Janet berteriak semakin kencang. Ia tak henti-hentinya meminta tolong. Nicko menyipitkan kedua matanya dan mencoba menerka apa yang sebenarnya direncanakan oleh perempuan bertubuh semampai ini.
“Apa yang ingin kau lakukan? Berteriak - teriak seperti orang tidak waras?”
Bukannya menjawab pertanyaan Nicko, Janet pun semakin keras berteriak, sesekali teriakannya diselingi dengan isak tangis.
“Tolong! Tolong aku!” teriak Janet lagi.
Tak lama setelah mendengar teriakan itu, terdengar suara pintu yang terbuka dengan kasar dari arah depan, disusul dengan langkah kaki menuju ke ruang tidur. Kamar paviliun tempat mereka berdua berada memang memiliki ruang tidur yang terpisah dengan ruang duduk, sehingga tamu yang menginap lebih memiliki privasi.
Mendengar suara itu, Nicko pun akhirnya tahu apa maksud dari teriakan Janet. Untuk masalah yang satu ini, ia belum memili
Seketika pria berbaju hitam yang didampingi oleh Peter hughes pun mendekat ke arah Nicko. Kembali pria ini mengarahkan senjata pada dua orang bodyguard yang hendak menyelamatkan Janet secara bergantian. Kedua mata Russell menatap mereka nyalang, ia terlihat begitu lapar ingin segera menghabisi kedua orang itu.“Beraninya kalian!” serunya pada dua orang yang mencoba menyerang Nicko.Satu pengawal keluarga Hall pun mengarahkan jari telunjuknya ke arah Nicko dengan bermaksud menghinakannya.“Bajingan ini sangat layak untuk kami jadikan daging cincang, sebab ia telah melakukan perbuatan tak senonoh pada Nona,”cecar pengawal yang berambut pirang.Sementara Janet cuma diam sambil duduk. Ia belum juga menutupi tubuhnya dengan seliut yang tergeletak, meskipun tadi Nicko sudah mencoba untuk mengingatkannya. Entah apa maksud perempuan ini melakukannya, apakah ia sudah kepalang basah, ha
Tanpa malu perempuan bertubuh tinggi itu mencoba mendekati Nicko. Kembali ia meraih lengan Nicko dan menahannya.“Jadi kau benar-benar putra Tuan Lloyd, maafkan aku, aku telah berbuat lancang padamu,” katanya sambil menunduk dan mengancingkan pakaiannya.Saat mengejar Nicko, perempuan ini sempat mengambil pakaiannya yang tergeletak dan memakainya sambil berlari. Cukup beberapa orang saja yang melihatnya mengenakana pakaian dalam merah muda, dan itu sudah membuatnya sangat malu.Terlebih sekarang saat ia mendengar kenyataan tentang siapa Nicko yang sebenarnya, Janet pun merasa ketakutan karena perbuatannya bersama sang ayah dapat menyebabkan kehancuran akan bisnis mereka.“Tuan Muda, aku betul-betul tidak tahu kalau kau adalah keturunan keluarga Lloyd. Apa yang baru saja kulakukan benar-benar perbuatan yang tak terpuji,” akunya sambil menunduk.“Huh m
Kedatangan Nicko beserta Peter Hughes ke lobby mengejutkan semua. Seketika Adam Reinhart langsung menghampiri pemuda itu dan menunduk dengan hormat.Nicko memperhatikan sekeliling, dan mendapati kalau semua pengawal pribadi yang bekerja pada Tuan Hall sudah tidak lagi berdaya. Mereka semua duduk di lantai dalam keadaan terikat dan wajah yang penuh lebam.“Tuan Muda, orang-orang ini telah berhasil kami lumpuhkan, dan seperti perintah komandan kami, kalau kami diminta mematahkan kaki mereka,” kata Adam.Nicko mengangguk, kemudian menepuk-nepuk pundak Adam Reinhart.“Bagus, sekarang biarkan Russell dan kau yang mengurus mereka semua, aku tak peduli dengan keluarga Hall sama sekali,” balas Nicko.Tuan Hall yang saat ini tengah duduk dalam keadaan terikat pun mendongak dan mulai bersuara dengan lantang. Ia masih tak terima akan kekalahannya, dan mencoba menunju
“Ayah, ayo ikuti aku, segeralah kita berlutut dan minta maaf padanya,” Janet menarik-narik lengan ayahnya yang telah selesai menerima panggilan telepon.Pria itu tampak muram, lantaran berita yang baru saja ia dengar dari rekan bisnisnya. Kontrak yang baru saja batal itu bernilai miliaran. Yang artinya ia kehilangan hampir dua puluh persen asetnya.“Apa katamu Janet? Aku harus berlutut pada laki-laki ini? Laki-laki ini telah menggagalkan rencanaku,” protes Tuan Hall.“Ayah, kita harus melakukannya. Laki-laki ini adalah seorang yang sangat penting bagi kita,” rengek Janet.Namun sang ayah tak mempedulikannya, ia justru menghempaskan tangan putrinya.“Dengar Janet, apa tadi dia sempat menyentuhmu?”Janet menggeleng, dan ia mengatakan apa yang terjadi dengannya, dan juga kemarahan Nicko. Gadis tinggi itu menunjukka
“Da … darimana kau mendapatkan ini?” tanya Josephine kemudian meletakkan ponsel Damian dengan sedikit kasar.Perempuan berambut pirang itu tak dapat menyembunyikan keterkejutannya ketika mendapatkan gambar suaminya sedang bersama seorang gadis cantik yang penampilannya seperti seorang supermodel papan atas.Damian cukup pintar mengambil gambar, ia menggunakan tehnik perbesar gambar agar yang terekspos adalah gambar Nicko dan perempuan itu, sementara pria lainnya tidak terfoto karena berada di depan dan belakang mereka berdua. Beruntung sekali Damian, karena penanda Hall Enterprise yang ada di depan pintu tertutup oleh tubuh perempuan yang bersama Nicko, sehingga terkesan mereka berdua hendak masuk ke dalam hotel.Damian tak pandai untuk mengedit foto ataupun teknologi. Namun kali ini nasibnya sangat beruntung, tak sia-sia usahanya dalam mengikuti Nicko dan mengambil banyak gambar mereka secara diam-dia
Nicko terkejut saat mendapati mobil Damian berada di dalam rumah mertuanya. Sementara jam segini belum waktunya jam kerja selesai.“Hmm masih berani pulang juga kau rupanya?” tanya Damian begitu melihat Nicko masuk ke dalam dan melewati ruang duduk.“Oh kau Damian, ada apa?” tanya Nicko berbasa-basi.“Tentu saja aku mengantar istrimu pulang, apalagi?” tanyanya sambil mendongakkan wajah dan menunjukkan kepongahannya.“Jo sudah pulang? Memangnya kenapa? Apa dia sakit?’ tanya Nicko.Sebenarnya tadi ia sempat melirik ponselnya dan mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari istrinya. Ingin sekali ia membalas panggilan telepon itu, tapi saat itu ia membatalkan niatnya, karena saat ia menyadari ada panggilan tak terjawab dari Jo, adalah jam sibuk bagi istrinya bekerja di kantor.Nicko pun mulai merasa bersalah kare
Dua sejoli itu keluar dari kamar tidur mereka dalam keadaan mesra. Nicko berdiri di belakang sang istri, sambil memeluk pinggang rampingnya.Sementara di ruang duduk Damian tampak duduk sambil emletakkan kaki kanannya di atas kaki kiri. Sepertinya ia menunggu sesuatau yang besar muncul dari kamar Jo, yaitu pertengkaran sepupunya dan sang suami yang tak berguna.“Hai Damian, kau masih di sini rupanya?” tegur Josephine mengejutkan saudaranya.Kali ini Damian memang sungguh terkejut. Sekali lagi rencana yang sudah ia pikirkan matang-matang untuk menyingkirkan si benalu di keluarga Windsor kembali gagal. Tadinya ia berharap saat Nicko masuk ke dalam kamar akan terdengar suatu keributan.Namun selama ia menunggu di ruang duduk, ia tak mendengarkan apa-apa, hanya suara lenguhan sesekali. Damian menganggap saat itu Josephine tengah terisak.“Jo … Nicko, kalian b
Tuan Hall kembali menerima panggilan yang mengabarkan pembatalan kontrak kerjasama. Ini sudah ketiga kalinya bagi pria paruh baya ini untuk mendapatkan sebuah kesialan bertubi-tubi di hari yang sama.Pria ini kemudian melemparkan ponselnya ke pelataran dan terduduk di sana. Ia menggerak-gerakkan kakinya seperti anak kecil yang merengek karena tidak mendapatkan mainan.Janet yang ada di sebelahnya pun hanya bisa menyentuh pundak ayahnya untuk mencoba menenangkan pria itu.“Ini benar-benar gila, kedatangan dia benar-benar memusingkan kita. Sudah ada lima perusahaan yang membatalkan kontrak kerjasama dengan kita, tinggal satu yang masih tersisa. Jika hal ini sampai terjadi bisa-bisa perusahaan kita bangkrut, bahkan membayar biaya operasional dan gaji karyawan saja ayah tak yakin mampu,” papar Tuan Hall pada putri tunggalnya.“Ya ayah dan ini berat sekali, aku juga tak bisa jika kita ha