Adrian pun memberanikan diri untuk menanyakan maksud Josephine. Bukan karena dia tak tahu maksd dari perempuan berambut pirang ini, melainkan ingin melobi agar tidak perlu diperpanjang.
"Apa maksudmu dengan mempertanggung jawabkan perbutanku. Kalian seharusny berterima kasih padaku karena aku telah memberikan hadiah mobil yang mewah dan memberikan kalian kenyamanan. Bukan mobil butut yang selama ini mengantar kalian kemana-mana?"sanggah Adrian yang sengaja bersikap angkuh untuk menutupi kesalahannya.Lelaki ini memang tak prenah bermaksud untuk mencelakai Edmund. Namun melihat kesengajaan dalam memilih mobil dengan keamanan yang kurang memadai jelas merupakan sebuah kesalahan baginya. Apalagi ia telah mengatakan pada sales kalau mobil ini hanya menjadi pajangan saja bukan untuk berkendara.
Menurut aturan perundangan yang berlaku, apa yang dilakukan Adrian merupakan suatu tindakan yang abai. Segala tindakan abai yang menyebabkan terjadin"Hei kau bangun!" perintah petugas pada Adrian yang masih duduk di pojok sel. Berada dalam sel selama sembilan jam benar-benar siksaan baginya. Ruangan yang sempit, pengap dan bau, belum lagi alas tidur yang tidak nyaman sama sekali.Perlahan lelaki berambut pirang itu bagun dari posisi tubuhnya. Sejenak ia melepaskan otot-otot punggungnya yang kaku. Ia tak tidur semalaman, karena kondisiyang tak nyaman.Hoahem! sambil menguap, Adrian pun melangkah menuju palang jeruji dan melihat petugas yang ada di sana."Ini sarapan untukmu!" seru petugas melalui sela-sela jeruji yang tersedia.Sebuah celah yang berukuran sepanjang nampan dan setinggi satu jengkal pria dewasa. Dengan ragu Adrian menerima makanan yang diberikan oleh petugas itu.Tak ada aroma penggugah selera sama sekali pada nampan yang ia terima. Hanya sebuah roti lapis yang sepertinya sudah dingin, dan sekotak susu plus sebotol air mineral."Hanya ini?" tanya
"Kau tak akan ke kantor? Ada apa memangnya?" tanya Nicko yang tak terkejut dengan istri dan kakak iparnya yang menguping di balik dinding.Diam-diam ia sudah menduga kalau istrinya bisa menebak maksud kedatangan kelaurga Law kali ini."Aku harus memperhatikan sikap Ibu, jangan sampai Ibu melakukan tindakan gegabah yang jelas merugikan," kata Jo."Hmm baiklah, terserah kau saja. Aku yakin bos mu pasti mengerti keadaanmu saat ini. Kau tinggal katakan pada sekretarismu kalau kau tidak bekerja hari ini," kata Nicko kemudian melangkah menuju pantry.***"Selamat pagi Nyonya Daisy Windsor, sebelumnya kami mohon maaf telah mengganggu Anda di pagi-pagi ini.Kami juga ingin menyampaikan rasa prihatin kami atas apa yang terjadi pada suami Anda Edmund Windsor," kata Louis Law membuka percakapan di pagi hari.Daisy hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Kemudian Louis pun mengmbil satu dari tump
Daisy pun sontak menoleh ke arah suara putrinya yang nyaring. Seketika itu matanya membulat, tapi dibalas oleh kedua putrinya dengan tak kalah garang.Mau tak mau ia pun memasang wajah yang manis pada kedua putrinya. Berharap mereka tak menyuruhnya mengembalikan hadiah."Kalian berdua, perkenalkan ini adalah Tuan Louis dan Nyonya Caroline Law," katanya seolah tak terjadi apa-apa.Kemudian mengalihkan pandangan pada pasangan suami istri Law yang tampak berbisik dengan pengacara mereka. Sudah pasti mereka membicarakan tentang dua putri yang mencegah keinginan kedua orang itu."Tuan dan Nyonya Law, ini adalah putriku, yang berbaju hijau itu Catherine sedangkan yang berpakaian merah adalah Josephine," lanjutnya memperkenalkan."Ibu tak usah memperkenalkan. Kami berdua sudah tahu," balas Jo sengit."Kami juga tahu apa maksud mereka dengan hadiah yang mereka bawa. Jelas mereka berusaha untuk menyuap Ibu agar mem
"Maaf, telah membuat Anda menunggu lama," kata Daisy tiba-tiba mengejutkan pasangan Law dan juga pengacaranya.Caroline menghela napas panjang begitu melihat kehadirannya. Ibu dari Adrian ini tampak berharap cemas menantikan kabar dari Daisy."Aduh jangan sampai penawaranku dibatalkan olehnya," pikir Caroline.Sebelumnya ia sudah berdiskusi dengan suaminya untuk menambah penawaran agar Daisy membatalkan tuntutan utuk putra semata wayangnya. Adrian adalah harta yang paling berharga bagi mereka. Tentunya apapun akan dilakukan untuk kebahagiaan sang anak.Louis meraih pergelangan tangan istrinya dan mengusap dengan lembut. I berusaha meyakinkan kalau segalanya akan berhasil, dan ia tak perlu lagi merasa bersedih."Maaf, aku baru saja berdiskusi dengan kedua putriku," kata Daisy.Semakin istri Edmund ini berbicara, semakin cemas pulalah pasangan Law. Sementara Daisy langsung mengarahkan pandangannya pada Antho
Kedatangan Adrian disambut dengan kemewahan di kediamannya. Sudah pasti ini atas perintah kedua orang tuanya untuk menyiapkan semua.Louis dan Caroline Law pasti ingin memberikan yang terbaik bagi putra mereka. Terlebih anaknya baru saja mendapatkan suatu perlakuan yang tak menyenangka. Selain itu, mereka memiliki permintaan khusus untuk Adrian.Mata pemuda berambut pirang itu tampak berbinar saat melihat aneka hidangan mewah tersaji di atas meja makannya yang besar. Aneka hidangan continenal telah berada di sana."Hmm inilah yang harusnya dinamakan sarapan pagi," gumam Adrian ynag baru saja keluar dari kamarnya untuk bersih-bersih dan mengganti pakaian."Makanlah Adrian, Ibu tahu apa yang kau dapat di kantor polisi sangat tidak menyenangkan," kata Daisy meyambut putranya."Huh, itu jelas sekali Bu. Aku tak bisa tidur semalam, alas tidurnya tidak nyaman, dan makanannya dingin," Adrian mengadu pada Ibunya seperti anak k
Josephine belum juga turun dari mobil suaminya meskipun Van putih itu sudah berhenti di depan hotelnya. Perempuan itu terlihat begitu kaku dan terus saja memandang ke bawah. "Kau masih memikirkan pembicaraan Ibumu dengan keluarga Law?" tanya Nicko sambil melirik ke arah Jo. Josephine mendesah kesal. Bukan hanya itu yang membebani pikiran Jo kali ini. Namun kejadian beberapa waktu belakangan ini memang layak untuk memenuhi kepalanya. "Bukan cuma itu, dan aku tahu pasti kalau Ibu pasti akan terus mendesakku untuk bertemu dengan Adrian. Kalau soal itu ku tak perlu terlalu mengkhawatirkan ini semua, sebab kau pasti tak akan tinggal diam jika Adrian berbuat hal yang tidak pantas padaku," kata Jo. "Yah itu benar sayang. Suami mana yang akan rela jika istrinya diganggu oleh lelaki lain. Lalu apa yang membebanimu kali ini?" Jo tak bicara, tapi ia mengangguk dan menggandeng tangan suaminya untuk ikut turun. Nicko sama sekali tak tah
Otot wajah Nicko seketika menegang saat mendengar ucapan istrinya. Sepertinya ia menduga Josephine tahu tentang siapa dia yang sebenarnya."Ada apa dengan Tuan Muda Lloyd?" Nicko memberanikan diri untuk bertanya pada istrinya.Josephine langsung merubah posisi berdirinya hingga berhadapan dengan sang suami. Ia sedikit mendekatkan wajahnya pada lelaki yang bersamanya.l saat ini."Apa menurutmu Tuan Muda Lloyd memiliki maksud tertentu padaku?" bisik Josephine yang mulai mencurigai bosnya.Nicko hanya diam mendengar dugaan istrinya. Ia membiarkan sang istri terus saja bicara dan menyampaikan semua dugaannya.Sudah bukan rahasia lagi kalau seorang wanita memiliki jutaan waktu untuk berbicara. Mereka awalnya memang sangat irit dalam berbicara, tapi setelah menemukan topik, partner atau momen yang pas, akan sulit untuk berhenti. Hal ini juga berlaku pada Jospehine.Dulu sekali Josephine sangat malu untuk berbica
"Gerald?" Nicko mengulangi nama yang baru disebut oleh Josephine.Seketika pemuda itu merasa kaku. Ia mematung, karena nama itu terdengar begitu panas di telinga. Namun nama itu jugalah yang membawanya untuk bersanding dengan seorang perempuan yang paling diidam-idamkan di Westcoast Town.Wajah Nicko mulai sedikit lebih tegas. Perasaannya kali ini mulai kacau saat mendengar nama itu. Dalam hati ia cemburu dan khawatir kalau perempuan yang ia nikahi masih mengingat tentang sosok Gerald Jones."Kau mengingatnya?" tanya Nicko dengan nada datar.Sadar akan perubahan pada raut wajah sang suami akibat ucapannya, Josephine pun buru-buru meralat ucapannya. Ia tak igin ada pertengkaran dengan sang suami kali ini.Masalah yang dialami Josephine sudah cukup berat, apalagi lusa sang Ayah dijadwalkan untuk dioperasi. Tentunya Jo tak ingin meambah tekanan dalam dirinya. Ia ingin fokus pada operasi sang Ayah dan pekerjaannya."S