamat bagiku jika harus kehilangan profesiku sebagai dokter. Aku akan dipandang rendah dan kehilangan semua pundi-pundi uangku. Masih mending jika aku menjadi seorang istri konglomerat seperti Jo, tapi aku bukanlah siapa-siapa. Huh aku harus memutar otak agar Tuan Muda bisa memberikanku kesempatan,” pikirnya.Diam-diam Dokter Dolores melirik ke arah Josephine yang berdiri di samping Nicko saat itulah ia terpikirkan sesuatu, “Ya aku harus menggunakannya. Perempuan naif itu pasti akan mengerti keadaanku dan meminta suaminya untuk mengampuniku,” ia berpikir kembali.Dolores kini mendekat ke arah Josephine dan mulai menjalankan rencananya. Ia menitikkan air mata dan memohon.“Aku tahu aku salah, ampuni aku Jo. Aku telah gelap mata dan menggoda suamimu. Aku juga ingin merasakan kehidupan sepertimu,” dokter Dolores meminta maaf dengan terlihat tulus.