Jo tak dapat menyembunyikan keterkejutannya kala mendapati siapa yang membunyikan klakson. Terlebih lagi saat melihat mobilnya.
"Sa ... Sayang, kau mengemudikan ini?" tanya Jo kemudian menutup mulutnya.Nicko yang kini berpenampilan mentereng pun berdiri sambil bersandar di mobil Rolls nya. Ia kini benar-benar pantas disebut sebagai seorang Tuan Muda."Ya aku mengemudikannya, tapi ini bukan mobilku," kata Nicko.Jo yang masih terkagum pun menyentuh body Rolls Royce yang mengkilat. Sepertinya ia masih tak percaya akan menumpang mobil semewah ini."Lalu ini punya Bos mu. Kenapa dia baik sekali?" tanya Jo penasaran, atau mungkin curiga.Pemuda ini pun mendekat pada istrinya. Perlahan ia menyentuh tangan sang istri dan menggenggamnya. Tak lupa kedua mata hazelnya menatap wanita pujaan dalam-dalam."Sayang, maaf aku sempat memergoki apa yang dibicarakan oleh teman-temanmu yang ada di grup chat alumUcapan Kevin Stoner menimbulkan tawa diantara semua peserta. Tentu saja tawa yang merendahkan Jo dan suaminya."Dengarkan itu Jo, menikah saja dengan Kevin, kau tahu berapa gaji seorang direktur cabang, apalagi anak perusahaan Richmond," kata salah seorang temannya tanpa mempedulikan kehadiran Nicko di situ. Atau mungkin mereka sengaja mengatakan untuk mengejeknya.Seorang perempuan bertubuh ramping dengan buah dada penuh pun datang ke arah mereka."Hei Jo, kukira kau tidak datang. Mengingat apa yang baru saja terjadi," katanya.Perempuan ini kemudian melirik ke arah Erick Dalton yang merupakan suaminya."Sayang, sudahlah jangan kau permalukan teman kita dan suaminya. Kita di sini untuk melepas rindu kan?" katanya mencoba mengingatkan pria yang bersamanya, dan membuat semua ikut terdiam. Sabrina pun langsung merangkul Jo dan mengajaknya menjauh."Jo, ayo kita ke sana. Saatnya kita berkumpul dengan te
Keempat orang itu tak henti merundung Nicko. Tak hanya dari ucapan, tapi mereka sudah mulai bermain fisik.Mereka berempat merangkul Nicko agar tak menimbulkan kecurigaan dan membawanya ke toilet pria."Cepat bawa dia, jangan sampai ada kecurigaan. Kita eksekusi saja di Toilet!" Kevin mengomando.Tampaknya mantan atlet football kebanggaan sekolah ini masih berambisi untuk mendapatkan Josephine hingga membuatnya mempengaruhi teman-temannya untuk mengerjai Nicko.Bukan Nicko tak berani melawan, tapi ia memiliki rencana yang lebih baik untuk menumbangkan mereka. Ia pun berpura-pura lemah dan membiarkan dirinya menjadi sasaran perundungan."Selalu ada pengorbanan untuk sebuah hasil yang maksimal," pikir Nicko.Brak! Pintu toilet dibuka dengan kasar. Erick dan Jeff pun mengusir dua orang yang berada di sana. Kemudian mengunci pintunya.Kembali mereka berempat berdiri mengelilingi Nicko. "Seka
Kevin mengusap-usap telinganya dengan jari. Bersikap seolah telinganya tengah mengalami gangguan pendengaran."Tunggu apa kalian tak salah dengar?" tanya Kevin pada ketiga temannya yang saat ini tengah tertawa lepas."Hei pecundang! Kau ini sungguh lucu. Kenapa tak mencoba untuk jadi pelawak saja, siapa tahu kau bisa punya cukup uang," ledek Michael diikuti tawa mereka semua."Kenapa memang? Kalian takut? Apa kalian yakin jika mobilku adalah yang termurah dan terjelek?" balas Nicko."Jika bukan mobilmu, lalu siapa lagi? Kalian kira Lamborghini itu mobil buruk?" balas Kevin."Hmm begini saja? Jika ternyata mobil yang kukendarai lebih mahal dari kalian, maka kalian harus menempelkan tulisan dijual pada kaca depan dan belakang mobil kalian. Jangan lupa mengunggah dan mengiklankannya dan menyertakan nomor ponselku untuk transaksi, dan hasilnya akan disumbangkan untuk kegiatan amal," tantang Nicko.Ketiga laki-
Jo hanya bisa menunduk mendengar ucapan teman-temannya. Ia sungguh menyesal telah hadir di acara reuni kali ini.Gaun yang ia beli untuk menghadiri acara khusus ini ternyata harus dikotori oleh teman-temannya.Perlahan ia pun mulai beringsut dan mencari sosok suaminya untuk segera pulang."Nicko dimana ya?" gumamnya sambil matanya berkeliling mencari sosok laki-laki bertinggi enam kaki yang datang bersamanya."Kau mau mencari sopirmu ya?" tanya Sabrina tiba-tiba menghalangi jalannya."Dia suamiku, jangan berkata seperti itu!" kata Jo dengan kedua mata yang membulat.Namun protes yang diajukan olehnya ternyata malah menjadi hiburan bagi Sabrina dan juga antek-anteknya. Mereka berdiri menghalangi Jo dan kembali merundungnya."Ternyata roda memang berputar, dulu kau adalah putri di sekolah, tapi sekarang nasibmu tak ada apa-apanya. Kau tak lebih dari duri dalam daging yang merusak kenikmatan," cibir Sa
Dengan langkah anggun bagaikan di atas catwalk, Sabrina Collins melangkah menuju panggung. Wanita berambut pirang ini pun mengambil mic yang ada di atas panggung dan menyalakannya.Sambil tersenyum, ia pun melirik ke arah Jo yang tampak berusaha untuk maju dan mencegahnya."Sa ... Sabrina kau mau apa?" pekiknya sambil mencoba melangkah maju. Namun sayang kedua antek Sabrina menahan tubuhnya yang ramping."Kau diam saja di sini, Sabrina akan memberi pengumuman penting," kata Loren sok tahu.Kelompok Cheerleader itu sudah berencana untuk mengadakan acara lelang dan hasilnya akan disumbangkan untuk kemanusiaan. Namun dalam hal ini, yang menjadi barang lelangan adalah kencan semalam dengan Josephine.***Nicko berjalan menyusuri koridor setelah meninggalkan toilet pria. Membiarkan pemuda-pemuda sombong itu memperbaiki penampilan mereka yang tampak acak-acakan akibat gagal mengeroyoknya."Raymond,
"Ehem!" Sepertinya Sabrina sengaja berdehem di depan mic yang menyala. Ia ingin mendaptkan perhatian dari seantero ruangan."Maaf mengganggu keasyikannyannya teman-teman," katanya mengawali. Membuat suasana yang tadinya riuh karena saling mengobrol pun mendadak hening.Sementara di salah satu sudut ruangan, Cindy dan Loren tampak memegangi tangan Josephine. Mereka berpura-pura menggandeng agar tak ada yang mengerti kalau tengah menahan si kapten cheerleader."Apa yang direncanakan kalian?" tanya Jo."Sudah kau diam dan ikuti saja permainan Sabrina, nanti kau pasti akan berterima kasih kepadanya. Dia seorang sahabat yang sungguh luar biasa peduli," kata Cindy mencoba menutupi rencana Sabrina.Jo cuma bisa menundukkan kepala dan menyembunyikan rasa malu. Semenjak tadi perasaannya tidak enak. Ia menduga akan ada sesuatu yang tidak baik terjadi padanya.Gaun pastelnya yang terkena noda minuman sudah cukup memb
Mic yang awalnya berada di depan Sabrina pun direbut tiba-tiba. Tentu saja hal ini membuatnya geram sampai-sampai ia menghentakkan kaki seperti anak kecil. Sementara pengunjung yang lain hanya saling pandang."Terima kasih untuk kesempatannya Nyonya Sabrina Collins atau Sabrina Dalton. Sungguh suatu kehormatan bisa berada di sini dan menyampaikan niat mulia dari suami Anda dan juga ketiga sahabatnya."Apa yang diucapkannya tentu membuat Sabrina semakin kesal dan mencoba untuk merebut mic nya kembali. Namun pemuda yang merebut mic justru bertingkah elegan. Menutupi pengeras suara itu dengan tubuhnya yang bidang bak seorang penyanyi profesional yang tengah melakukan performa.Saat itulah kepala Jo terangkat perlahan. Suara itu, sangat ia kenal,.dan ia tahu pasti akan ada sesuatu yang terjadi di luar dugaan. Perlahan senyum pun mulai terkembang di wajah ayunya, sambil berseru, "Nicko!"Saat itulah keempat laki-laki yang membawa Nicko
Jo menarik lengan suaminya saat mendapati kedua teman sekolahnya berdiri di samping Rolls Royce milik Kyle Brenan. Tentu Istri Nicko takut kalau-kalau mereka merusak mobil mewah itu."Sayang, bagaimana ini," tanya Jo yang terlihat sangat khawatir."Tenang saja," bisik Nicko."Bagaimana jika mereka menggoresnya? Gajiku takkan cukup untuk mengecatnya.""Tenang saja mereka tak akan berani. Ayo kita mendekat ke sana," ajak Nicko menggandeng tangan sang istri untuk mendekat pada mobil yang mereka bawa.Saat itu semua tampak berdecak kagum saat mendapati ketiga perempuan itu di sana. Tak lupa Brenda Walsh si gadis berkacamata mengambil gambar mereka dan mengunggahnya."Mobil milik siapa ini?" tanya mereka.Sabrina mengambil napas dalam-dalam dan menghadap ke arah mereka lalu berkata, "Tentu saja ini milik suamiku."Dagu runcing Sabrina sedikir mengarah ke atas. Jemarinya yang lentik men