Sylvia yang berada dalam gendongan Enrique pun menyandarkan kepalanya pada dada bidang lelaki yang bersamanya. Ia tampak semakin bermanja dengan kekasih mudanya itu.Pemandangan seperti ini memang begitu menarik untuk diabadikan oleh pengunjung bandara. Namun pasangan yang sedang kasmaran ini sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi pada mereka. Mereka tetap saja menunjukkan kemesraan mereka di depan umum dan membuat beberapa orang tampak muak.“Sayang, sudah turunkan aku. Aku sangat malu,” pinta Sylvia tapi belum juga melepaskan kedua tangannya yang dikalungkan pada leher Enrique.Enrique tak mengubris permintaan wanitanya. Ia justru memerintah porter untuk terus jalan dan membawanya ke mobil. Porter yang ia sewa merangkap sebagai supir yang bertugas mengantar mereka ke hotel dan berkeliling.“Hei cepat jalan kau lihat apa? Memangnya kenapa kalau aku menggendong kekasihku. Dia capek selama perjalanan untuk menemuiku di sini!” bentak Enrique pada porter yang sempat memperhatika
Enrique meletakkan ponselnya pada sofa, dan berdiri mengikuti Sylvia. Ia mencoba untuk bersikap lembut pada wanita yang ada di sampingnya itu. Sentuhan lembut pada lengan Sylvia bisa menaklukkan wanita itu seperti biasanya.“Sylvia, kenapa kau mengatakan hal itu? Apa maksud ucapanmu barusan?” tanya Enrique berpura-pura tidak mengerti.Namun dalam hati ia tahu kalau sebenarnya Sylvia sudah mengetahui skandal tentang dirinya. Enrique seorang tokoh publik, bukan tak mungkin setiap gerak-geriknya menjadi sorotan publik.Namun Enrique tidak lelah dengan hal ini, ia justru menikmati setiap pemburu berita mencari tahu tentangnya, juga saat para penggemar datang mengerubunginya. Hanya saja untuk kali ini skandal yang melibatnya bukan hal yang baik dan layak untuk dipertontonkan. Apa yang terjadi padanya kali ini benar-benar mencoreng dirinya, dan karirnya bisa tamat. Lebih tepatnya karir Enrique sudah tamat untuk saat ini.Sylvia pun berbalik lalu melayangkan tamparan pada pipi lelaki bertubu
Enrique menghembuskan napas panjang dan merangkul wanita di sampingnya, dan kembali Sylvia menepiskan tangan kekasihnya itu. Wanita itu membuang muka, enggan untuk melihat ke arah lelaki yang selalu berbagi rasa dan keringat dengannya.“Sudahlah Enrique, aku tak ingin mendengar alasan apapun. Aku sudah tak sudi untuk bersama denganmu lagi!” seru Sylvia yang menjauh dari lelaki yang selalu menemaninya itu.“Sylvia, kau harus mendengarku sayang! Apa yang kulakukan tadi adalah untuk Denise, aku berusaha untuk menjaga dan melindungi anak itu dari seseorang yang berbahaya.”Mendengar nama Denise disebut, Sylvia pun perlahan menoleh ke arah Enrique. Ia tak mengatakan apapun, tapi alisnya menyambung dan memperhatikan Enrique kembali.Enrique yang melihat reaksi Sylvia pun langsung tersenyum, dalam hati ia berkata, “Sudah kuduga kau pasti akan memperhatikan ucapanku tentang putramu.”Pria hispanic ini pun menghembuskan napas panjang, kemudian meraih kedua telapak tangan Sylvia dan menggenggam
Sylvia pun memukul pintu setelah kepergian Enrique. Ia terus saja mengamuk menyesali apa yang pernah terjadi padanya. Memang benar, ia tak pernah mencintai sosok Enriquq, begitu juga dengan Dominique. Yang benar-benar dicintai olehnya hanyalah uang, kemewahan dan anak kandungnya.Masih dalam posisi berdiri dan kedua tangan memegang pintu, Sylvia pun tak hentinya mengumpat tentang Enrique. Laki-laki itu sudah tak ada gunanya lagi bagi Sylvia. Lelaki itu sudah tak bisa membawanya ke lingkungan selebritas yang selama ini disukainya.Sylvia kemudian kembali ke sofa dan memikirkan langkah apa yang akan dilakukan olehnya. Apakah ia akan menurunkan standar hidupnya?“Tidak … tidak aku tak bisa jadi miskin, tapi aku harus menghemat sebelum mendapatkan lelaki baru,” pikir Sylvia sambil menggoyang-goyangkan kakinya.ia terus saja berpikir sampai akhirnya teringat akan seorang teman lamanya yang mencari rumah untuk disewa oleh rekan bisnisnya. Wanita itu pun langsung menghubungi teman lamanya da
Pelan-pelan mata Ian pun mulai berair, semakin lama ia semakin tidak tahan melihat pemandangan yang ada di depannya. Anak kecil itu jelas tahu apa yang terjadi, dalam peti mati itu pasti ayahnya, Rodgie. Yang tak dimengerti olehnya adalah kenapa hal ini bisa terjadi pada ayahnya.Ian terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri. ApakahRodgie melakukan perbuatan yang lain hingga membuatnya harus menjalani hukuman mati. Namun Ian tidak percaya kalau hal ini benar-benar dilakukan oleh ayahnya, karena selama ini Rodgie dinilai sebagai sosok yang ayah yang baik di matanya. Apapun yang dilakukan oleh Rodgie adalah untuk kepentingan keluarga, bukan kesenangannya sendiri.Nicko yang melihat keadaan Ian pun langsung berjongkok menjajarinya, merangkul pundak anak itu dengan lembut.“Ian, Ayah dan Ibu ikut bersedih atas apa yang menimpamu. Kami berdua juga ikut kehilangan Rodgie,” ucapnya sambil mengelus kepala anak itu.Sama halnya dengan Josephine, perempuan berambut pirang ini pun juga merasa k
Peti mati yang membawa Rodgie telah ditutup, kelompok jubah hitam pun bersiap untuk membawa jenazah Rodgie menuju pemakaman. Beruntung keluarga Lloyd memiliki tanah pemakaman pribadi, sehingga tak ada kendala dalam menguburkan jenazahnya.Bukan rahasia lagi, jika seorang kriminal seperti Rodgie susah mendapatkan lahan untuk pemakaman. Biasanya keluarga para tahanan harus mengeluarkan biaya ekstra untuk bisa mendapatkan lahan. Namun dengan tanah pemakaman pribadi keluarga Lloyd maka tak akan ada yang berani mengusik atau menolak.“Ian, kau ingin ikut ke pemakaman atau menunggu di sini? Jika kau memilih berada di sin, maka Ibu akan menemanimu,” Josephine merangkul putra angkatnya.Ian yang masih menunduk pun mengusap kedua matanya dengan punggung tangan. Anak itu menghembuskan napas panjang dan perlahan mengangkat wajahnya.“Aku akan ikut, aku ingin memberikan penghormatan terakhir bagi ayahku,” kata Ian.“Ayahmu pasti akan bangga terhadapmu, Ian,” ucap Nicko sambil menepuk pundak putra
Wanita dengan rambut pendek nan ikal itu pun kembali memperhatikan siaran pad ponselnya. Ia ingin memastikan apa yang dilihatnya benar-benar nyata.Fokus utamanya ada pada anak lelaki yang sedang dirangkul oleh perempuan muda. Sesekali anak lelaki itu wajahnya ditutupi oleh perempuan yang merangkulnya seakan menghindari bidikan camera yang mengarah padanya.“Benar … dia benar-benar Ian,” gumamnya kemudian.Wanita ini pun terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Ian, dan bagaimana mungkin Ian bisa berada bersama mereka, keluarga Lloyd. Apalagi peristiwa itu diambil saat Ian keluar dari pemakaman pribadi keluarga Lloyd, dan ia berada diantara kerumunan itu. Ini benar-benar hal yang tak biasa.Wanita itu adalah Tori, ibu kandung Ian yang meninggalkannya saat Rodgie berada dalam penjara.“Huh kenapa Ian bisa bersama dengan mereka ya? Aku benar-benar penasaran,” pikir Tori.Jelas yang dipikirkan wanita ini adalah hubungan Ian dengan keluarga Lloyd. Mungkin saja ia berpikir kal
Suara alarm yang berisik membuat Tori melompat cepat dari tempat tidurnya. Segera ia menggosok mata dengan punggung tangan dan mendapati waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.Tori tiba di distrik C ketika hari sudah gelap, dan ia terpaksa menyewa motel untuk beristirahat. Kunjungan ke distrik C akan dimulai ketika pukul sembilan pagi.Mantan istri Rodgie sudah membayangkan banyak hal dengan kedatangannya kali ini. Ia ingin menuntut penjelasan pada mantan suaminya kenapa Ian ada bersama keluarga Lloyd.“Hmm, aku harus mencari penjelasan dari Rodgie. Kalau memang Ian diadopsi oleh keluarga Lloyd, setidaknya harus dengan ijin dariku. Mereka tidak bisa seenaknya mengambil Ian dariku, aku kan Ibunya,” gumam Tori kemudian segera bersiap-siap.Wanita ini memang memiliki rencana khusus untuk Ian. Tentu saja ia sudah mengenal seperti apa keluarga Lloyd. Ian bisa menjadi tambang emas untuknya mendapatkan uang.Dengan kehidupan Ian di keluarga Lloyd, akan membuat Tori bisa mendapatkan banyak