Peti mati yang membawa Rodgie telah ditutup, kelompok jubah hitam pun bersiap untuk membawa jenazah Rodgie menuju pemakaman. Beruntung keluarga Lloyd memiliki tanah pemakaman pribadi, sehingga tak ada kendala dalam menguburkan jenazahnya.Bukan rahasia lagi, jika seorang kriminal seperti Rodgie susah mendapatkan lahan untuk pemakaman. Biasanya keluarga para tahanan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk bisa mendapatkan lahan. Namun dengan tanah pemakaman pribadi keluarga Lloyd maka tak akan ada yang berani mengusik atau menolak.“Ian, kau ingin ikut ke pemakaman atau menunggu di sini? Jika kau memilih berada di sin, maka Ibu akan menemanimu,” Josephine merangkul putra angkatnya.Ian yang masih menunduk pun mengusap kedua matanya dengan punggung tangan. Anak itu menghembuskan napas panjang dan perlahan mengangkat wajahnya.“Aku akan ikut, aku ingin memberikan penghormatan terakhir bagi ayahku,” kata Ian.“Ayahmu pasti akan bangga terhadapmu, Ian,” ucap Nicko sambil menepuk pundak putra
Wanita dengan rambut pendek nan ikal itu pun kembali memperhatikan siaran pad ponselnya. Ia ingin memastikan apa yang dilihatnya benar-benar nyata.Fokus utamanya ada pada anak lelaki yang sedang dirangkul oleh perempuan muda. Sesekali anak lelaki itu wajahnya ditutupi oleh perempuan yang merangkulnya seakan menghindari bidikan camera yang mengarah padanya.“Benar … dia benar-benar Ian,” gumamnya kemudian.Wanita ini pun terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Ian, dan bagaimana mungkin Ian bisa berada bersama mereka, keluarga Lloyd. Apalagi peristiwa itu diambil saat Ian keluar dari pemakaman pribadi keluarga Lloyd, dan ia berada diantara kerumunan itu. Ini benar-benar hal yang tak biasa.Wanita itu adalah Tori, ibu kandung Ian yang meninggalkannya saat Rodgie berada dalam penjara.“Huh kenapa Ian bisa bersama dengan mereka ya? Aku benar-benar penasaran,” pikir Tori.Jelas yang dipikirkan wanita ini adalah hubungan Ian dengan keluarga Lloyd. Mungkin saja ia berpikir kal
Suara alarm yang berisik membuat Tori melompat cepat dari tempat tidurnya. Segera ia menggosok mata dengan punggung tangan dan mendapati waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.Tori tiba di distrik C ketika hari sudah gelap, dan ia terpaksa menyewa motel untuk beristirahat. Kunjungan ke distrik C akan dimulai ketika pukul sembilan pagi.Mantan istri Rodgie sudah membayangkan banyak hal dengan kedatangannya kali ini. Ia ingin menuntut penjelasan pada mantan suaminya kenapa Ian ada bersama keluarga Lloyd.“Hmm, aku harus mencari penjelasan dari Rodgie. Kalau memang Ian diadopsi oleh keluarga Lloyd, setidaknya harus dengan ijin dariku. Mereka tidak bisa seenaknya mengambil Ian dariku, aku kan Ibunya,” gumam Tori kemudian segera bersiap-siap.Wanita ini memang memiliki rencana khusus untuk Ian. Tentu saja ia sudah mengenal seperti apa keluarga Lloyd. Ian bisa menjadi tambang emas untuknya mendapatkan uang.Dengan kehidupan Ian di keluarga Lloyd, akan membuat Tori bisa mendapatkan banyak
Sylvia sudah merapikan dirinya pagi ini. Pertengkarannnya dengan Enrique semalam benar-benar membuatnya tidak nyaman. Bukan karena ia mencintai Enrique, tapi ia harus segera mengambil langkah berikut menyelamatkan keadaan ekonominya.Baru saja ia mengomel dengan petugas resepsionis lantaran tidak bisa mendapat pengembalian dana. Sylvia memang sudah membayar lunas biaya menginap selama seminggu di kamar president suite. Awalnya ia menyewa kamar itu untuk bisa melewatkan waktu bersama Enrique dengan intim. Namun keadaan lelaki itu yang sudah bangkrut itu membuatnya muak.Tak ada pilihan lain, ia pun memutuskan untuk menjemput putranya Denise dari perkemahan. Tentu saja Sylvia tak ingin biaya semakin membengkak dengan anaknya berada di perkemahan.Sebenarnya biaya perkemahan musim panas Denise belum dibayar sepenuhnya oleh ibunya. Baru tiga puluh persen yang sudah dibayarkan dan tiga hari lagi batas akhir untuk pelunasan. Jika ia tidak melunasi, maka Denise tidak dapat mengikuti perkemah
Tori yang ketinggalan berita pun meninggalkan distrik C sambil terus mengomel. Ia tak pernah dipermalukan seperti ini.Tak perlu menunggu lama lagi, Tori pun segera pergi dari distrik C dan menaiki kereta untuk kembali. Tak henti-hentinya perempuan ini mengomel sepanjang perjalanan. Bahkan apapun yang membuatnya merasa tidak nyaman langsung mendapat amarah darinya.“Aku harus segera menemui putraku yang sekarang tinggal di keluarga Lloyd. Kau tentu tak akan bisa menyalahkan aku kan Tuan Muda ha ha ha,” gumam Tori kemudian melangkah menuju apartemennya.Tori yang kesal dan menyimpan rencana untuk putranya pun melangkah dengan penuh percaya diri. Ia sudah menemukan alasan untuk menemui Ian. Namun saat ia tiba di depan pintu unitnya, ia dikejutkan oleh pemandangan yang tak biasa.“Kau, Jack?” sapa Tori sambil menutup mulutnya.Tori mendapati kekasihnya Jack sedang duduk di lantai dengan satu kaki yang ditekuk, sementara yang lain lurus. Salah satu tangannya diletakkan di atas lutut, dan
“Tuan, memangnya kenapa aku dipanggil? Aku tak melakukan apa-apa?” tanya Denise begitu mendapatkan panggilan dari Tuan Jims.Denise yang dikenal sebagai anak nakal tentu saja curiga dengan Tuan Jims yang memanggilnya. Ia menganggap kalau dipanggil Tuan Jims pasti berhubungan dengan hukuman. Namun semenjak kepergian Ian dan Tuan Ramos kemarin, ia sama sekali tidak melakukan hal apapun yang melanggar peraturan.“Aku tidak melakukan apa-apa Tuan,” kata Denise mengulangi.Tuan Jims pun tersenyum, “Kau dipanggil bukan kearena membuat kesalahan, sejak kemarin tak ada laporan apapun mengenai kenakalanmu.”Denise membulatkan matanya, “Lalu kenapa aku dipanggil?”“Ibumu datang dan akan menjemputmu,” kata Tuan Jims sambil memimpin jalan.Mendengar jawaban Tuan Jims, Denise pun mengerutkan dahi, ingin rasanya ia menanyakan lebih lanjut pada Tuan Jims, tapi tampaknyua pria itu tak mempedulikan keheranannya. Denise pun akhirnya melanjutkan perjalanan mengitkuti Tuan Jims menuju ruangan Tuan Woody.
Dengan langkah gontai, Denise pun melangkah keluar ruangan Tuan Woody. Ia didampingi oleh Tuan Jims yang akan membantu membereskan perlengkapannya. Sementara Sylvia baru saja berdiri dengan tangan dilipat di depan dada begitu pintu terbuka.“Bagaimana, dia mau pulang kan?” tanya Sylvia terlihat angkuh.Saat itu Denise hanya menunduk dan mengusap kedua matanya dengan punggung tangan. Anak itu masih berat untuk meninggalkan kegiatan yang disukainya kali ini.“Ibu … apa ibu yakin memintaku untuk pergi dari sini?” tanya Denise sambil terus cemberut.“Huh, ternyata dia tidak bisa mengatasi anak ini,” gumam Sylvia kesal.Wanita ini pun langsung menarik tangan anaknya dan juga telinga Denise. Anak kecil itu mengaduh kesakitan karena telinganya ditarik ke atas oleh Sylvia.“Ibu sudah Bu sakit,” teriak Denise.“Ibu sudah bilang! Jangan membuat masalah. Kita harus pulang sekarang juga!” bentak Sylvia.Tuan Jims yang melihat pun mencoba untuk menghalangi, tapi ternyata Sylvia malah ikut membenta
Dengan berat hati, Denise pun mengemas barang bawaannya ke dalam koper. Lalu ia pelan-pelan memperhatikan seisi kamar di perkemahan. Berat rasanya untuk Denise meninggalkan kamar ini.Ia sangat menyukai perkemahan musim panas kali ini.Tak henti-hentinya anak kecil itu menangis sambil sesekali melirik ke arah ibunya yang menunggu di depan pintu sambil menggerakkan kakinya. Sylvia memang terlihat tidak sabar untuk menunggu anaknya.“Sepertinya percuma, Ibu tak akan peduli dengan keinginanku,” pikir Denise sambil melirik ke arah pintu.Ia pun akhirnya melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar dan mengikuti ibunya. Denise hanya diam dan menunduk mengikuti ibunya.Sesekali ia melirik ke arah jendela dan mendapatkan teman-temannya tampak bersanda gurau, dan ia pun semakin menangis. Cepat-cepat Denise mengusap air matanya karena tidak ingin terlihat oleh ibunya.Namun tanpa disadari olehnya kedua teman karibnya justru melihat ke arah Denise yang sekarang sedang berjalan membawa koper. Saat