Damian yang saat itu bersimpuh langsung bangkit dan berdiri tegak. Ia sungguh tak terima dengan ucapan Nicko yang dirasa sok.
kembali jari telunjuknya diarahkan kepada suami Jospehine,"Ka ... Kau,-" seru Damian tertahan lantaran mendapati saudara sepupunya melotot ke arahnya."Kau beruntung kali ini Jo, gara-gara kehadiran pria berpakaian serba hitam itu aku jadi tak bebas memberimu pelajaran. Coba saja kala tak ada mereka, pasti kau tak akan bisa selamat," batin Damian kemudian menurunkan tangannya dengan terpaksa."Kau belum miminta maaf pada suamiku. Kau tahu sendiri kan kalau mereka akan mendengar perkataan suamiku?" balas Josephine yang mebuat Damian semakin menyimpan dendam pada suami sepuunya yang bodoh.
"Huh, baiklah. Aku minta maaf Nicko," katanya dengan tak kalah cepat."Apatu caramu meminta maaf? katakan dengan sopan dan elegan. Bukankah selama ini kau selalau mengatakan bahwa dirimu be"Ah Nicko, kau hampir saja membuatku shock karena terpengaruh ucan Damian," papar Daisy saat perjalanan pulang menuju rumah tinggal mereka.Nicko hanya tersenyum dan diam. Ia lebih milih untuk berkonsentarsi mengemudi dibandingkan mendengar ocehan Ibu mertuanya yang penuh dengan kepalsuan."Iya itu benar. huh untung saja kau talau dengan harta hingga menjual villa itu diam-diam. Kami sungguh bangga terhadapmu Nicko," Kali ini Emund ikut-ikutan memuji.Catherine yang sedari tadi diam pun ikut-ikutan berbicara. Ia muak mendengar ucapan dari kedua orang tuanya sendiri."Kurasa Nicko tak mungkin sampai hati menjual villa yang menjadi simbol keuarga kita. Dia bukanlah tipe lelaki serakah," katanya dengan maksud menyindi kedua orang tuanya. Sayang, sindiran yang disampaikan ini tidak mempan untuk mereka."Ah iya itu benar. Aku tahu sejak dulu kau sngat mencintai putriku, jadi kurasa kau tak mungkin melakukan perbuatan hina s
"Huh Nenek pasti akan memarihi habis-habisan karena tidak berhasil merebut kei villa kebanggan keluarga kami. Aduh alasan apa yang harus kuungkapkan kali ini?" pikir Damian yang belum juga beranja menuju ruangan neneknya.Pemuda itu mengetuk-ngetukkan telunjuk pada meja kerjanya. Cukup lama, sampai sang Nenek pun kembali harus menghubunginya."Hei, sedang apa kau? Bukankah aku sudah memintamu datang ke ruanganku sejak adi?" hardik Nenek melalui telepon.Damian gelagapan, ia tak mengira neneknya akan sebegitu serius menanggapi janjinya.Dengan sedikit malas, ia pun terpakasa untuk mendatangi ruangan sang nenek. Ia berpikir apapun yang akan ia lakukan kali ini tentu saja mengundang kemarahan nenek, entah ia mengabarkan kegagalan atau tidak mengabarkan.***Sesuatu menyambut Daisy dan Edmund begitu mereka tiba di kediaman mereka. Sebuah sedan hitam terparkir rapi di depan halaman rumah mereka yang tidak terla
Kembali Daisy dan Edmund mengamati mobil mewah yang ada di depan rumahnya. Kemudian kembali memperhatikan Adrian, sosok yang mereka anggap sebagai seorang menantu idaman."Adrian, apa kau tidak sedang bercanda? Apa mungkin kau memberikan kami hadiah mobil sementara saat ulang tahun nenek kau memberikan lukisan palsu," sindir Daisy.Josephine yang terlihat risih dengan kedatangan pemuda perlente itu pun memalingkan muka. Ia enggan berkomenta apapun tentang hadiah yang diberikan kepada orang tuanya. ia tahu pasti kalau hadiah ini adalah sogokan untuk mendapakannya.Meski dalam hati ia membenarkan apa yang dikatakan oleh Sang Ibu kalau sepertinya tidak mungkin kalau Adrian akan memberikan hadiah semahal ini."Jangan-jangan Adrian hanya membayar uang mukanya saja, sementara sisanya harus kami cicil. Huh itu sungguh merepotkan," pikir Jo.Tampaknya Daisy mengerti dengan apa yang ada dalam pikiran putri bungsunya. Dengan sin
"Huh, mana mungkin aku melakukannya Nyonya. Aku tak akan berbuat seperti itu pada keluarga calon istriku," kata Adrian sambil melirik ke arah Josephine.Josephine sendiri berpura-pura mual mendengar ucapan Adrian. Ia pun langsung menggandeng tanga sang suami untuk masuk dan membiarkan orang tuanya terus memuji Adrian. Namun sayang, baru saja mereka melangkah, Daisy langsung mencegah."Kalian mau kemana?" tanya Daisy."Kami mau masuk Bu, bukankah kita sudah berada di rumah?" jawab Josephine."Kalian berdua lihatlah hadiah apa yang dibawa oleh Adrian. Mestinya kalian berdua ikut bergembira atas kedatangan hadiah ini," balas Daisy dengan maksud memerintahkan putrinya untuk menyambut Adrian dan melupakan suaminya.Niat jahat muncul kembali pada pikiran Daisy ba-tiba. Setelah ia mengetahui kalau villa nenek di atas namakan putrinya dan juga si menantu tak berguna."Hmm, dari segi manapun Adrian tetaplah menantu
Seperti biasa, Nicko adalah orang yang bangun paling pagi di rumah keluarga Windsor. Kesempatan init tentu tak disia-siakan untuknya mengurus urusan Richmond sejenak. Ia akan memberikan beberapa instruksi yang harus dikerjakan oleh Raymond Evans sebagai perwakilan untuk dirinya."Hmm mumpung ingat, sepertinya aku harus menyiapkan hadiah mobil untuk istriku," gumamnya kemudian menuliskan memo untuk diberikan pada wakil direktur."Tuan EvansTolong kau siapkan mobil baru sebagai kendaraan istriku. Carikan dia Mercedes Benz keluaran terbaru dan atur kepemilikan atas namanya. Katakan saja ini adalah imbalan atas prestasi yang diraih selama menjadi General Manager Hotel Emerald," tulis Nicko pada salah satu memo untuk wakilnya.Sengaja Nicko mengaturnya sedemikian rupa agar sang istri sama sekali tak curiga padanya. Beberapa waktu sebelumnya, Jo sempat mecurigai Nicko lantaran hadiah mahal yang ia berikan untuk Nenek.Tanpa ia sada
Josephine segera melakah ke lobby setelah menerima panggilan dari Raymond Evans. Wakil Direktur Richmond itu mengatakan kalau ada seseorang yang menunggunya di lobby.Walau yang datang saat itu bukanlah Tuan Evans sendiri, tapi ia merasa segan jika harusmembiarkan tamunya menunggu."Siapapun yang diutus Tuan Evans pastilah orang yang penting. Aku tak boleh membuat tamuku kecewa. Siapa tahu yang datang berkunjung kali ini adalah Diektur Richmond sendiri, dan tentunya aku wajib untuk berterima kasih padanya," gumam Jo.Seorang wanita mua berperawakan ramping telah menunggunya di lobby. Wanita itu mengenakan seragam serba hitam, dan sama sekali tak ada hubungannya dengan Richmond. Tentunya ini menimbulkan pertanyaan tersendiri bagi Josephie, tapi beberapa saat kemudian perempuan ini mencoba menepiskan semua prasangka."Ah mungkin saja itu rekanan Tuan Evans yang berniat untuk mengadakan acara di tempat ini," pikirnya mencoba untuk ber
Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan Edmund menyebabkan jalan harus ditutup sementara. Pihak ambulance dan kepolisian. Entah siapa yang melaporkan kejadian sehingga Edmund bisa mendapatkan pertolongan segera.Tubuh Edmund yang terjepit membua petugas sedikit kewalahan untuk mengeluarkannya. Sementara polisi pun tengah melakukan olah tempat kejadian. Kemudian mengangkut mobil sedan milik Edmund untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dua orang petugas tampak berbisik-bisik saat mobil itu diangkut. Sepertinya mereka tengah membicarakan keadaan mobil atau mungkin korban."Baru kali ini aku melihat pengemudi mobil mewah mengalami kecelakaan hingga begitu naas," komentar seorang petugas berkulit gelap pada rekannya yang berwajah Asia."Yah seharunya mobil seperti ini memiliki keamanan yang cukup tinggi, tapi, ini justru nyaris tak memiliki keamamnan yang memadai selain seatbelt. Bahkan bekas ban mobilnya saja nyaris tidak ada, seper
Daisy yang masih panik pun diantar ke Rumah Sakit oleh rekan-rekannya. Mereka jugala yang menghubungi Josephine dan uga Catherine untuk segera datang ke rumah sakit.Ibu dua anak ini tak berhenti untuk menangis meratapi nasibnya. Berulang kali rekan-rekannya mencoba untuk menghibur, tapi ternyata tidak berhasil.Seringkali ia mengeluhkan tentang mobil baru miliknya yang hancur. Sepertinya ia lebih menyayangkan keandaan mobil baru ketimbang suaminya sendiri yang mungkin saat ini sedang berjuang antara hidup dan mati.Kini Daisy berdiri di hadapan ruangan ICU, sesuai perkataan perawat kalau suaminya belum sadar. Daisy pun hanya bisa memperhatikan sang suami dari kaca."Suamiku kenapa kau bisa begini," ucapnya sambil terisak.Tak lama seorang wanita muda berpakaian serba putih pun datang mendekat pada Daisy. Dialah dokter Dolores Ryan, dokter keluarga Windsor. Dokter muda itu datang dengan petugas dari kepolisian.De