“Kenapa? Apa yang akan kau lakukan jika aku berani menyentuh istrimu? Kau tahu apa yang akan kulakukan wahai pecundang?” tanya Gerald dengan tatapan mata yang menyala-nyala menantang Nicko.
“Aku tak perlu tahu apa yang akan kau lakukan pada Josephine, karena sebelum keinginanmu tercapai, maka aku akan mematahkan tanganmu!” balas Nicko kemudian menghempaskan tangan Gerald dengan kasar.
Josephine yang ada di belakang Nikco pun memegang lengan sang suami erat, bersembunyi di balik punggung Nicko, yang jadi tempat ternyaman untuknya sekarang.
“Kau kira kau siapa berani memerintahku!” seru Gerald.
“Aku suami dari Josephine Windsor. Lelaki yang begitu mencintainya dan akan melindunginya sampai kapanpun!” balas Nicko sengaja membuat Gerald panas hati.
“Kau sungguh kurang ajar Nicko!” seru Damian tiba-tiba.
“Kau tak usah ikut campur Damian. Kehadiranmu ha
Semua mata tertuju pada dua orang lelaki berseragam yang berjalan mengikuti Catherine dan Chad. Suasana yang tadinya ramai karena semua merundung Nicko mendadak hening dengan kehadiran dua orang berseragam itu. “Mencariku?” tanya Nicko sambil mengarahkan telunjuk pada dirinya sendiri. “Ya, kedua polisi ini mencarimu,” jelas Catherine. Kedua petugas berseragam itu langsung menyodorkan surat perintah dan memberikannya pada Nicko. “Kami sudah membawa surat penahanan untuk Anda Tuan,” kata salah seorang petugas yang berkulit gelap. “Huh ternyata suami yang kau banggakan selama ini adalah seorang pelaku kriminal,” cibir Gerald yang masih berada di sana. Lelaki berambut pirang ini mendongak penuh kesombongan. Menghinakan sosok Nicko yang tampak kebingungan dengan penangkapan yang ada padanya. “Kenapa aku harus ikut kalian ke kanto
Gerald langsung membuka pintu kamar Josephine dan bersiap tampil bagaikana pahlawan. Nilai kesopanan yang selama ini selalu dibanggakan oleh orang-orang yang mengaku dirinya berkelas sudah tak ada pada Gerald. Lelaki muda ini dengan percaya diri mengatakan kalau sebenarnya dialah yang menjadi pendamping Josephine. “Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu?” tanya Cathy yang saat itu tengah mendampingi Josephine. “Kau yang seharusnya pergi! Dia ini calon istriku, hanya aku yang pantas untuk bersamanya!” ancam Gerald sambil mendekat ke arah Cathy. “Kau sudah gila!” amuk Catherine kemudian memberanikan diri menantang Gerald. Gerald yang tak suka kalah pun langsung mencengkeram lengan Catherine dan mulai menekannya dengan keras. Bugh! Gerald langsung mendapatkan pukulan di pipinya. Sejak tadi Chad ada di sana menemani Cathy d
Nicko cuma bisa berjalan mengitari selnya yang sempit. Ia tidak bisa tidur dan memikirkan bagaimana keadaan Josephine yang ditinggalnya sendiri di rumah. “Jo, bagaimana keadaanmu sekarang ini? Aku tahu kau pasti sedang gundah sekarang. Semoha Catherine dan kekasihnya yang baru bisa menjagamu dengan benar,” pikir Nicko. Penangkapan atas dirinya benar-benar aneh, apalagi dalam surat penangkapan jelas tertera nama Nicholas Lloyd. Yang menjadi pertanyaan untuknya bagaimana mungkin ada seseorang yang mengetahui tentang seorang Nicholas Lloyd. “Huh sial harus bagaimana ini, kasihan Jo dia pasti akan terus emnerus dirundung, dan lebih parahnya lagi lelaki itu pasti akan memanfaatkan situasi untuk mendekati Jo, dia sudah mengantongi restu dari keluarga Windsor,” gumam Nicko kemudian mengepakan tangan dan memukul tembok dingin di hadapannya. Sejenak ia menyesal karena telah menyembunyikan identitas di
Mata Jo masih terlihat bengkak sebab belum juga bisa tidur semalaman. Pikirannya masih teringat akan sang suami yang sekarang harus mendekam di dalam penjara. Catherine pun masuk ke kamar adiknya dengan tidak mengetuk pintu. Ia mendapati Jo tengah duduk sambil melirik ke arah jendela di samping. “Jo,” tegurnya. Perlahan Jo menoleh dan memeluk tubuh kakaknya dan kembali ia menangis. “Bersihkan dirimu dan sarapan dulu,” ajak Catherine ramah. Namun Jo menggeleng, ia sudah kehilangan semangat kali ini. “Aku tidak lapar Cathy,” kata Jo. “Sejak semalam kau hanya menangis. Aku tahu seperti apa perasaanmu sekarang. Tentunya kau sangat bersedih dan gundah mendapati suamimu ditangkap dan tidak pulang semalaman, tapi bagaimanapun juga kau harus menjaga kondisimu.” Jo kembali menggeleng. “In
Seorang petugas membuka pintu sel Nicko dan kembali memukul-mukul tongkat miliknya pada jeruji besi. Mau tak mau Nicko yang sedang berbaring di tempat tidurnya sambil membayangkan sang istri pun bangkit. “Hei kau! Cepat keluar!” seru petugas itu. Nicko hanya tersenyum. Kali ini ia merasa yakin kalau Russell terlah datang dan membebaskan dirinya. Dengan langkah yang penuh percaya diri, Nicko pun keluar mengikuti petugas yang baru saja membuka pintu untuknya. Namun sayang, apa yang terjadi di depan matanya itu adalah sesuatu yang tak disangka-sangka. Tangan Nicko diborgol dan ia akan dipaksa masuk ke dalam mobil tahanan yang tertutup seakan ia adalah seorang penjahat berbahaya. “Ada apa ini?” tanya Nicko yang dipaksa masuk ke dalam mobil tahanan bak tertutup. “Kami akan mengirimkanmu ke tempat lain! Seru petugas. Mobil itu serperti mobil box. Di bag
Nicko menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri begitu ia tiba di lapas distrik C. Sampai kini ia tak tahu kenapa dirinya harus berada di sini. Tak ada peradilan, tak ada identitas. “Masuk!” seru salah seorang petugas mendorong Nicko untuk melangkah maju. Salah satu dari mereka berani untuk bertindak kasar dengan memegangi kepala Nicko dari belakang. Sudah bukan rahasia lagi ketika seseorang tiba di lembaga permasyarakatan pasti akan emndapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Tidak hanya dari sipir penjara, tapi juga dari para penghuni lama yang dipimpin oleh narapidana terkuat. Seorang sipir penjara langsung membawa Nicko menuju selnya. Sipir itu tak berkata apa-apa, tapi hanya menggiring Nicko pada blok dua, tempat narapidana yang telah selesai beradaptasi di blok satu. Lagi-lagi Nicko mengalami keanehan pada kasusnya kali ini. Bagaimana mungkin ia bisa mendapatkan perlakuan seperti ini.
Semua narapidana tampak berdiri dan berkumpul tampak berbisik-bisik satu sama lain, sementara Rodgie tampak mengitari Nicko yang berdiri sambil mendongakkan kepala. Pemuda itu sama sekali tidak takut dengan pria jagoan yang ada di hadapannya. Saat Rodgie mengambil tindakan, tak seorangpun berani untuk mendekat atau melawannya. Mereka semua memberikan kehormatan agar pimpinan narapidana ini mengeksekusi tahanan baru terlebih dahulu. Setelah sang pimpinan puas, barulah mereka mengambil tindakan. Melihat Nicko yang mendongak dan terkesan menantang, semuanya pun bertanya-tanya, bahkan tak jarang mereka berbisik-bisik mengatakan Nicko gila. Beberapa dari mereka ada juga yang membuang muka karena tak tega melihat kebengisan yang akan terjadi pada narapidana baru itu. Rodgie langsung melihat ke arah Steve yang tadinya membawa Nicko. Menjentikkan jari untuk meminta lelaki itu mendekat ke arahnya. “Ja
Jo keluar dari kantor polisi dengan langkah yang lesu. Pagi ini adalah hari keduanya untuk berkunjung menemui sang suami. Namun kenyataan yang didapat sang suami sudah pergi dan dipindahkan ke lapas distrik C. “Kenapa mendadak sekali, aku tak bisa jika harus berjauhan darimu Nick,” gumam Josephine kemudian mengambil kunci mobil dan nekad menyetir sendirian menuju distrik C, tak peduli akan kelelahan yang harus dihadapinya kali ini. “Berkendara tiga jam tak akan berarti apa-apa asal aku bisa bertemu dengan suamiku. Aku harus mendukung dan menunggunya,” kata Josephine ketika tiba di gerbang lapas. Ia menggerak-gerakkan jemarinya seperti gerakan memijat. Tangannya cukup lelah memegang kemudi sendirian, tapi itu harus dilakukan olehnya, demi mengetahui keadaan lelaki yang dicintainya. Perasaan Jo semakin tak menentu saat ia berjalan menyusuri lorong menuju ruangan tempat bertemu dengan tahanan. K