Suara ketukan pintu itu semakin terdengar jelas. Daisy mengetuk semakin lama semakin keras.
Mau tak mau, Nicko harus melepaskan tangannya dari tubuh molek sang istri. Begitu juga Josephine, ia pun mulai mendengus kesal sambil turun dari pangkuan sang suami."Huh, ada-ada saja Ibu," keluhnya kesal.Nicko yang telah bertelanjang dada, pun segera memakai kaosnya, dan membuka pintu kamarnya dengan sedikit malas."Bagus kau yang membuka pintu!" amuk Daisy."Ada masalah apa Bu?" tanya Nicko masih bersikap sopan, sementara Jo berdriri di belakangnya, mengekor."Apa yang kau katakan pada putriku hingga ia bisa memperlakukan Adrian seperti seorang pembantu!"Jo yang mendengar ucapan Daisy pun langsung menyela."Bukankah ia yang mengatakan akan melakukan apapun untukku. Jadi kusurh saja ia membersihkan lantai.Lagipula bukankah ia yang menjatuhkannya?" protes Jo sambil melirik Adrian yang sedang berdiri diDaisy yang mendengar ucapan Edmund pun ikut-ikutan menanggapi. Sambil berkacak pinggang dan bicara dengan nada yang congkak, wanita yang mewarisi mata indah untuk kedua putrinya itu pun angkat bicara."Oh, jadi kau sengaja menjadikan dirimu sebagai umpan atas permintaan suamiku. Hmm baiklah aku mengucapkan terima kasih untukmu, tapi bukan berarti aku bisa menerimamu untuk menjadi menantuku.Kecuali satu hal darimu berubah," kata Daisy.Edmund yang kini seperti mendapat pengakuan dari istrinya pun menanggapi ucapan istrinya."Kecuali kau memiliki kekayaan melebihi keluarga Law. Baru kami berdua tak akan mengganggu hubungan kalian.""Itu benar, kami sebagai orang tua tentunya ingin kalau putri kami bahagia. Coba kau ingat lagi, apa yang pernah kau bawa untuk putriku. Bandingkan saja dengan apa yang dibawa Adrian," tambah Daisy.Mendengar pujian itu, Adrian pun mendongakkan kepalanya. Ia merasa sangat bangga telah
Melihat apa yang ditunjukan oleh Adrian membuat kedua mata Daisy semakin hijau. Wanita ini semakin antusias untuk menjodohkan putri bungsunya dengan putra semata wayang keluarga Law."Ini hanya milikmu pribadi?" tanya Daisy."Benar Nyonya, aku selalu berusaha keras untuk menunjukkan dedikasi ku sebagai seorang pria. Aku harus memiliki rumah, mobil, villa dan mengelola bisnis karena aku tak mau menyusahkan calon istriku nanti," katanya sambil melirik Nicko dan Josephine.Sementara Nicko hanya diam dan menunggu waktu yang tepat untuk menjatuhkan lelaki sombong di depannya. Berbeda dengan Josephine yang sudah sangat emosi, dan ingin sekali memprotes Ibunya. Jika sang suami tidak mencegahnya, tentu ia sudah mengumpat dan mengeluarkan kata-kata yang mungkin kurang pantas."Biarkan saja dia menang dulu, nanti baru tunjukkan kecerdikanmu, seperti saat kau menyuruhnya membersihkan lantai," bisiki Nicko pada Jo."Hmm ya seperti
"Apa ada yang lucu hei menantu tak berguna?" balas Daisy penuh hinaan.Nicko yang baru menyadari kebodohannya yang nyaris membuat identitasnya terbongkar pun langsung diam. Sejenak ia berpikir untuk menemukan jawaban atas pertanyaan mertuanya."Bukan apa-apa Bu, aku hanya mengira kalau Adrian mendapatkan kartu platinum, tapi ternyata hanya kartu emas," katanya.Adrian yang mendengar ucapan rivalnya pun naik pitam. Ia menatap lelaki di depannya dengan tatapan yang meremehkan. Kebenciannya pada suami Josephine pun semakin menjadi-jadi."Hei orang miskin sepertimu tahu apa tentang kartu milikku? Kau tahu berapa banyak orang yang mampu mendapatkan kartu emas? Bahkan Damian pun tidak bisa bergabung menjadi nasabah International Weatlh Bank, karena uangnya tidak mencapai satu miliar. Di dalam kartu ini ada yang sebanyak dua belas miliar," kata Adrian sambil memberi penekanan pada kata dua belas miliar.Apa yang diucapkan ole
Sambil menghentakkan kaki seperti anak kecil, Josephine pun melayangkan protes pada Ayahnya yang dengan seenaknya membuat tantangan. Perempuan ini tahu kalau masalah harta, Nicko tak akan pernah bisa menang."Ini tidak adil Ayah. Kenapa Ayah justru menantang Nicko seperti ini. Ayah lupa bagaimana ia membantu Ayah sampai mempertaruhkan nyawanya sendiri?" protes Jo mengungkit masalah pasangan Hamilton pada kedua orang tuanya."Huh, bukannya itu sudah menjadi kewajiban baginya. Dia kan menantu yang menumpang hidup di sini," balas Edmund."Benar apa yang dikatakan Ayahmu Jo. Jika tak bisa menghidupiku, biar saja nyawanya yang tak bernilai dipertaruhkan untuk keselamatan kami," tambah Daisy yang semakin membuat Josephine naik pitam."A ...." Josephine tidak jadi melanjutkan kalimatnya saat mendapati sang suami menahan lengannya. Lelaki yang menikahinya mengangguk dan menatapnya teduh."Aku terima tantangan Anda Ayah mertua,
"Hmm Nicko, nanti kau antar kami ke toko perhiasan, aku dan suamiku akan membeli kalung mutiara hitam untuk ulang tahun Nenek Elizabeth!" perintah Daisy pada menantunya yang baru saja menyelesaikan sarapannya.Wanita paruh baya ini sengaja menyebutkan hadiah yang akan dibeli olehnya untuk nenek. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk menunjukkan betapa tingginya selera nenek."Apa kau hanya akan memberi kalung untuk Ibuku? Kurasa sebaiknya kita tambahkan dengan gelang, cincin dan anting-anting. Kau tahu kan kalau Ibuku sangat berkelas. Apalagi mutiara hitam itu termasuk mutiara yang langka. Ibuku pasti akan senang menerimanya," tambah Edmund yang memang mengerti maksud dari istrinya."Kau benar suamiku. Untuk wanita sekelas Ibumu memang pantas menerima hadiah mahal. Hadiah yang memang hanya bisa dibeli oleh orang-orang yang berkelas," kata Daisy memberi penekanan pada kata orang yang berkelas sambil melirik menantu dan Puteri bungsunya.
Daisy dan Edmund tampak memilih-milih perhiasan yang terpajang apik di etalase. Wanita paruh baya ini menunjuk pada satu set kalung mutiara hitam dengan bandul berbentuk bunga dari emas putih."Bisa kulihat yang ini?' pinta Daisy pada perempuan yang bertugas menjadi pelayan toko.Dengan ramah pelayan itu pun meladeni Daisy dan mengambilkan pesanannya. Pelayan berkulit gelap itu pun juga menjelaskan mengenai kualitas dari kalung mutiara yang ada di toko."Desain ini sangat cocok untuk segala usia, dan Anda akan terlihat lebih menarik jika mengenakan kalung ini," kata pelayan itu."Ini bukan untukku, aku mencari satu set perhiasan mutiara hitam untuk hadiah Ibu mertuaku. Apa kau memiliki pasangan yang cocok untuk kalung ini? Aku berencana membeli kalung, gelang, cincin dan anting-anting untuk Ibu mertuaku," jelas Daisy."Tentu saja kami menyediakan Nyonya, apakah Anda ingin melihatnya?" tawar penjaga toko."
Wajah Edmund mendadak pucat saat mendengar teguran dari petugas keamanan. Ayah Josephine sudah menebak kalau ada yang mengetahui perbuatan istrinya. Namun tidak dengan Daisy, ia justru mendongak dan bersikap tenang."Untuk apa kalian memeriksa tas ku, bukankah itu melanggar hak pribadiku?" Balas Daisy dengan angkuh.Sang suami ingin sekali membuka mulut, tapi sepertinya ia takut akan istrinya. Ia pun memilih untuk diam dan menunduk. Dengan keringat di dahi yang mulai menetes."Kau ini nekad sekali Daisy, mereka pasti akan tahu," pikir Edmund."Kami hanya ingin memeriksa, karena sepertinya terjadi sesuatu," kata petugas kemanan dengan nada sopan."Enak saja, kalian tak bisa memperlakukanku seperti ini. Kalian bisa kutuntut karena telah melanggar privasi orang lain!" protes Daisy."Lagipula apa kalian memiliki surat perintah penggeledahan untukku?" tanya Daisy.Petugas keamanan itu pun terdiam, ia sadar kalau t
Mendengar desakan dari para pengunjung, mau tak mau Edmund akhirnya berbicara sedikit keras."Istriku, sudah berikan saja. Apa kau tak lihat kalau orang-orang di belakang sudah sangat kesal?""Sssh kau ini, susah sekali diajak bicara," gerutu Daisy."Baiklah Nyonya, jika itu kemauan Anda," kata sang petugas kemudian mengambil telepon. Saat pria bertubuh tegap itu memencet satu angka, Daisy pun langsung menahan tangannya."Baik aku akan menunjukkan tas ku!" Seru Daisy.Sadar tak bisa selamat lagi, Daisy pun menunjukkan tas nya dengan berat hati. Kemudian meminta suaminya untuk menghubungi menantunya agar datang ke dalam toko."Terima kasih untuk kerjasamanya Nyonya," kata sang petugas.Dengan sigap pria itu pun mengeluarkan seluruh isi tas Daisy satu per satu. Semua bagian dalam tas tangannya pun ditelusuri, termasuk pada kantong bagian dalam.Saat itulah pria ini tak sengaja menemukan cincin kole
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt