Jo hanya memandang heran ke arah suaminya, apakah mungkin yang dikatakan olehnya benar? Dahinya berkerut dan memandang sosok lelaki menawan di hadapannya.
Dia memang senang karena kakinya ternyata bisa digerakkan. Mimpi dan bayangan buruk kakinya yang tak bisa bergerak hilang sudah dalam semalam. Namun ini tampak aneh baginya, semalam ia benar-benar tidak bisa menggerakkan kakinya sama sekali.
Nicko pun langsung membimbing istrinya kembali pada brankar dan membaringkan tubuhnya. Ia duduk di kursi tepat di samping Jo dan mengusap rambut pirang istrinya.
“Istirahatlah, kau mungkin sedang lelah,” ucapnya sambil terus membelai rambut lurus Jo.
Nicko sepertinya tahu kecurgan istrinya yang keheranan akan perubahan kondisinya. Jo sepertinya sangat yakin kalau semalam ia benar-benar lumpuh separuh badan.
“Sayang, aku tidak bohong, semalam aku merasa tubuh dan kakiku san
Setelah mendapat ijin dari sang istri, Nicko pun menuju ruang dokter. Kali ini ia tidak hanya meminta dokter Dolores untuk memeriksa keadaan Josephine, tapi juga membuat perhitungan pada dokter tak tahu malu itu.“Maaf Tuan, Anda tidak bisa sembarangan menemui dokter,” sergah salah seorang perawat yang bekerja untuk membantu dokter Dolores saat mendapati Nicko hendak mendorong pintu ruangan dokter Dolores.Kali ini perawat yang mencegahnya bersikap normal, sama sekali tidak menunjukkan gelagat tidak profesional. Mungkin karena usianya yang tidak lagi muda, sehingga tidak berpikiran untuk menggoda Nicko.“Ada hal penting yang harus kubicarakan dengannya, ini menyangkut kondisi istriku Josephine Lloyd,” jawab Nicko berbohong.Perawat di hadapannya pun tersenyum ramah dan mencoba untuk membantu Nicko.“Boleh saya lihat nomor antriannya?” tanya per
Nicko tersenyum sekilas ketika perawat itu membuka pintu ruang kerja dokter Dolores. Ia menawarkan diri untuk menutup pintu dan membiarkan perawat kembali bekerja.Dokter Dolores pun tersenyum sinis begitu melihat Nicko masuk ke dalam ruangannya. Sengaja ia bersikap acuh dan jual mahal pada Nicko saat pemuda itu datang menemuinya. Semalam ia memerintahkan perawat yang bertugas di bangsal VVIP, tempat Josephine dirawat untuk tidak mengindahkan permintaan dari keluarga pasien.Dokter Dolores tidak menjelaskan lebih lanjut kenapa tidak perlu mengindahkan permintaan mereka. Hanya satu yang diijinkan oleh dokter Dolores yaitu memberikan suntikan obat penenang apabila Josephine mengamuk. Semua dilakukan agar tidak mengganggu pasien dari kamar lain.“Hmm ada apa Anda kemari?” tanya dokter Dolores sinis. Ia berpura-pura untuk memperhatikan file dari pasien-pasiennya.Perempuan berambut hitam ini
Dokter Dolores mencoba untuk menyentuh pundak Nicko yang masih duduk di kursi. Ia mencoba untuk memberikan ketenangan pada suami dari pasiennya. Lebih tepatnya ia berniat untuk kembali menggoda Nicko.Pernyataan tentang fungsi seksual sang istri benar-benar menjadi angin sejuk bagi dokter Dolores. Sudah lama ia mendambakan seseorang seperti Nicko. Penampilannya tidak buruk, apalagi profesinya sebagai seorang dokter spesialis yang cukup disegani di usia muda menambah kesempurnaannya. Bahkan Damian Windsor begitu tergila-gila terhadapnya.Namun ia tidak tertarik dengan Damian. Baginya sosok Damian Windsor hanyalah seorang anak manja yang tidak tahu apa-apa. Lelaki itu hanya punya keahlian mencari muka, sangat berbeda jika dibandingkan dengan Nicko yang menurutnya sangat cocok dengan dirinya, terlebih setelah ia mengetahui siapa suami Josephine sebenarnya.Pelan-pelan Nicko merasa risih dengan sikap dokter Dolores yang terus menerus memijit pundaknya. Perempuan ini mulai bersikap liar, t
Josephine masih berbaring di atas brankar sambil menatap langit-langit. Sudah satu jam berlalu, tapi Nicko tak kunjung kembali ke kamarnya. Jacklyn yang ditugaskan untuk menemaninya pun hanya duduk di kursi sambil melirik ke arah pintu dan juga Josephine secara bergantian.“Huh, kemana dia ya? Apa benar-benar terjadi hal yang serius padaku?” tanya Josephine dalam hati.“Jacklyn!” panggil Jo pada pengawal pribadinya itu.Dengan sigap pengawal Josephine itu langsung berdiri mendekat ke arahnya. Jo memang sedikit canggung dengan sikap Jacklyn yang dinilai terlalu kaku dalam menjaganya. Ia lebih suka menganggap Jacklyn sebagai teman, berbincang dengannya bukan kaku seperti ini.“Ada apa Nyonya? Apa Anda perlu sesuatu?” tanya Jacklyn yang datang mendekat.Jo mulai mendengkus, ia bosan.“Apa suamiku tak berkata apa-apa padamu?” tanya Jo penasaran.“Tidak Nyonya, Tuan Muda hanya meminta saya untuk menjaga Anda,” kata Jacklyn.Jo meletakkan kedua tangan ke samping tubuhnya lalu perlahan duduk
Josephine dan Nicko saling pandang melihat reaksi yang ditunjukkan oleh dokter Dolores. Pasangan muda ini sama-sama mengerutkan dahi saat melihat dokter Dolores.Sang dokter sendiri masih berdiri dan ia mematung, matanya bulat dan tidak berkedip sama sekali. Sesekali dokter muda ini bergumaam, berkata tidak mungkin.“Tidak … ini tak mungkin terjadi,” gumamnya lirih, karena saat ini ia mendapati Josephine duduk di tempat tidur dengan kedua kaki menjuntai ke bawah seperti hendak turun dari tempat tidur.Nicko tersenyum sinis sambil melirik ke arah dokter Dolores. Perempuan itu terlihat begitu bodoh dan menggelikan kali ini, sangat berbeda dengan beberapa menit yang lalu.“Kau sudah membunuh kesombonganmu sendiri Dolores,” pikir Nicko.Perlahan-lahan dokter Dolores mendekat ke arah mereka berdua, dan menyentuh kaki Josephine dan mengetuk-ngetuk lututnya. Tindakan ini sungguh mengingatkan Nicko pada kejadian di masa silam, saat ia mencoba metode akupuntur pada nenek Elizabeth. Gayanya tam
Jo menutup mulut tak percaya, mata aquanya berbinar begitu mendengar penjelasan dari dokter Dolores. Kemudian ia kembali menggandeng lengan dan bersandar di sana dengan manja. Nicko mengusap lembut rambut sang istri yang tentu saja membuat dokter Dolores semakin cemburu.“Kurang ajar kau Josephine, kau sama sekali tidak pantas untuk bersama dengan Tuan Muda. Keluargamu tidak terkenal, dan apa yang kau miliki selain kecantikan, semuanya itu akan pudar seiring dengan bertambahnya usiamu,” pikir dokter Dolores.Dokter Dolores pun mengangguk dan tersenyum palsu pada Josephine, “Rasakan kau Nicko, memangnya aku akan diam saja menghadapi ini semua?”“Aku ucapkan selamat padamu. Aku ikut senang dengan keadaanmu yang sekarang, kita lihat saja esok jika kau stabil maka kau kuijinkan untuk pulang ke rumah,” kata dokter Dolores yang berharap kalau ia berkesempatan meracun Josephine.“Ya aku akan memberikan obat untuk melemahkan ototmu, dan kau akan terus berada di sini agar aku bisa mendapatkan
Jo menoleh ke arah Nicko dan dokter Dolores secara bergantian. Ia masih berpikir dan mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh dokter yang menangani keluarga Windsor.“Tunggu! Kau bilang suamiku bertopeng? Apa maksud dari ucapanmu itu? Lalu kenapa kau tiba-tiba berteriak?” tanya Josephine pada dokter Dolores.Dolores menghela napas panjang sekali lagi, kemudian mengalihkan pandangan dari Nicko dan fokus pada Josephine.“Maaf Jo, ini akan menyakitkanmu tapi aku harus mengatakan yang sejujurnya. Lagipula lebih baik aku membongkar sekarang daripada engkau mengetahui kenyataan pahit setelah sekian lama tersembunyi,” dokter Dolores mengawali dan semakin membuat Josephine penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh perempuan ini.“Apa maksud dari ucapanmu dokter?” tanya Josephine terdengar tidak sabar.Nicko sendiri diam, ia sudah bisa menebak apa yang direncanakan oleh dokter Dolores tiba-tiba. Pemuda bermata hazel ini pun memutuskan untuk membiarkan dokter Dolores terhanyut dalam khayal
Josephine langsung menoleh ke arah suaminya, lalu ia berteriak histeris sekali lagi.“Sudah sudah diam kalian semua. Kenapa kalian bersikap sedemikian bodoh! Kau dokter, kenapa harus bersikap segitu murah pada suamiku!” amuknya pada dokter Dolores.Lagi-lagi perempuan berambut hitam ini tak memusingkan ucapan istri Nicko. Baginya ini hanya pengorbanan kecil. Kemudian Jo menunjuk kembali pada suaminya, ia sangat menyesali sikap Nicko yang sedari tadi tenang dan tak membuat pembelaan apapun.Sejujurnya ia berharap Nicko menyangkal semua tuduhan yang dituduhkan dokter Dolores padanya. Ia ingin Nicko membela diri dan meyakinkan dirinya kalau yang dikatakan oleh Dolores itu tidak benar, tapi kenyataannya tidak demikian, suaminya justru bersikap masa bodoh seakan tak peduli dengan hubungan mereka berdua.Sementara itu, Jacklyn yang berdiri di pojokan menggunakan headset dan menyalakan musik favoritnya. Ia cukup tahu diri untuk tidak mendengarkan pembicaraan yang bersifat pribadi pada Tuanny