Wanita dengan rambut pendek nan ikal itu pun kembali memperhatikan siaran pad ponselnya. Ia ingin memastikan apa yang dilihatnya benar-benar nyata.Fokus utamanya ada pada anak lelaki yang sedang dirangkul oleh perempuan muda. Sesekali anak lelaki itu wajahnya ditutupi oleh perempuan yang merangkulnya seakan menghindari bidikan camera yang mengarah padanya.“Benar … dia benar-benar Ian,” gumamnya kemudian.Wanita ini pun terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Ian, dan bagaimana mungkin Ian bisa berada bersama mereka, keluarga Lloyd. Apalagi peristiwa itu diambil saat Ian keluar dari pemakaman pribadi keluarga Lloyd, dan ia berada diantara kerumunan itu. Ini benar-benar hal yang tak biasa.Wanita itu adalah Tori, ibu kandung Ian yang meninggalkannya saat Rodgie berada dalam penjara.“Huh kenapa Ian bisa bersama dengan mereka ya? Aku benar-benar penasaran,” pikir Tori.Jelas yang dipikirkan wanita ini adalah hubungan Ian dengan keluarga Lloyd. Mungkin saja ia berpikir kal
Suara alarm yang berisik membuat Tori melompat cepat dari tempat tidurnya. Segera ia menggosok mata dengan punggung tangan dan mendapati waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.Tori tiba di distrik C ketika hari sudah gelap, dan ia terpaksa menyewa motel untuk beristirahat. Kunjungan ke distrik C akan dimulai ketika pukul sembilan pagi.Mantan istri Rodgie sudah membayangkan banyak hal dengan kedatangannya kali ini. Ia ingin menuntut penjelasan pada mantan suaminya kenapa Ian ada bersama keluarga Lloyd.“Hmm, aku harus mencari penjelasan dari Rodgie. Kalau memang Ian diadopsi oleh keluarga Lloyd, setidaknya harus dengan ijin dariku. Mereka tidak bisa seenaknya mengambil Ian dariku, aku kan Ibunya,” gumam Tori kemudian segera bersiap-siap.Wanita ini memang memiliki rencana khusus untuk Ian. Tentu saja ia sudah mengenal seperti apa keluarga Lloyd. Ian bisa menjadi tambang emas untuknya mendapatkan uang.Dengan kehidupan Ian di keluarga Lloyd, akan membuat Tori bisa mendapatkan banyak
Sylvia sudah merapikan dirinya pagi ini. Pertengkarannnya dengan Enrique semalam benar-benar membuatnya tidak nyaman. Bukan karena ia mencintai Enrique, tapi ia harus segera mengambil langkah berikut menyelamatkan keadaan ekonominya.Baru saja ia mengomel dengan petugas resepsionis lantaran tidak bisa mendapat pengembalian dana. Sylvia memang sudah membayar lunas biaya menginap selama seminggu di kamar president suite. Awalnya ia menyewa kamar itu untuk bisa melewatkan waktu bersama Enrique dengan intim. Namun keadaan lelaki itu yang sudah bangkrut itu membuatnya muak.Tak ada pilihan lain, ia pun memutuskan untuk menjemput putranya Denise dari perkemahan. Tentu saja Sylvia tak ingin biaya semakin membengkak dengan anaknya berada di perkemahan.Sebenarnya biaya perkemahan musim panas Denise belum dibayar sepenuhnya oleh ibunya. Baru tiga puluh persen yang sudah dibayarkan dan tiga hari lagi batas akhir untuk pelunasan. Jika ia tidak melunasi, maka Denise tidak dapat mengikuti perkemah
Tori yang ketinggalan berita pun meninggalkan distrik C sambil terus mengomel. Ia tak pernah dipermalukan seperti ini.Tak perlu menunggu lama lagi, Tori pun segera pergi dari distrik C dan menaiki kereta untuk kembali. Tak henti-hentinya perempuan ini mengomel sepanjang perjalanan. Bahkan apapun yang membuatnya merasa tidak nyaman langsung mendapat amarah darinya.“Aku harus segera menemui putraku yang sekarang tinggal di keluarga Lloyd. Kau tentu tak akan bisa menyalahkan aku kan Tuan Muda ha ha ha,” gumam Tori kemudian melangkah menuju apartemennya.Tori yang kesal dan menyimpan rencana untuk putranya pun melangkah dengan penuh percaya diri. Ia sudah menemukan alasan untuk menemui Ian. Namun saat ia tiba di depan pintu unitnya, ia dikejutkan oleh pemandangan yang tak biasa.“Kau, Jack?” sapa Tori sambil menutup mulutnya.Tori mendapati kekasihnya Jack sedang duduk di lantai dengan satu kaki yang ditekuk, sementara yang lain lurus. Salah satu tangannya diletakkan di atas lutut, dan
“Tuan, memangnya kenapa aku dipanggil? Aku tak melakukan apa-apa?” tanya Denise begitu mendapatkan panggilan dari Tuan Jims.Denise yang dikenal sebagai anak nakal tentu saja curiga dengan Tuan Jims yang memanggilnya. Ia menganggap kalau dipanggil Tuan Jims pasti berhubungan dengan hukuman. Namun semenjak kepergian Ian dan Tuan Ramos kemarin, ia sama sekali tidak melakukan hal apapun yang melanggar peraturan.“Aku tidak melakukan apa-apa Tuan,” kata Denise mengulangi.Tuan Jims pun tersenyum, “Kau dipanggil bukan kearena membuat kesalahan, sejak kemarin tak ada laporan apapun mengenai kenakalanmu.”Denise membulatkan matanya, “Lalu kenapa aku dipanggil?”“Ibumu datang dan akan menjemputmu,” kata Tuan Jims sambil memimpin jalan.Mendengar jawaban Tuan Jims, Denise pun mengerutkan dahi, ingin rasanya ia menanyakan lebih lanjut pada Tuan Jims, tapi tampaknyua pria itu tak mempedulikan keheranannya. Denise pun akhirnya melanjutkan perjalanan mengitkuti Tuan Jims menuju ruangan Tuan Woody.
Dengan langkah gontai, Denise pun melangkah keluar ruangan Tuan Woody. Ia didampingi oleh Tuan Jims yang akan membantu membereskan perlengkapannya. Sementara Sylvia baru saja berdiri dengan tangan dilipat di depan dada begitu pintu terbuka.“Bagaimana, dia mau pulang kan?” tanya Sylvia terlihat angkuh.Saat itu Denise hanya menunduk dan mengusap kedua matanya dengan punggung tangan. Anak itu masih berat untuk meninggalkan kegiatan yang disukainya kali ini.“Ibu … apa ibu yakin memintaku untuk pergi dari sini?” tanya Denise sambil terus cemberut.“Huh, ternyata dia tidak bisa mengatasi anak ini,” gumam Sylvia kesal.Wanita ini pun langsung menarik tangan anaknya dan juga telinga Denise. Anak kecil itu mengaduh kesakitan karena telinganya ditarik ke atas oleh Sylvia.“Ibu sudah Bu sakit,” teriak Denise.“Ibu sudah bilang! Jangan membuat masalah. Kita harus pulang sekarang juga!” bentak Sylvia.Tuan Jims yang melihat pun mencoba untuk menghalangi, tapi ternyata Sylvia malah ikut membenta
Dengan berat hati, Denise pun mengemas barang bawaannya ke dalam koper. Lalu ia pelan-pelan memperhatikan seisi kamar di perkemahan. Berat rasanya untuk Denise meninggalkan kamar ini.Ia sangat menyukai perkemahan musim panas kali ini.Tak henti-hentinya anak kecil itu menangis sambil sesekali melirik ke arah ibunya yang menunggu di depan pintu sambil menggerakkan kakinya. Sylvia memang terlihat tidak sabar untuk menunggu anaknya.“Sepertinya percuma, Ibu tak akan peduli dengan keinginanku,” pikir Denise sambil melirik ke arah pintu.Ia pun akhirnya melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar dan mengikuti ibunya. Denise hanya diam dan menunduk mengikuti ibunya.Sesekali ia melirik ke arah jendela dan mendapatkan teman-temannya tampak bersanda gurau, dan ia pun semakin menangis. Cepat-cepat Denise mengusap air matanya karena tidak ingin terlihat oleh ibunya.Namun tanpa disadari olehnya kedua teman karibnya justru melihat ke arah Denise yang sekarang sedang berjalan membawa koper. Saat
Denise menoleh ke belakang sejenak, dan ia menghembuskan napas panjang. Punggung dari kedua temannya sudah tak terlihat lagi. Sepertinya mereka sudah berbelok menjauh dan kembali menuju area bermain seperti sebelumnya.Denise ingin kembali dan bermain bersama dengan mereka, tapi mengingat apa yang dilakukan oleh Sylvia terhadapnya beberapa waktu lalu membuatnya berpikir ulang.“Tidak … aku tidak boleh pergi menyusul mereka, aku tak mau membuat ibu marah,” Denise bicara sendiri dan menyeret kopernya menuyusul ibunya.Namun tiba-tiba dua orang anak lelaki keluar dan menghadangnya. Denise tak begitu mengenal dua anak lelaki yang menghadangnya, bahkan nama pun masih sering tertukar.Yang diingat Denise hanyalah mereka memiliki fisik yang ukurannya lebih tinggi dibanding dirinya. Kedua anak itu tampak berdiri berkacak pinggang dan menghalangi jalan Denise untuk menyusul ibunya. Mereka adalah Kevin dan Billy. Kedua anak ini memang tak akrab dengan Denise, dan beberapa kali memang bersikap k
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt