Kedua wanita itu terus saja berbicara mengenai masa lalu mereka. Banyak hal yang mereka ingin bagikan saat itu.Jo tampak bersemu-semu merah saat mendengarkan cerita dari teman lamanya itu. Semua yang dikatakan olehnya memang benar. Sudah sejak dulu ia melakukan banyak kebodohan, lebih tepatnya sebuah kecerobohan dalam tindakan.Saking cerobohnya Jo saat itu, sampai banyak sekali yang menertawakan tingkahnya.“Ah ya kau benar, aku memang seringkali ceroboh dan melakukan kesalahan. Untung saja aku selalu mendapatkan bantuan dari teman-temanku, hingga aku bisa selamat,” kata Jo menceritakan pengalaman masa lalunya itu.“Yah tentu saja. Untung saja kau dinobatkan menjadi mahasiswi tercantik sepanjang masa, sehingga kecerobohanmu bisa dimaafkan,” balas Karen membuat Jo kembali tertawa.Namun tidak dengan Nicko. Pemuda itu justru mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan amarah. Ia benar-benar tidak tahan mendengar ocehan perempuan yang katanya teman lama Jo.“Teman lama? Huh memangnya ada t
Karen dan Jo masih saja saling melempar senyum, tampaknya pertemuan kali ini benar-benar mereka manfaatkan untuk membahas tentang masa lalu mereka.Sejak mereka datang tadi, tak hentinya kedua teman lama ini bicara tentang masa lalunya. Sampai-sampai Nicko merasa bosan dengan ini semua.“Ehem!” Nicko mencoba untuk berdehem dan menunjukkan kepada mereka berdua tentang keberadaannya.“Maafkan aku sayang. Aku terlalu asyik dalam berbincang mengenang masa lalu,” kata Josephine sambil merangkul suaminya.Nicko pun tersenyum saat istrinya kembali memperhatikan dirinya. Ia pun menunjukkan pada wanita yang ada di hadapannya itu tentang bagaimana mesranya dia bersama Josephine.Tanpa ada perasaan malu, Nicko pun mempererat pelukannya pada Jo dan mencium pipi istrinya yang halus. Tidak hanya itu, punggung tangan Nicko pun mulai menusap lengan sang istri dengan lembut.“Apa kau masih bisa tahan melihat kemesraan yang kulakukan bersama dengan istriku?” tanya Nicko dalam hati.Pemuda ini sengaja m
Nicko memijat pelipisnya dengan lembut ia masih mengingat-ingat beberapa kejadian kemarin dan itu sangat-sangat tidak mengenakkan dirinya. Ini sebenarnya bukan tentang Nicko saja, kamu tentang Josephine yang saat itu sedang dipermalukan dengan sangat hina sebagai seorang suami tentu saja ia tidak bisa tinggal diam jika hal ini terjadi. Nicko harus bisa mengambil tindakan, tampaknya hal ini akan terulang lagi kali ini. Diam-diam ia memperhatikan sosok Karen yang ada di depannya, ia mencoba untuk menganalisa dari rambut wajah perempuan itu. "Apa maksudnya untuk menyuruh-nyuruh Josephine, apa ya ingin dia katakan padaku apa yang sebenarnya ia mau," Nicko bertanya dalam hati.Sekali lagi Nicko memandang wajah Karen. Gadis itu tampak tersipu. Pipinya semakin merah layaknya udang rebus."Benar ini sama dengan kejadian waktu itu, siapa dia?" tanya Nicko dalam hati.Kini Nicko kembali menatap mata biru Karen dalam-dalam. Semakin dalam ia melihat, semakin jelas pandangannya."Tak salah lagi
Masih di dimensi lain, tubuh Nicko mencoba untuk meronta, tapi ia seperti tidak mampu untuk keluar.Berulang kali nama Jo diteriakkan tapi istrinya sama sekali tak peduli. Sementara di sampingnya Karen terus mencoba mengejarnya."Ayolah, apa yang ingin kau cari?" tanya Karen."Pergi kau!" hardik Nicko sambil mendorong tubuh perempuan itu."Kau kejam sekali Nicko!""Aku tak peduli. Aku tak peduli dengan kehadiranmu. Pergi saja kau perempuan sundal!" Bentak Nicko.Suami Josephine itu tak ragu untuk mendorong tubuh Karen kuat-kuat. Bahkan menampar perempuan itu. Ia sama sekali tak peduli untuk menyakiti perempuan."Kau berani melukai perempuan?""Memangnya perempuan sepertimu pantas untuk mendapatkan hati? Tidak sama sekali tidak," Nicko bersikeras.Kembali Nicko mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Ia lagi-lagi mencoba untuk mendapatkn perhatian Jo."Josephine, Istriku," panggilnya.Namun Jo tak menjawab dan mendapat kejutan sekali lagi. Saat itu ia melihat ada sosok lain tak jauh
semakin lama, Nicko semakin dibawa terbang. Kali ini ia semakin jauh, dan Nicko semakin diabaikan oleh Josephine.Sekali lagi Nicko berteriak semakin kencang. Berharap Josephine mendengarnya. Namun ternyata nihil.Kini jarak antara Nicko dan Josephine semakin jauh, dan ia justru disuguhkan pemandangan yang tak ingin ia lihat. Saat itu ia justru melihat Jo bersanding dengan Gerald."Apa arti ini semua?" tanya Nicko sambil mencoba mengira-ngira.Pasangan muda ini duduk berhadapan dengan seorang wanita berambut pendek. Penampilan mereka begitu mentereng hingga tak ada orang yang meremehkan merek di sini.Gerald pun mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh Nyonya Monica Lincoln sang Marketing Representative. Semakin lama mendengar penjelasan, Jo pun semakin antusias dan ingin segera memiliki unit di sini."Sayang, kita ambil villa di sini ya, fasilitasnya cukup menarik. Lihat fotonya saja aku sudah ingin segera memilikinya," rengek Jo.Gerald pun menghela napas panjang dan melirik ke
Seorang perempuan tiga puluh tahunan tampak berdiri dengan penuh percaya diri. Penampilannya sosialita, dengan baju terusan di atas lutut yang membentuk tubuh dan sepatu terbuka yang dililitkan tali ia memasuki sebuah toko perhiasan.Perempuan itu adalah Sylvia Lynn, ibu dari Denise teman sekamar Ian di perkemahan musim panas. Sylvia memiliki hubungan terlarang dengan Enrique Ramos sang bintang lapangan.Sylvia seorang perempuan dengan gaya hidup kelas atas, ia senang sekali menghabiskan uang untuk memanjakan dirinya. Enrique Ramos sendiri ikut memanjakan perempuan itu dan memberinya kartu kredit untuk berbelanja. Kalo ini ia m ncoba untuk memilih perhiasan yang ia suka. Tentu saja penampilan sosialitanya membuat pelayan toko begitu antusias melayaninya.Mereka semua beranggapan kalau Sylvia akan memberikan komisi yang banyak untuk mereka. Namun, senyum di wajah pelayan mendadak sirna, tak ada lagi keceriaan di wajah perempuan itu. Ia sudah beberapa kali mencoba menggesek kartu kred
“Kenapa udaranya panas sekali?” tanya Nicko sambi mengeluhkan apa yang ia alami sekarang. Ia masih berada dalam kurungan dimensi, sementara perempuan yang bersamanya tampak menangis ketakutan.“Apa kau tak bisa menolongku?” tanya Karen.“Bodoh! Memangnya aku ini ayahmu hingga kau harus meminta bantuanku?” tanya Nicko dengan sinis.Ia memang tak ingin mempedulikan keadaan wanita itu. Baginya kehadiran Karen hanya akan memperburuk suasana saja. Karen hanya akan merepotkannya.“Aku kepanasan,” keluh Karen.“Tiup saja dirimu sendiri!”Nicko kali ini memilih duduk dan mencoba mengikuti kemana dinding dimensi akan membawanya pergi. Kali ini ia merasakan hawa panas di sekitar bahkan dia merasa kalau dirinya berada di luar angkasa dan sedang berkelahi dengan meteor. Atau mungkin ia memecahkan meteor.“Ah kemana aku, kenapa aku justru berada semakin jauh dari tempatku berada, lalu bagaimana dengan keadaan Josephine dan Ian kali ini, apa mereka baik-baik saja?” tanya Nicko dalam hati.Bagaimana
Tubuh Nicko terasa begitu ringan setelah ia keluar dari tubuh lelaki yang baru saja ia tolong. Hembusan angin mengitari tubuhnya yang kurus.“Ah ini melelahkan, tapi setidaknya aku cukup senang bisa membantu mereka semua. Kasihan juga anak dan perempuan itu jika sesuatu terjadi pada dirinya,” pikir Nicko.Sekali lagi ia melirik ke arah bawah dan melihat wanita yang ia tolong tadi tampak memapah suaminya. Sementara anak perempuannya ikut membantu sang ibu memapah ayahnya.Dari kejauhan Nicko mendengar anak perempuan bernama Lily itu mengangisi ayahnya. Mengharap agar ayahnya tetap bertahan hingga mereka ke rumah sakit.“Bagaiamana perasaanmu anakku?” tanya suara yang datang tiba-tiba padanya.“Huh, kau lagi, tapi aku akui kalau aku merasa lebih baik setelah membantunya. Aku harap laki-laki itu segera sembuh dan dapat berkumpul bersama keluarganya kembali,” kata Nicko.Nicko tak tahu seperti apa rupa pemilik suara itu, tapi tugas yang diberikan padanya adalah tugas yang mulia dan seharu