Share

311. Menyesal?

Penulis: Rindu Rinjani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Para pria berpakaian serba hitam itu melihat ke arah Damian dengan tajam. Bahkan salah seorang dari mereka mengeluarkan pistol yang bersarang di pinggang mereka.

Melihat pemandangan ini, tentu membuat sikap Damian mendadak berubah. Semua keberanian yang ia kumpulkan hilang seketika.

"Sial, biar aku sudah belajar beladiri, kalau musuhnya menggunakan pistol, jelas aku kalah," batinnya.

"Bagaimana Damian? Apa kau siap menantang mereka?" tanya Nicko.

"Huh sial," gumam Damian.

Pemuda itu pun mulai beringsut mundur, perlahan rahangnya mengendur. Ia tak lagi menyimpan amarah untuk suami sepupunya. Yang ada saat ini hanyalah ketakutan menghadapi orang-orang ini.

"Sial, gara-gara rencana yang kurang matang aku harus berhadapan dengan orang-orang itu. Mereka semua pasti kecewa karena villa ini tak jadi dijual," pikir Damian.

Pemuda itu pun berdiam sejenak, sampai akhirnya ia menemukan sebuah gagasan yang brilian.

<
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tentang Harga Diri   312. Apa Aku Tak Salah Dengar?

    Nicko hanya tersenyum mendengar ucapan Russell. Kemudian ia pun menyampaikan terima kasih atas pengertian klien pura-puranya."Maafkan saya Tuan, karena saya tidak tahan, bisakah saya menghajar lelaki yang menyakiti seorang wanita?" tanya Russell meminta ijin.Damian yang mendengar hal ini pun langsung tak berkutik. Ia tak tahu lagi harus berbicara seperti apa."Sial, meminta maaf akan menghancurkan harga diriku. Apalagi kalau meminta maaf pada lelaki pecundang yang telah merusak semua rencanaku. Namun jika aku melawan tubuhku yang akan hancur oleh mereka," pikir Damian.Saudara sepupu Josephine sadar betul kalau ia bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan kelompok jubah hitam. Dari kapasitas saja, ia sudah kalah.Bahkan sebenarnya Damian tak mungkin bisa menang melawan Nicko. Putra Howard Windsor ini baru saja belajar beladiri, itu pun masih tingkat dasar. Sementara Nicko sendiri sudah terbiasa hidup dalam lingkungan

  • Tentang Harga Diri   313. Lawan Yang Seimbang

    Josephine melirik ke arah sang suami setelah ia mendengar pertanyaan dari lelaki itu. Kemudian ia berganti melirik ke arah sepupunya yang terlihat ketakutan."Hmm sebenarnya kasihan juga, tapi Damian sudah keterlaluan, lagipula ia belum meminta maaf pada siapapun," batinnya."Kau ingin tahu pendapatku tentang apa yang seharusnya kau lakukan pada dia?" tanya Jo."Ya, aku ikut saja dengan usulanku," balas Nicko.Namun, lagi-lagi Daisy justru meminta menantunya untuk tidak memberikan pengampunan apapun pada Damian. Wanita paruh baya ini bersikeras agar keponakannya mendapatkan hal yang setimpal.Rupanya kekecewaan dan kemarahan dari Daisy telah sampai di ubun-ubun. Ia benar-benar tak menyangka akan ditipu mentah-mentah oleh keponakannya.Edmund sendiri hanya bisa mengelus dada mendengar ucapan sang istri yang tak henti mendesak Nicko. Ia juga kesal terhadap Damian, dan sudah menduga kalau sang istri akan bersikap ber

  • Tentang Harga Diri   314. Minta Maaf

    Perlahan kedua anggota jubah hitam melepaskan Damian dari cengkeramannya. Putra Howard Windsor pun langsung jatuh dalam keadaan bersimpuh. Ia masih memegangi perutnya yang kesakitan."Kau memintaku meminta maaf?" tanyanya pada Josephine dengan sedikit terbata."Jelas, bukankah kau sudah melakukan suatu kesalahan?" tanya Josephine.Damian tampak membuang muka. Kelihatan sekali kalau ia enggan menuruti permintaan Jo. Lagi-lagi gengsi membuatnya enggan mengakui kesalahan. Ia merasa sangat terhina jika hal itu harus terjadi."Jo, bukankah aku sudah mendapatkan pukulan karena telah menyakiti Ibumu? Lalu untuk apa aku meminta maaf pada Bibi dan juga suamimu?" tanyanya dengan suara yang pelan karena menahan sakit. Namun tak meninggalkan kesan sombong.Jo melipat kedua tangannya di depan dada. Kemudian sedikit merendahkan tubuhnya ke arah Damian."Jadi kau tidak mengakui kesalahanmu?" tanya Jo.Damian pun men

  • Tentang Harga Diri   315. Terpaksa

    Damian yang saat itu bersimpuh langsung bangkit dan berdiri tegak. Ia sungguh tak terima dengan ucapan Nicko yang dirasa sok.kembali jari telunjuknya diarahkan kepada suami Jospehine,"Ka ... Kau,-" seru Damian tertahan lantaran mendapati saudara sepupunya melotot ke arahnya."Kau beruntung kali ini Jo, gara-gara kehadiran pria berpakaian serba hitam itu aku jadi tak bebas memberimu pelajaran. Coba saja kala tak ada mereka, pasti kau tak akan bisa selamat," batin Damian kemudian menurunkan tangannya dengan terpaksa."Kau belum miminta maaf pada suamiku. Kau tahu sendiri kan kalau mereka akan mendengar perkataan suamiku?" balas Josephine yang mebuat Damian semakin menyimpan dendam pada suami sepuunya yang bodoh."Huh, baiklah. Aku minta maaf Nicko," katanya dengan tak kalah cepat."Apatu caramu meminta maaf? katakan dengan sopan dan elegan. Bukankah selama ini kau selalau mengatakan bahwa dirimu be

  • Tentang Harga Diri   316. Siapa Kelompok Itu?

    "Ah Nicko, kau hampir saja membuatku shock karena terpengaruh ucan Damian," papar Daisy saat perjalanan pulang menuju rumah tinggal mereka.Nicko hanya tersenyum dan diam. Ia lebih milih untuk berkonsentarsi mengemudi dibandingkan mendengar ocehan Ibu mertuanya yang penuh dengan kepalsuan."Iya itu benar. huh untung saja kau talau dengan harta hingga menjual villa itu diam-diam. Kami sungguh bangga terhadapmu Nicko," Kali ini Emund ikut-ikutan memuji.Catherine yang sedari tadi diam pun ikut-ikutan berbicara. Ia muak mendengar ucapan dari kedua orang tuanya sendiri."Kurasa Nicko tak mungkin sampai hati menjual villa yang menjadi simbol keuarga kita. Dia bukanlah tipe lelaki serakah," katanya dengan maksud menyindi kedua orang tuanya. Sayang, sindiran yang disampaikan ini tidak mempan untuk mereka."Ah iya itu benar. Aku tahu sejak dulu kau sngat mencintai putriku, jadi kurasa kau tak mungkin melakukan perbuatan hina s

  • Tentang Harga Diri   317. Kejutan di Rumah Windsor

    "Huh Nenek pasti akan memarihi habis-habisan karena tidak berhasil merebut kei villa kebanggan keluarga kami. Aduh alasan apa yang harus kuungkapkan kali ini?" pikir Damian yang belum juga beranja menuju ruangan neneknya.Pemuda itu mengetuk-ngetukkan telunjuk pada meja kerjanya. Cukup lama, sampai sang Nenek pun kembali harus menghubunginya."Hei, sedang apa kau? Bukankah aku sudah memintamu datang ke ruanganku sejak adi?" hardik Nenek melalui telepon.Damian gelagapan, ia tak mengira neneknya akan sebegitu serius menanggapi janjinya.Dengan sedikit malas, ia pun terpakasa untuk mendatangi ruangan sang nenek. Ia berpikir apapun yang akan ia lakukan kali ini tentu saja mengundang kemarahan nenek, entah ia mengabarkan kegagalan atau tidak mengabarkan.***Sesuatu menyambut Daisy dan Edmund begitu mereka tiba di kediaman mereka. Sebuah sedan hitam terparkir rapi di depan halaman rumah mereka yang tidak terla

  • Tentang Harga Diri   318. Kembali ke Asal

    Kembali Daisy dan Edmund mengamati mobil mewah yang ada di depan rumahnya. Kemudian kembali memperhatikan Adrian, sosok yang mereka anggap sebagai seorang menantu idaman."Adrian, apa kau tidak sedang bercanda? Apa mungkin kau memberikan kami hadiah mobil sementara saat ulang tahun nenek kau memberikan lukisan palsu," sindir Daisy.Josephine yang terlihat risih dengan kedatangan pemuda perlente itu pun memalingkan muka. Ia enggan berkomenta apapun tentang hadiah yang diberikan kepada orang tuanya. ia tahu pasti kalau hadiah ini adalah sogokan untuk mendapakannya.Meski dalam hati ia membenarkan apa yang dikatakan oleh Sang Ibu kalau sepertinya tidak mungkin kalau Adrian akan memberikan hadiah semahal ini."Jangan-jangan Adrian hanya membayar uang mukanya saja, sementara sisanya harus kami cicil. Huh itu sungguh merepotkan," pikir Jo.Tampaknya Daisy mengerti dengan apa yang ada dalam pikiran putri bungsunya. Dengan sin

  • Tentang Harga Diri   319. Ada Yang Aneh

    "Huh, mana mungkin aku melakukannya Nyonya. Aku tak akan berbuat seperti itu pada keluarga calon istriku," kata Adrian sambil melirik ke arah Josephine.Josephine sendiri berpura-pura mual mendengar ucapan Adrian. Ia pun langsung menggandeng tanga sang suami untuk masuk dan membiarkan orang tuanya terus memuji Adrian. Namun sayang, baru saja mereka melangkah, Daisy langsung mencegah."Kalian mau kemana?" tanya Daisy."Kami mau masuk Bu, bukankah kita sudah berada di rumah?" jawab Josephine."Kalian berdua lihatlah hadiah apa yang dibawa oleh Adrian. Mestinya kalian berdua ikut bergembira atas kedatangan hadiah ini," balas Daisy dengan maksud memerintahkan putrinya untuk menyambut Adrian dan melupakan suaminya.Niat jahat muncul kembali pada pikiran Daisy ba-tiba. Setelah ia mengetahui kalau villa nenek di atas namakan putrinya dan juga si menantu tak berguna."Hmm, dari segi manapun Adrian tetaplah menantu

Bab terbaru

  • Tentang Harga Diri   S2. 469 Final

    Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.

  • Tentang Harga Diri   S2. 468 PEnyelamat

    “Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja

  • Tentang Harga Diri   S2.467 Penghianat

    Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit

  • Tentang Harga Diri   2. 466 Diculik

    Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah

  • Tentang Harga Diri   S2. 465 Karma Masih Ada

    Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa

  • Tentang Harga Diri   S2. 464 Hari Yang Buruk

    Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik

  • Tentang Harga Diri   S2. 463 Karma Untuknya

    Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di

  • Tentang Harga Diri   S2. 462 Kau Harus Bertanggung Jawab

    Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip

  • Tentang Harga Diri   S2. 461 Dia Membohongi Kita!

    Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt

DMCA.com Protection Status