Nicko langsung menelepon Jacklyn dan memintanya untuk menjaga sang istri.
"Nick, kau mau pergi lagi? Apa kata dokter?" tanya Josephine.Nicko hanya tersenyum singkat. Kemudian mengusap lembut rambut istrinya."Sayang maafkan aku. Aku hanya pergi sementara saja.""Kau mau kemana?"Nicko melirik Ian, dan saat itulah ia yakin anak ini akan menjadi alasan tepat baginya yang ingin mengambil batu itu."Aku harus mengambil pakaian gantimu di rumah serta mengantar Ian pulang. Bukankah anak sehat susianya dilarang untuk terlalu lama di rumah sakit?" Jo pun mengangguk, dan ia sangat kalau besok Ian harus sekolah di rumah lagi."Ya kau benar sayang. Apakah nanti kau yang akan menungguiku di sini?" tanya Jo.Nicko mengangguk dan mencium kening istrinya. Kemudian menggandeng Ian, untuk ikut dengannya. Anak kecil itu merengek, memaksa untuk menemani JJosephine merasa tubuhnya begitu lelah, ia mencoba untuk mengganti posisi tidurnya agar tidak merasa nyeri pada punggung. Istri Nicko mencoba untuk mengangkat kaki dan menggeser tubuhnya menghadap ke samping. Namun ia merasa kebas, tak bisa memindahkan tubuh.Ia mencoba untuk mengangkat tubuhnya kembali, tapi tidak bisa. Jo pun mencoba untuk mengangkat selimut yang menutupi tubuhnya dan tak ada yang aneh di situ."Kakiku masih dua dan utuh, tapi kenapa aku tak bisa menggerakkan kakiku?" tanyanya dalam hati.Jo terus saja mencoba dan mencoba hingga akhirnya kelelahan dan tubuhnya penuh keringat. Jacklyn yang mengetahui hal ini pun berinisiatif untuk mendekatinya."Apa Anda membutuhkan sesuatu Nyonya?" tanya Jacklyn yang memang diminta untuk menjaga Jo selagi Nicko belum datang.Jo tak menjawab, hanya air mata menetes di pipinya. Jacklyn mendekatkan wajah pada Josephine."Nyonya, apa Anda perlu sesuatu?" Pengawal prib
Nicko berjalan dengan tergopoh-gopoh setelah ia mendapatkan telepon dari Jacklyn. Pengawal pribadi Jo itu mengatakan kalau Jo tengah mengamuk.Nicko yang mendengar hal itu pun langsung menengok sang istri. Alangkah terkejutnya Nicko saat mendapati istrinya tengah di atas ranjang sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya sendiri.Jacklyn sendiri tampak sibuk mencoba untuk menenangkan Josephine."Apa yang terjadi?" tanya Nicko pada Jacklyn."Entahlah Tuan Muda, Nyonya tidak ingin bercerita, saya sudah memanggil tenaga medis tapi kata perawat dokter sedang tidak ada dan tak bisa dihubungi. Perawat hanya diam tak mengatakan apapun seolah ada yang disembunyikan," jelas Jacklyn.Nicko tak bisa lagi menahan amarahnya. Ia terus saja memakai dokter Dolores yang menurutnya bertanggung jawab akan hal ini."Kurang ajar! Kau ingin bermain-main denganku rupanya!" maki Nicko dalam hati.
Jo hanya memandang heran ke arah suaminya, apakah mungkin yang dikatakan olehnya benar? Dahinya berkerut dan memandang sosok lelaki menawan di hadapannya.Dia memang senang karena kakinya ternyata bisa digerakkan. Mimpi dan bayangan buruk kakinya yang tak bisa bergerak hilang sudah dalam semalam. Namun ini tampak aneh baginya, semalam ia benar-benar tidak bisa menggerakkan kakinya sama sekali.Nicko pun langsung membimbing istrinya kembali pada brankar dan membaringkan tubuhnya. Ia duduk di kursi tepat di samping Jo dan mengusap rambut pirang istrinya.“Istirahatlah, kau mungkin sedang lelah,” ucapnya sambil terus membelai rambut lurus Jo.Nicko sepertinya tahu kecurgan istrinya yang keheranan akan perubahan kondisinya. Jo sepertinya sangat yakin kalau semalam ia benar-benar lumpuh separuh badan.“Sayang, aku tidak bohong, semalam aku merasa tubuh dan kakiku san
Setelah mendapat ijin dari sang istri, Nicko pun menuju ruang dokter. Kali ini ia tidak hanya meminta dokter Dolores untuk memeriksa keadaan Josephine, tapi juga membuat perhitungan pada dokter tak tahu malu itu.“Maaf Tuan, Anda tidak bisa sembarangan menemui dokter,” sergah salah seorang perawat yang bekerja untuk membantu dokter Dolores saat mendapati Nicko hendak mendorong pintu ruangan dokter Dolores.Kali ini perawat yang mencegahnya bersikap normal, sama sekali tidak menunjukkan gelagat tidak profesional. Mungkin karena usianya yang tidak lagi muda, sehingga tidak berpikiran untuk menggoda Nicko.“Ada hal penting yang harus kubicarakan dengannya, ini menyangkut kondisi istriku Josephine Lloyd,” jawab Nicko berbohong.Perawat di hadapannya pun tersenyum ramah dan mencoba untuk membantu Nicko.“Boleh saya lihat nomor antriannya?” tanya per
Nicko tersenyum sekilas ketika perawat itu membuka pintu ruang kerja dokter Dolores. Ia menawarkan diri untuk menutup pintu dan membiarkan perawat kembali bekerja.Dokter Dolores pun tersenyum sinis begitu melihat Nicko masuk ke dalam ruangannya. Sengaja ia bersikap acuh dan jual mahal pada Nicko saat pemuda itu datang menemuinya. Semalam ia memerintahkan perawat yang bertugas di bangsal VVIP, tempat Josephine dirawat untuk tidak mengindahkan permintaan dari keluarga pasien.Dokter Dolores tidak menjelaskan lebih lanjut kenapa tidak perlu mengindahkan permintaan mereka. Hanya satu yang diijinkan oleh dokter Dolores yaitu memberikan suntikan obat penenang apabila Josephine mengamuk. Semua dilakukan agar tidak mengganggu pasien dari kamar lain.“Hmm ada apa Anda kemari?” tanya dokter Dolores sinis. Ia berpura-pura untuk memperhatikan file dari pasien-pasiennya.Perempuan berambut hitam ini
Dokter Dolores mencoba untuk menyentuh pundak Nicko yang masih duduk di kursi. Ia mencoba untuk memberikan ketenangan pada suami dari pasiennya. Lebih tepatnya ia berniat untuk kembali menggoda Nicko.Pernyataan tentang fungsi seksual sang istri benar-benar menjadi angin sejuk bagi dokter Dolores. Sudah lama ia mendambakan seseorang seperti Nicko. Penampilannya tidak buruk, apalagi profesinya sebagai seorang dokter spesialis yang cukup disegani di usia muda menambah kesempurnaannya. Bahkan Damian Windsor begitu tergila-gila terhadapnya.Namun ia tidak tertarik dengan Damian. Baginya sosok Damian Windsor hanyalah seorang anak manja yang tidak tahu apa-apa. Lelaki itu hanya punya keahlian mencari muka, sangat berbeda jika dibandingkan dengan Nicko yang menurutnya sangat cocok dengan dirinya, terlebih setelah ia mengetahui siapa suami Josephine sebenarnya.Pelan-pelan Nicko merasa risih dengan sikap dokter Dolores yang terus menerus memijit pundaknya. Perempuan ini mulai bersikap liar, t
Josephine masih berbaring di atas brankar sambil menatap langit-langit. Sudah satu jam berlalu, tapi Nicko tak kunjung kembali ke kamarnya. Jacklyn yang ditugaskan untuk menemaninya pun hanya duduk di kursi sambil melirik ke arah pintu dan juga Josephine secara bergantian.“Huh, kemana dia ya? Apa benar-benar terjadi hal yang serius padaku?” tanya Josephine dalam hati.“Jacklyn!” panggil Jo pada pengawal pribadinya itu.Dengan sigap pengawal Josephine itu langsung berdiri mendekat ke arahnya. Jo memang sedikit canggung dengan sikap Jacklyn yang dinilai terlalu kaku dalam menjaganya. Ia lebih suka menganggap Jacklyn sebagai teman, berbincang dengannya bukan kaku seperti ini.“Ada apa Nyonya? Apa Anda perlu sesuatu?” tanya Jacklyn yang datang mendekat.Jo mulai mendengkus, ia bosan.“Apa suamiku tak berkata apa-apa padamu?” tanya Jo penasaran.“Tidak Nyonya, Tuan Muda hanya meminta saya untuk menjaga Anda,” kata Jacklyn.Jo meletakkan kedua tangan ke samping tubuhnya lalu perlahan duduk
Josephine dan Nicko saling pandang melihat reaksi yang ditunjukkan oleh dokter Dolores. Pasangan muda ini sama-sama mengerutkan dahi saat melihat dokter Dolores.Sang dokter sendiri masih berdiri dan ia mematung, matanya bulat dan tidak berkedip sama sekali. Sesekali dokter muda ini bergumaam, berkata tidak mungkin.“Tidak … ini tak mungkin terjadi,” gumamnya lirih, karena saat ini ia mendapati Josephine duduk di tempat tidur dengan kedua kaki menjuntai ke bawah seperti hendak turun dari tempat tidur.Nicko tersenyum sinis sambil melirik ke arah dokter Dolores. Perempuan itu terlihat begitu bodoh dan menggelikan kali ini, sangat berbeda dengan beberapa menit yang lalu.“Kau sudah membunuh kesombonganmu sendiri Dolores,” pikir Nicko.Perlahan-lahan dokter Dolores mendekat ke arah mereka berdua, dan menyentuh kaki Josephine dan mengetuk-ngetuk lututnya. Tindakan ini sungguh mengingatkan Nicko pada kejadian di masa silam, saat ia mencoba metode akupuntur pada nenek Elizabeth. Gayanya tam