Meski penuh ketakutan, cepat-cepat Enrique mengangguk mengiyakan pernyataan Nicko. Bagaimanapun juga ia menilai kalau hidup masih jauh lebih bernilai walaupun harus cacat selamanya, dibandingkan mati muda.Dengan memiliki kehidupan, setidaknya ia masih bisa memperbaiki dirinya dan tentu hidup lebih baik lagi.“Hmm jadi kau tidak merasa menderita dengan apa yang menimpamu kali ini?” cibir Nicko.Tentu saja pernyataan ini tidak disukai oleh Nicko sebab menurutnya Enrique masih belum mendapatkan balasan yang setimpal atas perilaku tidak sopan terhadap istri dan anaknya. Nicko justru menganggap Enrique masih menantangnya.Nicko kembali mengangkat tangannya, kali ini kedua tangannya berada di depan dada dengan posisi atas bawah. Diantara kedua tangannya seperti ada bola api yang terlihat samar. Enrique yang melihat ini semakin ketakutan, wajahnya makin pucat dan keringat makin banyak yang mengucur.Bola api diantara kedua tangan Nicko semakin lama semakin jelas dan kali ini Enrique merasak
Ucapan Nicko barusan benar-benar membuat Enrique ketakutan setengah mati. Ia berteriak minta tolong saking takutnya. Nicko tidak memberinya kesempatan lagi, ia tersenyum sinis dan kembali membuat formasi yang sama seperti tadi.Slash! Suara keras yang menakutkan disertai kilatan cahaya yang begitu menyilaukan. Makin lama tubuh Enrique yang berotot mulai mengecil sampai sebesar ibu jari. Saat itu Nicko tersenyum puas, dan meremas tubuh Enrique yang sebesar ibu jari dan meremasnya hingga hancur dan bersatu dengan debu. Kekuatan yang dimiliki Nicko benar-benar tidak meninggalkan jejak sama sekali.Nicko langsung melirik ke arah istri dan mertuanya yang masih tak sadarkan diri. Ia langsung menghela napas panjang dan melangkah mendekat kearah pintu depan untuk membuka kunci dari dalam.Saat itu ia Jacklyn terbelalak kaget, dan ia mulai bergetar. Perempuan itu tahu kalau dirinya sudah melakukan kesalahan di hadapan Tuan Muda.Sejak pertama kali mengantar Josephine kemari, ia sudah menilai a
Atas permintaan Josephine, Nicko pun mampir ke rumah mertuanya dan mengikuti Jacklyn yang mendapat tugas untuk mengantar Daisy ke rumah. Mereka kini berada di ruang tamu dan beristirahat sejenak.Daisy menghela napas panjang dan mengelus dada, “Hari ini aku masih beruntung. Huh hampir saja aku dihabisi oleh dua orang brengsek itu.”Josephine yang duduk di depannya pun menghembuskan napas panjang. Ia tak bisa menahan rasa kesalanya pada Daisy. “Ibu apa tidak bisa berpikir lebih jernih lagi? Kenapa selalu saja bernapsu untuk memisahkan kami. Jika Nicko tidak datang tepat waktu, aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita.”Daisy tahu ia telah salah kali ini, tapi itu hanya di dalam hati saja. Secara terang-terangan ia tak mau menunjukkan perasaan itu. Apalagi jika ada Nicko di depannya.“Kau ini kenapa Jo, aku juga jadi korban. Kau tahu kan sebenarnya masalah ini disebabkan oleh suamimu itu. Jika dia tidak menjegal karir Enrique tentu saja semuanya baik-baik saja, salahka
Josephine menoleh ke arah Nicko yang ada di sekitar mereka. Sejak tadi Nicko memang memperhatikan istri dan mertuanya yang sedang berdebat.“Sayang, kita pulang saja sekarang, ajak Ian juga!”Nicko pun mengangguk, “Tak masalah. Aku akan ke kamar ayahmu dan mengajak Ian pulang!”Josephine pun menoleh ke arah ibunya dan ia kembali berkata dengan nada tinggi, “Aku akan memberi tahu ayah mengenai hal ini. Setelahnya aku tak mau ikut campur atas apa yang terjadi pada ibu!”Daisy langsung gugup. Jelas-jelas ia mulai panik. Josephine dan Catherine adalah harapan untuknya. Namun saat ini hanya Jo yang bisa diharapkan olehnya. Catherine sedang hamil dan ia tidak senaif putri bungsunya.Kehidupannya tentu akan semakin sulit jika hanya mengharapkan belas kasihan Catherine yang mengirimi uang untuk suaminya saja. Ia tak akan punya simpanan untuk bersenang-senang.Sikap Jo kali ini terlihat lebih tegas, dan ini kali pertamanya Daisy melihat perangai putri bungsunya seperti ini.Daisy segera mengha
Nicko memperhatikan layar ponselnya. Ia tengah membaca berita kebakaran yang terjadi di pinggiran Westcoast Town yang baru saja terjadi. Nicko tersenyum saat melihat berita itu, karena itu adalah bangunan tempat Jo hampir disekap.“Hmm kalian benar-benar hancur sekarang,” kata Nicko dalam hati.Villa tempat Josephine mendapatkan kemalangan memang letaknya sedikit terpencil dan jauh dari pusat kota. Apalagi saat ini lalu lintas sedang padat-padatnya, tentu saja mobil pemadam kebakaran membutuhkan waktu lebih lama untuk menuju ke sana.Saat mobil pemadam tiba dan melakukan tugasnya, bangunan sudah rata dengan tanah. Kini para petugas pun melakukan pemantauan untuk mencari korban jiwa yang mungkin ada dalam bencana kebakaran ini.Petugas pemadam kebakaran itu pun bisa bernapas lega saat mendapati tidak ada korban jiwa yang tersisa di sana. Mereka pun menganalisa penyebab kebakaran yang memang terjadi sebab adanya hubungan pendek arus listrik.Tidak adanya korban jiwa membuat petugas meni
Saat ini Sylvia tengah menunggu Thiery di sebuah ruangan. Ia terlihat gelisah menanti kehadiran lelaki yang akan dipertemukan dengannya. Ia khawatir kalau lelaki itu tak akan tertarik kepadanya. Tak lama setelahnya pintu pun dibuka.Di hadapannya berdiri seorang pria yang usianya lebih tua darinya. Pria itu mengenakan jas hitam rancangan desainer. Sylvia tentu mengenalinya dari potongan yang rapi dan halus. Pria itu menata rambutnya sangat rapi dan memandangi tubuhnya dari atas ke bawah, begitu terlihat cabul. Tak hanya pakaian yang mewah, ada jam tangan bertahta berlian di tangan kiri.Di belakang pria itu nampak seseorang dengan membawa tas, dan usianya lebih muda. Sylvia menaksir pria paruh baya itu adalah Thiery Allard, sedangkan yang di belakangnya sudah pasti asisten Thiery.Lelaki yang membawa tas itu pun tersenyum pada Sylvia dan menyapanya ramah, “Apa Anda Nyonya Sylvia?”Lelaki itu adalah Christian yang merupakan asisten Thiery, “Nyonya sebaiknya Anda duduk di dalam saja,” k
Sylvia menunduk dan tak dapat menjawab pertanyaan dari Thiery. Ia justru berusaha untuk menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah.Dia bertanya-tanya bagaimana mungkin Thiery bisa mengatakan hal itu. Apakah mungkin ia ada hubungannya dengan suami yang saat ini masih berada di penjara.Ia lalu terigat akan temannya Erick Woolf yang saat ini menjalin kerjasama dengan Thiery. Ia kenal dengan Erick dari suaminya, Dominique. Sampai saat ini Erick belum tahu bagaimana kondisi Dominque yang sebenarnya.Tak mungkin ia mengatakan pada Thiery tentang suaminya. Bagaimanapun juga Erick kenal baik dengan Dominique.Sylvia dan Dominique pernah menikah, dan memiliki dua orang anak. Saat ini Dominique berada dalam penjara dan tak lagi bisa memberikan nafkah untuk kedua anaknya. Tentunya Sylvia sangat membutuhkan banyak uang.Jika ia mengatakan terus terang, bisa -bisa tujuannya untuk mendapatkan banyak uang tanpa bekerja keras tidak akan tercapai. Ia sangat berharap kalau Thiery bisa menggantikan pe
Erick masih tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Tuan Allard. Ia mencoba untuk menepiskan pemikirannya sendiri, dan cepat-cepat ia tak mempedulikan lagi.Thiery Allard pun menghembuskan napas panjang, “Kakakku dan aku tak jauh berbeda, kita sama-sama memiliki tubuh yang tangguh. Wajahnya juga tampan, apalagi saat masih muda. Dia juga seorang perayu ulung, pandai untuk membujuk wanita. Ia selalu memanfaatkan kesempatan saat mencari bahan untuk kepentingan perusahaan farmasi. Kakakku selalu saja menggunakan kesempatan ini untuk bersenang-senang bersama wanita. Entah berapa banyak perempuan yang sudah tidur dengannya, aku tak pernah menghitung. Bisa jadi lebih dari dua puluh perempuan sudah pernah tidur bersamanya.”“Apa?”Erick Woolf tersentak kaget, dan ia berkata, “Kakakkmu sungguh luar biasa kuat saat masih muda?”Thiery Allard mengangguk dan berkata dengan lemah, “Jika tidak, mana mungkin ada seorang anak di luar nikah yang hidup di lingkungan keluargaku. Itu hanya yang ketah