Sebenarnya ia ingin tertawa melihat penampilan kakak iparnya kali ini. Perempuan yang biasa tampil elegan itu tampak seperti orang bangun tidur. Namun mengingat apa yang baru dialami Catherine membuat Nicko mengurungkan niatnya untuk tertawa.
"Sekarang, apa menurut kalian, kalian pantas berada di sini?" tanya pelayan toko yang sombong itu sambil melangkah dan berkacak pinggang.Catherine yang tak pernah diperlakukan seburuk ini pun terkejut. Masih tak terima ia pun mengeluarkan kartu member butik dan memberikannya pada pelayan toko."Kalian lihat ini, aku memiliki kartu platinum di sini!" serunya sambil menyodorkan kartu itu.Namun sang pelayan hanya menepiskan dan mencibirnya, "Kartu siapa yang anda curi?"Perempuan itu pun mengerang kesal dan merasa dirinya gagal. Nicko yang mengetahui hal ini pun segera menghampiri untuk memprotes.Sebenarnya mudah saja baginya untuk menghentikan pelayan itu. Ia tinggalDaisy menyambut menantunya dengan umpatan begitu ia tiba di rumah keluarga Windsor."Lama sekali, memang apa susahnya untuk mengambil pesananku!" seru Daisy geram.Nicko hanya menunduk diam, dan menoleh ke belakang. Saat itu Catherine melangkah dengan ragu-ragu."Maafkan aku, tadi aku memintanya untuk menjemputku Bu," kata Catherine berbohong."Oh, kalian datang bersama, yah sudahlah. Tumben sekali kau mau menumpang mobil jelek itu? Sopir dan mobil mewahmu kemana?" tanya Daisy penasaran.Catherine pun tertunduk saat mendengar pertanyaan ibunya. Ia bingung bagaimana harus menjawab, karena tak ingin keluarganya tahu tentang masalah yang dihadapinya.Tampaknya Nicko mengetahui apa yang tengah dipikirkan oleh Catherine. Pemuda itu menduga kalau kakak iparnya tak ingin membuat Ibunya bersedih jika tahu apa yang tengah dialaminya."Tadi Catherine bilang sopirnya sedang libur dan ia bilang ingin ke s
Sebuah sedan mewah berhenti di kawasan sentra niaga kelas atas. Seorang pemuda berpakaian rapi serta berkelas pun keluar dari pintu belakang mobil setelah seorang pria berjubah hitam membukakan pintu."Silakan Tuan Muda," katanya.Sang Tuan Muda pun melangkahkan kakinya menuju J Couture, sebuah butik kenamaan untuk pria dan wanita. Butik yang memang dikhususkan untuk mereka yang berada pada kelas menengah atas.Kedatangannya dengan pengawal tentu saja disambut ramah oleh pegawai toko. Bahkan mereka rela mengesampingkan tamu yang sudah datang hanya untuk menyambutnya.Ia hanya memandang mereka dengan sinis di balik kacamata hitamnya dan senyum yang mengejek."Sebuta itukah mereka akan penampilan?" tanyanya dalam hati.Pemuda itu pun terus melangkah saat mendekati sosok wanita berahang besar yang berhasil ditangkap oleh matanya. Pelayan toko berahang besar itu baru saja meletakkan pesanan seseorang di meja k
Dari dalam sedan mewahnya, Nicko mengamati J Couture yang makin lama makin menjauh dari pandangan mata. Ada sedikit penyesalan atas apa yang baru dilakukan olehnya.Sepertinya situasi yang dihadapi bersama Jo membuat Nicko melakukan tindakan diluar kendali. Seharusnya ia bisa melakukan cara lain untuk membalas hinaan pelayan angkuh itu. Membayar semua koleksi dan memberikan pada yang membutuhkan misalnya."Ah bodoh sekali aku," runtuknya dalam diam. Tentu ia mengkhawatirkan kalau ada yang mengetahui akan tindakannya dan membuat Ayahnya mungkin murka. Atau bisa saja identitasnya akan terbongkar dan ia akan mendapatkan julukan miliyarder sakit jiwa."Anda memikirkan sesuatu Tuan Muda?" tanya Russell yang berada di samping kemudi."Hmm Russell, aku hanya ingin tahu apakah ada yang melihat tentang kejadian di butik J Couture tadi?" tanya Nicko yang masih memiliki kekhawatiran."Masalah itu Anda tak perlu mengkhawatir
Jo masih menatap bayangan pasangan muda yang diiringi oleh petugas bellboy. Semakin lama memperhatikan ia semakin rindu akan sosok suaminya.Tak dapat dipungkiri kalau belakangan ini tidurnya tak pernah nyenyak. Dia sudah terbiasa tidur dalam dekapan erat sang suami dengan posisi sendok."Sampai kapan begini terus," batinnya mengeluh."Sudah ... Sudah, aku sedang kerja, tak seharusnya aku memikirkan rumah tanggaku," batinnya kemudian dan bermaksud menghibur diri.Bagaimanapun juga Jo harus fokus dalan bekerja, mengingat posisinya sebagai tulang punggung keluarga. Ditambah lagi kepercayaan yang diberikan oleh Bos Richmond untuknya yang tak boleh disia-siakan.Tanpa disadari oleh Jo, seseorang melangkah mendekati dan menegurnya."Josephine Windsor? Aku tak mengira akan berjumpa denganmu di sini," tegur seorang wanita tiba-tiba. Jo pun segera memalingkan wajah pada pemilik suara itu dan membalas sapaann
Apa yang diucapkan oleh dokter Ryan tentu saja membuat Jo tak bisa berhenti memikirkannya. Hingga kini, saat sang suami menjemput pun dirinya masih berpikir akan hal itu."Apa jangan-jangan dokter Dolores suka dengan suamiku ya? Walau bagaimanapun suamiku ini sangat tampan," pikirnya."Jo, sayang apa kau memikirkan sesuatu?" tanya Nicko pada akhirnya kemudian meraih tangan sang istri dalam genggaman.Sepertinya Nicko tak tahan lagi untuk berlama-lama perang dingin dengan istrinya. Walaupun dia tahu kalau sebenarnya ia tak melakukan kesalahan, tapi sebagai laki-laki ia tetap harus mengaku salah dan mencoba memenangkan hati istrinya kembali."Jo, maafkan aku soal apa yang terjadi belakangan ini," katanya sambil meraih telapak tangan istrinya dan menempelkan pada dadanya. Lalu melepaskannya, karena harus berkonsentrasi pada kemudi, sebab sebentar lagi ia akan melewati jalur cepat.Jo yang masih kepikiran dengan ucapan dok
Benar dugaan Nick, ucapannya barusan mampu membuatnya terbakar emosi dan berjalan ke arahnya sambil mengacungkan kepalan tangan. Saat itu Nicko hanya bersikap tenang, saking tenangnya saat suami Catherine berada di depannya ia pun tak menghindar, malah berteriak pada istrinya,"Jo, lepaskan ikatan kakakmu, bawa ke kamar dan kunci pintunya!"Jo pun mengangguk dan berlari melakukan instruksi suaminya. Saat itulah Nicko merendahkan sedikit tubuhnya ke arah samping dan membuat tinju Armando meleset.Tampaknya apa yang dilakukan oleh Nicko membuat Armando geram. Pria itu pun berbalik dan mencoba untuk memukul pemuda yang dianggap miskin itu.Armando yang sudah terbakar emosi karena merasa dipermainkan oleh Nicko pun semakin geram. Bahkan ia kali ini justru mengayunkan tinjunya lebih cepat. "Begitu caramu berkelahi?" ejek Nicko."Huh! Bangsat kau!" maki Armando kali ini menggunakan kakinya untuk menendang Nicko. Namun
Josephine cuma menunduk mendengar perkataan kakak perempuannya. Hari ini sudah dua kali dirinya mendengar ungkapan kalau ia beruntung memiliki suami seperti Nicko.Perempuan ini kemudian tersenyum dan memandang ke arah kakaknya. Kemudian mengusap pundaknya agar merasa lebih baik."Sudahlah, kau di sini saja dulu."Sedikit kekecewaan terpancar pada Josephine saat mengetahui Ayah dan Ibunya tak ada di rumah. Andai saja mereka ada, tentu saja kejadian tadi tak akan ada."Kau tahu Jo, aku berhutang pada suamimu," kata Catherine sambil menggenggam kedua tangan adiknya."Berhutang?" tanya Jo tak mengerti. Ia mencoba untuk mencerna maksud dari kakaknya."Pasti hutang yang dimaksud adalah nyawa. Suamiku kan tak punya uang," pikir Jo.Melihat ekspresi adiknya, Catherine akhirnya menceritakan apa yang terjadi padanya hari ini. Dengan tatapan yang lurus ke arah dinding.Mendengar pengakuan C
Hari sudah gelap, Catherine sudah tertidur pulas setelah menangis seharian sambil ditemani oleh Jo. Malam ini Daisy dan Edmund tidak pulang karena harus menghadiri jamuan di tempat temannya."Huh, paling-paling berjudi," pikir Jo saat mendapatkan pesan dari Ibunya.Setelah yakin kalau Catherine benar-benar tenang, Jo pun bangkit dan menatap bayangannya di depan cermin, lalu menatap ke jendela."Semuanya aman, kurasa."Jendela kamar Josephine memiliki dua lapisan penutup. Bagian dalam adalah kaca, sedangkan bagian luar berupa daun jendela dari kayu. Suaminya pun sudah mengganjal stick golf pada handle bagian dalam dengan posisi saling bersilangan.Jo pun mengganti pakaiannya dengan gaun tidur satin berwarna merah maron. Kemudian menuliskan pesan untuk kakaknya kalau ia bersama Nicko, dan meletakkannya di atas nakas.***Jo membuka pintu kamar Catherine secara perlahan dengan maksud mengejutkan
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt