Suasana yang berbeda terjadi di kediaman keluarga Blanc. Kali ini mereka tengah mengadakan acara jamuan di rumah mewah mereka.
Armando yang terkadang masih suka merasakan nyeri akibat benturan pada tulang ekornya pun berjalan perlahan. Ia mendekati salah satu pelayan yang tengah bekerja."Ada acara apa ini?" tanya Armando yang memperhatikan kesibukan di ruang keluarganya."Tuan Roberto memerintahkan kami untuk mengadakan jamuan karena akan ada seseorang yang datang," kata pelayan itu."Seseorang, siapa?"Pelayan yang tengah menata alat makan pun hanya mengangkat bahu kemudian undur diri. Pelayan itu juga mengatakan kalau ia sama sekali tidak mengetahui siapa yang akan datang."Apakah ada tamu besar yang akan datang ya? Kalau iya kenapa aku tidak diberi tahu?" pikir Armando.Pria bertubuh kekar itu pun segera mencari sosok Ayahnya dan meminta penjelasan. Berdasarkan yang sudah-sudah, jamuan sepBibir Armando terasa kelu saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang Ayah. Pria bertubuh kekar ini bahkan mencubit pahanya sendiri karena tak menyangka akan mendapatkan kejutan tidak menyenangkan di tengah hari."Ayah, apa aku tidak salah dengar?" katanya mencoba berharap jika Ayahnya tidak salah bicara.Namun Roberto hanya melirik ke arah Raina kemudian putra semata wayangnya. Laki-laki yang biasanya angkuh ini mendadak terlihat sangat kecil."Raina memiliki latar belakang pendidikan tehnik pertambangan. Ditambah lagi ia memiliki jabatan sebagai kepala cabang di salah satu perusahaan minyak di Timur Tengah. Apa ada alasan bagi Ayah untuk tidak meminta Raina melakukannya?"Perempuan berambut panjang yang mendengar pernyataan Pamannya itu hanya tertunduk malu. Kemudian bibirnya yang tebal tersenyum."Paman, kurasa Paman terlalu berlebihan dalam memujiku. Aku belajar ini semua darimu. Apa Paman tidak ingat kalau Pamanla
Josephine berdiri di depan cermin sambil mengamati bayangan dirinya yang mengenakan gaun baru sepanjang lutut. Kulitnya yang putih tampak sempurna mengenakan gaun berwarna peach dengan kerah sabrina yang memamerkan pundaknya. "Bagaimana menurutmu, Sayang?" tanya Jo pada suaminya yang kali ini sudah berpakaian rapi. Penampilan Nicko tampak berbeda dengan biasanya. Josephine membelikannya satu set pakaian formal dari J Couture. Celana Chinos cokelat tanah dengan kemeja lengan pendek dilengkapi dengan jas hitam membuat pemuda ini terlihat semakin tampan. "Kau selalu cantik mengenakan apapun, Sayang," puji Nicko yang terlihat senang karena bisa menyenangkan istrinya secara diam-diam. "Kita berangkat sekarang?" ajak Nicko sambil menekuk lengannya membentuk sudut sembilan puluh derajat. Jo pun segera melingkarkan tangannya pada lengan suaminya dan bersama menuju Restoran Cantaloupe tempat acara reuni berlangsung. Saat kedua pasan
Jo tak dapat menyembunyikan keterkejutannya kala mendapati siapa yang membunyikan klakson. Terlebih lagi saat melihat mobilnya."Sa ... Sayang, kau mengemudikan ini?" tanya Jo kemudian menutup mulutnya.Nicko yang kini berpenampilan mentereng pun berdiri sambil bersandar di mobil Rolls nya. Ia kini benar-benar pantas disebut sebagai seorang Tuan Muda."Ya aku mengemudikannya, tapi ini bukan mobilku," kata Nicko.Jo yang masih terkagum pun menyentuh body Rolls Royce yang mengkilat. Sepertinya ia masih tak percaya akan menumpang mobil semewah ini."Lalu ini punya Bos mu. Kenapa dia baik sekali?" tanya Jo penasaran, atau mungkin curiga.Pemuda ini pun mendekat pada istrinya. Perlahan ia menyentuh tangan sang istri dan menggenggamnya. Tak lupa kedua mata hazelnya menatap wanita pujaan dalam-dalam."Sayang, maaf aku sempat memergoki apa yang dibicarakan oleh teman-temanmu yang ada di grup chat alum
Ucapan Kevin Stoner menimbulkan tawa diantara semua peserta. Tentu saja tawa yang merendahkan Jo dan suaminya."Dengarkan itu Jo, menikah saja dengan Kevin, kau tahu berapa gaji seorang direktur cabang, apalagi anak perusahaan Richmond," kata salah seorang temannya tanpa mempedulikan kehadiran Nicko di situ. Atau mungkin mereka sengaja mengatakan untuk mengejeknya.Seorang perempuan bertubuh ramping dengan buah dada penuh pun datang ke arah mereka."Hei Jo, kukira kau tidak datang. Mengingat apa yang baru saja terjadi," katanya.Perempuan ini kemudian melirik ke arah Erick Dalton yang merupakan suaminya."Sayang, sudahlah jangan kau permalukan teman kita dan suaminya. Kita di sini untuk melepas rindu kan?" katanya mencoba mengingatkan pria yang bersamanya, dan membuat semua ikut terdiam. Sabrina pun langsung merangkul Jo dan mengajaknya menjauh."Jo, ayo kita ke sana. Saatnya kita berkumpul dengan te
Keempat orang itu tak henti merundung Nicko. Tak hanya dari ucapan, tapi mereka sudah mulai bermain fisik.Mereka berempat merangkul Nicko agar tak menimbulkan kecurigaan dan membawanya ke toilet pria."Cepat bawa dia, jangan sampai ada kecurigaan. Kita eksekusi saja di Toilet!" Kevin mengomando.Tampaknya mantan atlet football kebanggaan sekolah ini masih berambisi untuk mendapatkan Josephine hingga membuatnya mempengaruhi teman-temannya untuk mengerjai Nicko.Bukan Nicko tak berani melawan, tapi ia memiliki rencana yang lebih baik untuk menumbangkan mereka. Ia pun berpura-pura lemah dan membiarkan dirinya menjadi sasaran perundungan."Selalu ada pengorbanan untuk sebuah hasil yang maksimal," pikir Nicko.Brak! Pintu toilet dibuka dengan kasar. Erick dan Jeff pun mengusir dua orang yang berada di sana. Kemudian mengunci pintunya.Kembali mereka berempat berdiri mengelilingi Nicko. "Seka
Kevin mengusap-usap telinganya dengan jari. Bersikap seolah telinganya tengah mengalami gangguan pendengaran."Tunggu apa kalian tak salah dengar?" tanya Kevin pada ketiga temannya yang saat ini tengah tertawa lepas."Hei pecundang! Kau ini sungguh lucu. Kenapa tak mencoba untuk jadi pelawak saja, siapa tahu kau bisa punya cukup uang," ledek Michael diikuti tawa mereka semua."Kenapa memang? Kalian takut? Apa kalian yakin jika mobilku adalah yang termurah dan terjelek?" balas Nicko."Jika bukan mobilmu, lalu siapa lagi? Kalian kira Lamborghini itu mobil buruk?" balas Kevin."Hmm begini saja? Jika ternyata mobil yang kukendarai lebih mahal dari kalian, maka kalian harus menempelkan tulisan dijual pada kaca depan dan belakang mobil kalian. Jangan lupa mengunggah dan mengiklankannya dan menyertakan nomor ponselku untuk transaksi, dan hasilnya akan disumbangkan untuk kegiatan amal," tantang Nicko.Ketiga laki-
Jo hanya bisa menunduk mendengar ucapan teman-temannya. Ia sungguh menyesal telah hadir di acara reuni kali ini.Gaun yang ia beli untuk menghadiri acara khusus ini ternyata harus dikotori oleh teman-temannya.Perlahan ia pun mulai beringsut dan mencari sosok suaminya untuk segera pulang."Nicko dimana ya?" gumamnya sambil matanya berkeliling mencari sosok laki-laki bertinggi enam kaki yang datang bersamanya."Kau mau mencari sopirmu ya?" tanya Sabrina tiba-tiba menghalangi jalannya."Dia suamiku, jangan berkata seperti itu!" kata Jo dengan kedua mata yang membulat.Namun protes yang diajukan olehnya ternyata malah menjadi hiburan bagi Sabrina dan juga antek-anteknya. Mereka berdiri menghalangi Jo dan kembali merundungnya."Ternyata roda memang berputar, dulu kau adalah putri di sekolah, tapi sekarang nasibmu tak ada apa-apanya. Kau tak lebih dari duri dalam daging yang merusak kenikmatan," cibir Sa
Dengan langkah anggun bagaikan di atas catwalk, Sabrina Collins melangkah menuju panggung. Wanita berambut pirang ini pun mengambil mic yang ada di atas panggung dan menyalakannya.Sambil tersenyum, ia pun melirik ke arah Jo yang tampak berusaha untuk maju dan mencegahnya."Sa ... Sabrina kau mau apa?" pekiknya sambil mencoba melangkah maju. Namun sayang kedua antek Sabrina menahan tubuhnya yang ramping."Kau diam saja di sini, Sabrina akan memberi pengumuman penting," kata Loren sok tahu.Kelompok Cheerleader itu sudah berencana untuk mengadakan acara lelang dan hasilnya akan disumbangkan untuk kemanusiaan. Namun dalam hal ini, yang menjadi barang lelangan adalah kencan semalam dengan Josephine.***Nicko berjalan menyusuri koridor setelah meninggalkan toilet pria. Membiarkan pemuda-pemuda sombong itu memperbaiki penampilan mereka yang tampak acak-acakan akibat gagal mengeroyoknya."Raymond,