"Kau tahu, kehidupanmu akan jadi lebih baik saat dirimu bekerja padaku, kau tak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa mencapai puncak popularitas. Asal, yah itu ... Kau tahu kan?" tanya Archie yang mencoba menyentuh dada Nicko yang bidang.
Segera pemuda ini menepiskan tangan Archie dengan kasar. Ia merasa jijik dengan pria paruh baya yang ada di hadapannya. Rasanya, ia ingin meludahi wajah pria di hadapannya.Dua orang anak buah Russell sedang mengurus penjaga arogan di luar ruangan, sementara Russell masih berada di sana. Sama halnya dengan Nicko, pria berambut merah itu juga jijik pada tingkah laku Archie yang sepertinya memeliki kecenderungan untuk menyimpang.Jika saja Tuan Muda tak memberinya tanda untuk tidak bertindak dulu, mungkin kepala Archie sudah hancur oleh tangannya."Apa maumu?" tanya Nicko.Archie hanya tersenyum penuh misteri kemudian merangkul Nicko untuk sedikit menjauh. Merasa semakin tak nyaman, NSejenak Archie tak berkutik saat merasakan benda keras menempel di belakang tengkoraknya. Kemudian pria ini pun mendengus kesal lalu membulatkan mata dan menatap ke arah pemuda di depannya.Pria kisaran empat puluh tahunan ini sama sekali tak takut akan apa yang mengancamnya kali ini. Sepertinya kemarahan telah menguasai diri secara keseluruhan. Sampai-sampai senjata api di belakangnya pun tak ia pedulikan."Apa kau bermaksud mengancamku dengan membawa laki-laki bertubuh besar dan berpistol ini? Apa kau kira aku takut?" tanya Archie yang sama sekali tidak takut akan ancaman dan memilih untuk menantang.Russell yang mendengar tantangan Archie pun menjadi semakin geram. Pimpinan kelompok jubah hitam ini mendorong pistol dan memberi tekanan yang lebih pada belakang kepala Archie."Jangan kurang ajar pada Tuan Muda. Cepat kau turuti perintahnya sebelum benda kesayanganku meledakkan isi kepalamu!" seru Rusell dengan tegas.
"Ha ha kau kenapa anak muda? Mau mencoba menelepon siapa? Ayah Ibumu? Memangnya kau masih punya? Atau jangan-jangan kau ingin menghubungi teman jalananmu yang lain?" ejek Archie.Bugh!Russell yang mendengar ocehan Archie sudah tak mampu lagi menahan emosinya. Ia langsung melayangkan pukulan pada rahang Archie.Archie yang tak siap pun langsung terhuyung. Melihat posisi lawannya yang tak memiliki kuda-kuda sempurna, pengawal keluarga Lloyd ini pun kembali melayangkan tinju pada perut pria di hadapannya."Apa kau masih berani menghina Tuan Muda?" tanya Russell yang baru saja berhenti memukul Archie.Sementara Russell berusaha keras untuk tidak memukul Archie lagi, Nicko terlihat sibuk berbicara di telepon."Kyle, kuperintahkan kau untuk menarik semua investasi pada TVC!""Menarik Investasi Tuan Muda, tapi kenapa?" tanya Kyle."Apakah pantas seorang Direktur Perusahaan menghina kelu
Saking lemasnya, Archie langsung jatuh bersimpuh. Lututnya terasa perih karena benturan keras dengan lantai marmer.Bos dari TVC itu mulai mengacak-acak rambutnya sambil meracau terus-terusan seperti orng tidak waras."Tidak ini tidak mungkin ... Bagaimana bisa?" tanyanya terus meracau.Melihat keadaan Bos mereka yang kacau, delapan petugas keamanan yang mengelilingi Russell dan Nicko pun hanya saling pandang. Mereka semua tak mengerti akan perubahan yang terjadi pada Bosnya.Sementara Nicko dan Russell tampak tenang sambil melipat tangan di depan dada."Ha ha kau terlihat seperti orang gila," sindir Nicko."Benar Tuan Muda, dia tampak sangat berbeda dengan beberapa menit sebelumnya. Tadi terlihat begitu sok jago, sampai tak takut akan pistol yang kuarahkan pada kepalanya," tanggap Russell."Ya, dia rampak begitu kuat sebelumnya, tapi ternyata ia tak lebih dari anak-anak yang hanya bisa mereng
Prang!Vas bunga dari kristal itu pun pecah berkeping-keping. Bunga indah berwarna yang ada di dalamnya pun ikut terjatuh berserakan di atas lantai.Suasana lobi yang awalnya sedikit sibuk pun mendadak berubah mencekam. Beberapa pegawai wanita, tallent yang kebetulan ada di sana menjerit histeris. Sementara petugas keamanan dan Archie sama-sama mematung."Bagaimana? Apa kalian masih mengira kalau aku bermain-main? Atau menganggap pistol ini adalah korek api?" tanya Russell dengan sengit dan tangan yang masih menggenggam senjata mengarah pada pengawal-pengawal itu."Ja ... Jadi itu senjata betulan?" tanya seorang pengawal."Ya, apa kau masih ragu, dan ingin mencobanya? Katakan padaku bagian mana dari tubuhmu yang ingin kutembak? Jantung, kepala?" tanya Russell.Nicko yang baru saja meniup kepalan tangannya dan menempelkan pada telinga untuk meredam bising pun mulai angkat bicara."Kalian semua
Perlahan orang-orang Archie menjauh dari pria yang harusnya mereka lindungi. Terlebih saat mendapati Bos mereka perlahan bersimpuh di hadapan pemuda yang tadinya akan mereka pukuli.Archie memeluk lutut Nicko begitu erat. Ia telah menyesal telah memanggil dirinya sampah."Maafkan saya ... Saya benar-benar tidak tahu kalau ternyata Anda adalah Bos besar dari Tuan Brenan. Jika saya tahu, pasti saya akan menyambut Anda selayaknya tamu teristimewa di tempat kami," katanya menyesali."Huh aku sudah katakan padamu kalau jangan sampai kau menyesal. Namun ternyata kau malah memilih jalan ini.""Ampuni saya Tuan ... Ampuni saya yang tidak mengindahkan perkataan Anda!" kembali pria ini meminta ampunan Nicko.Namun pemuda 25 tahun ini bergeming. Ia tak ingin memberi respons apapun terhadap permintaan Archie. Semua sudah bisa ditebak olehnya, Archie pasti menginginkan Lloyd untuk berinvestasi lagi."Ha ha kau sekarang
Hanya dengan satu panggilan saja, anak buah Russell yang lain telah datang dan memenuhi kantor televisi TVC. Kesemuanya berwajah garang dan bersiap-siap untuk mengosongkan gedung milik Archie Horisson.Salah seorang anak buah Russell berdiri di dekat meja informasi dan meminta petugas di san mengumumkan untuk mengosongkan kantor."Nona, apakah pengumuman yang kau sampaikan akan bisa menjangkau seluruh ruangan ini?" tanya salah satu anak buah Russell sambil menunjuk microphone yang ada di sana.Resepsionis itu terlihat sedikit ketakutan, tapi ia tetap meladeni pria berpakaian hitam-hitam yang mendatanginya."Ya Tuan, bahkan ini bisa didengar sampai rooftop," katanya.Anak buah Russell pun langsung mengambil alih tempat perempuan di meja informasi. Dengan suara baritonnya, ia pun mulai membuat pemberitahuan."Perhatian untuk semua, dikarenakan stasiun televisi TVC tidak beroperasi lagi, maka silakan kosongka
Daisy mengangguk mendengarkan ucapan Adrian. Wanita paruh baya itu justru merangkul Adrian yang baru datang membawakan hadiah untuk putri bungsunya.Ia sama sekali tak peduli akan keadaan menantunya yang terlihat lelah. Kelelahan yang diakibatkan mencoba menyelamatkan dirinya dari jeratan hukum."Kau dengar apa kata Adrian kan? Menyenangkan perempuan itu tidak dengan kue. Lagipula memberi kue juga hanya satu potong," cibir Daisy."Hmm sepertinya menantu Nyonya yang miskin ini memang hanya mampu membeli sepotong kue. Itu pun hasil mengumpulkan uang saku yang diberikan oleh Istrinya," timpal Adrian.Daisy dan Edmund tertawa mendengar perkataan Adrian. Yah selama ini Nicko memang diberikan uang oleh putrinya untuk kebutuhannya.Nicko yang tak merokok tentu saja bisa menghemat pengeluaran. Dulu, ia menggunakan uang dari Josephine untuk membeli bahan bakar dan Service mobilnya.Namun semenjak ia mengetahui kalau diri
"Kalian!" kata Nicko sambil mengarahkan jari telunjuknya pada Adrian yang telah melemparkan bingkisan untuk istrinya.Sambil berkacak pinggang, Adrian pun mengarahkan pandangan sinis ke arah Nicko."Kenapa memangnya? Kau tidak suka?" balas Adrian sambil menendang cake yang tergeletak dan mengotori lantai."Cih! Pantas Josephine enggan memilihmu. Ternyata karena kelakuanmu yang tak pantas ini ya!" balas Nicko.Melihat Nicko berani menghina Adrian, Daisy pun naik pitam. Ia tak bisa membenarkan tindakan menantunya pada Adrian yang dianggap sosok ideal untuk menjadi bagian dari keluarganya."Jangan dengarkan dia Adrian. Saat ini Josephine belum ingin bersamamu karena dibawah tekanan menantu tak berguna ini!" bujuk Daisy yang tak ingin Adrian tersinggung.Pemuda berambut pirang dan lurus ini pun mengangguk pada Daisy,"Tenang saja Nyonya Windsor, saya sependapat dengan Anda. Mana mungkin putri Anda