Josephine berdiri di depan cermin sambil mengamati bayangan dirinya yang mengenakan gaun baru sepanjang lutut. Kulitnya yang putih tampak sempurna mengenakan gaun berwarna peach dengan kerah sabrina yang memamerkan pundaknya.
"Bagaimana menurutmu, Sayang?" tanya Jo pada suaminya yang kali ini sudah berpakaian rapi.Penampilan Nicko tampak berbeda dengan biasanya. Josephine membelikannya satu set pakaian formal dari J Couture. Celana Chinos cokelat tanah dengan kemeja lengan pendek dilengkapi dengan jas hitam membuat pemuda ini terlihat semakin tampan."Kau selalu cantik mengenakan apapun, Sayang," puji Nicko yang terlihat senang karena bisa menyenangkan istrinya secara diam-diam."Kita berangkat sekarang?" ajak Nicko sambil menekuk lengannya membentuk sudut sembilan puluh derajat.Jo pun segera melingkarkan tangannya pada lengan suaminya dan bersama menuju Restoran Cantaloupe tempat acara reuni berlangsung. Saat kedua pasanJo tak dapat menyembunyikan keterkejutannya kala mendapati siapa yang membunyikan klakson. Terlebih lagi saat melihat mobilnya."Sa ... Sayang, kau mengemudikan ini?" tanya Jo kemudian menutup mulutnya.Nicko yang kini berpenampilan mentereng pun berdiri sambil bersandar di mobil Rolls nya. Ia kini benar-benar pantas disebut sebagai seorang Tuan Muda."Ya aku mengemudikannya, tapi ini bukan mobilku," kata Nicko.Jo yang masih terkagum pun menyentuh body Rolls Royce yang mengkilat. Sepertinya ia masih tak percaya akan menumpang mobil semewah ini."Lalu ini punya Bos mu. Kenapa dia baik sekali?" tanya Jo penasaran, atau mungkin curiga.Pemuda ini pun mendekat pada istrinya. Perlahan ia menyentuh tangan sang istri dan menggenggamnya. Tak lupa kedua mata hazelnya menatap wanita pujaan dalam-dalam."Sayang, maaf aku sempat memergoki apa yang dibicarakan oleh teman-temanmu yang ada di grup chat alum
Ucapan Kevin Stoner menimbulkan tawa diantara semua peserta. Tentu saja tawa yang merendahkan Jo dan suaminya."Dengarkan itu Jo, menikah saja dengan Kevin, kau tahu berapa gaji seorang direktur cabang, apalagi anak perusahaan Richmond," kata salah seorang temannya tanpa mempedulikan kehadiran Nicko di situ. Atau mungkin mereka sengaja mengatakan untuk mengejeknya.Seorang perempuan bertubuh ramping dengan buah dada penuh pun datang ke arah mereka."Hei Jo, kukira kau tidak datang. Mengingat apa yang baru saja terjadi," katanya.Perempuan ini kemudian melirik ke arah Erick Dalton yang merupakan suaminya."Sayang, sudahlah jangan kau permalukan teman kita dan suaminya. Kita di sini untuk melepas rindu kan?" katanya mencoba mengingatkan pria yang bersamanya, dan membuat semua ikut terdiam. Sabrina pun langsung merangkul Jo dan mengajaknya menjauh."Jo, ayo kita ke sana. Saatnya kita berkumpul dengan te
Keempat orang itu tak henti merundung Nicko. Tak hanya dari ucapan, tapi mereka sudah mulai bermain fisik.Mereka berempat merangkul Nicko agar tak menimbulkan kecurigaan dan membawanya ke toilet pria."Cepat bawa dia, jangan sampai ada kecurigaan. Kita eksekusi saja di Toilet!" Kevin mengomando.Tampaknya mantan atlet football kebanggaan sekolah ini masih berambisi untuk mendapatkan Josephine hingga membuatnya mempengaruhi teman-temannya untuk mengerjai Nicko.Bukan Nicko tak berani melawan, tapi ia memiliki rencana yang lebih baik untuk menumbangkan mereka. Ia pun berpura-pura lemah dan membiarkan dirinya menjadi sasaran perundungan."Selalu ada pengorbanan untuk sebuah hasil yang maksimal," pikir Nicko.Brak! Pintu toilet dibuka dengan kasar. Erick dan Jeff pun mengusir dua orang yang berada di sana. Kemudian mengunci pintunya.Kembali mereka berempat berdiri mengelilingi Nicko. "Seka
Kevin mengusap-usap telinganya dengan jari. Bersikap seolah telinganya tengah mengalami gangguan pendengaran."Tunggu apa kalian tak salah dengar?" tanya Kevin pada ketiga temannya yang saat ini tengah tertawa lepas."Hei pecundang! Kau ini sungguh lucu. Kenapa tak mencoba untuk jadi pelawak saja, siapa tahu kau bisa punya cukup uang," ledek Michael diikuti tawa mereka semua."Kenapa memang? Kalian takut? Apa kalian yakin jika mobilku adalah yang termurah dan terjelek?" balas Nicko."Jika bukan mobilmu, lalu siapa lagi? Kalian kira Lamborghini itu mobil buruk?" balas Kevin."Hmm begini saja? Jika ternyata mobil yang kukendarai lebih mahal dari kalian, maka kalian harus menempelkan tulisan dijual pada kaca depan dan belakang mobil kalian. Jangan lupa mengunggah dan mengiklankannya dan menyertakan nomor ponselku untuk transaksi, dan hasilnya akan disumbangkan untuk kegiatan amal," tantang Nicko.Ketiga laki-
Jo hanya bisa menunduk mendengar ucapan teman-temannya. Ia sungguh menyesal telah hadir di acara reuni kali ini.Gaun yang ia beli untuk menghadiri acara khusus ini ternyata harus dikotori oleh teman-temannya.Perlahan ia pun mulai beringsut dan mencari sosok suaminya untuk segera pulang."Nicko dimana ya?" gumamnya sambil matanya berkeliling mencari sosok laki-laki bertinggi enam kaki yang datang bersamanya."Kau mau mencari sopirmu ya?" tanya Sabrina tiba-tiba menghalangi jalannya."Dia suamiku, jangan berkata seperti itu!" kata Jo dengan kedua mata yang membulat.Namun protes yang diajukan olehnya ternyata malah menjadi hiburan bagi Sabrina dan juga antek-anteknya. Mereka berdiri menghalangi Jo dan kembali merundungnya."Ternyata roda memang berputar, dulu kau adalah putri di sekolah, tapi sekarang nasibmu tak ada apa-apanya. Kau tak lebih dari duri dalam daging yang merusak kenikmatan," cibir Sa
Dengan langkah anggun bagaikan di atas catwalk, Sabrina Collins melangkah menuju panggung. Wanita berambut pirang ini pun mengambil mic yang ada di atas panggung dan menyalakannya.Sambil tersenyum, ia pun melirik ke arah Jo yang tampak berusaha untuk maju dan mencegahnya."Sa ... Sabrina kau mau apa?" pekiknya sambil mencoba melangkah maju. Namun sayang kedua antek Sabrina menahan tubuhnya yang ramping."Kau diam saja di sini, Sabrina akan memberi pengumuman penting," kata Loren sok tahu.Kelompok Cheerleader itu sudah berencana untuk mengadakan acara lelang dan hasilnya akan disumbangkan untuk kemanusiaan. Namun dalam hal ini, yang menjadi barang lelangan adalah kencan semalam dengan Josephine.***Nicko berjalan menyusuri koridor setelah meninggalkan toilet pria. Membiarkan pemuda-pemuda sombong itu memperbaiki penampilan mereka yang tampak acak-acakan akibat gagal mengeroyoknya."Raymond,
"Ehem!" Sepertinya Sabrina sengaja berdehem di depan mic yang menyala. Ia ingin mendaptkan perhatian dari seantero ruangan."Maaf mengganggu keasyikannyannya teman-teman," katanya mengawali. Membuat suasana yang tadinya riuh karena saling mengobrol pun mendadak hening.Sementara di salah satu sudut ruangan, Cindy dan Loren tampak memegangi tangan Josephine. Mereka berpura-pura menggandeng agar tak ada yang mengerti kalau tengah menahan si kapten cheerleader."Apa yang direncanakan kalian?" tanya Jo."Sudah kau diam dan ikuti saja permainan Sabrina, nanti kau pasti akan berterima kasih kepadanya. Dia seorang sahabat yang sungguh luar biasa peduli," kata Cindy mencoba menutupi rencana Sabrina.Jo cuma bisa menundukkan kepala dan menyembunyikan rasa malu. Semenjak tadi perasaannya tidak enak. Ia menduga akan ada sesuatu yang tidak baik terjadi padanya.Gaun pastelnya yang terkena noda minuman sudah cukup memb
Mic yang awalnya berada di depan Sabrina pun direbut tiba-tiba. Tentu saja hal ini membuatnya geram sampai-sampai ia menghentakkan kaki seperti anak kecil. Sementara pengunjung yang lain hanya saling pandang."Terima kasih untuk kesempatannya Nyonya Sabrina Collins atau Sabrina Dalton. Sungguh suatu kehormatan bisa berada di sini dan menyampaikan niat mulia dari suami Anda dan juga ketiga sahabatnya."Apa yang diucapkannya tentu membuat Sabrina semakin kesal dan mencoba untuk merebut mic nya kembali. Namun pemuda yang merebut mic justru bertingkah elegan. Menutupi pengeras suara itu dengan tubuhnya yang bidang bak seorang penyanyi profesional yang tengah melakukan performa.Saat itulah kepala Jo terangkat perlahan. Suara itu, sangat ia kenal,.dan ia tahu pasti akan ada sesuatu yang terjadi di luar dugaan. Perlahan senyum pun mulai terkembang di wajah ayunya, sambil berseru, "Nicko!"Saat itulah keempat laki-laki yang membawa Nicko
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt