Di kantor perusahaan Blanc ....
Armando tampak mengacak-acak rambutnya saat mendapati layar monitor di hadapannya. Apa yang ia lihat kali ini sungguh di luar dugaan.Perusahaan minyak Blair yang biasanya berada di peringkat terbawah kini mendekati posisi sepuluh besar. Berbanding terbalik dengan perusahaannya yang kini semakin turun."Sial!" runtuknya.Gillian, sang sekretaris yang duduk di hadapannya pun mulai mengangkat wajah karena penasaran dengan apa yang terjadi."Ada apa Tuan Blanc?" tanya sekretaris berambut kemerahan itu."Hmm, peringkat Blanc semakin turun, sedangkan Blair yang tak diperhitungkan semakin naik. Ini sungguh memuakkan," keluhnya.Sekretaris cantik itu pun mengangguk tanda mengerti. Ia juga sempat memperhatikan peringkat itu, dan merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya."Ah sudahlah! lebih baik kau temani aku saja. Kita cari hotel dan bersenang-senang,Pagi ini adalah hari kedua perang dingin antara Nicko dan Jo. Bahkan malam kemarin Nicko masih saja tidur di ruang TV, dan tentu saja ini membuat mertuanya merasa senang. Itulah sebabnya kali ini mereka tidak membully Nicko dan membahas perpisahannya dengan Josephine."Nicko, setelah kau antar Josephine, ambilkan pesananku di butik!" perintah Daisy sambil menyerahkan nota pembelian."Baik Bu!" jawab Nicko tanpa membantah. Namun diam-diam ia menantikan sesuatu.Diam-diam ia menghitung sampai sepuluh dalam hati. Ia ingin tahu bagaimana kelanjutan cerita Daisy dan tagihan makan siang di hotel Emerald. Sejak semalam, wanita ini sama sekali belum menceritakan apa-apa."Jo, Ibu minta uang lima ratus ribu!" kata Daisy sambil menadahkan tangan pada putrinya yang bersiap-siap untuk pergi kerja."Untuk apa Bu? Bukankah aku sudah memberikan separuh dari gaji terakhirku pada Ibu sewaktu aku masih bergabung dengan Hotel Windsor," j
Pasangan muda itu masih terlihat kaku dan dingin tak seperti biasanya. Kebiasaan sang suami mengantar istri ke kantor terkesan seperti sebuah kewajiban saja, bukan karena rasa cinta yang seharusnya diberikan."Kau akan pulang jam berapa?" tanya Nicko saat membukakan pintu mobil untuk istrinya."Seperti biasa jam enam sore, aku akan memberitahumu jika ada perubahan," jawab Josephine dengan nada yang datar."Oh, baiklah."Sebenarnya ingin sekali Nicko memberikan kecupan hangat di kening istrinya seperti yang biasa dilakukan olehnya. Tentu saja ia sudah tak tahan lagi untuk saling diam dengan istri cantiknya.Namun melihat sikap Jo yang masih dingin dan tidak bersahabat membuatnya mengurungkan niat. Ingin minta maaf, tapi khawatir istrinya makin bertambah marah. Sepertinya memang sudah digariskan kalau sebagai laki-laki ia harus dipersalahkan terus."Sayang, sampai kapan kau akan bersikap angkuh seperti ini?
Sedan hitam nan mewah baru saja berhenti di kawasan niaga, tempat butik-butik mewah berjajar dan berlomba-lomba menarik pelanggan. Adalah seorang perempuan berambut pirang keluar dari sedan mewah itu. Ia sedang butuh hiburan, di tengah kebosanan dan kegelisahan yang melanda pada kehidupan pribadinya."Anda butuh ditemani Nyonya?" tanya sopir yang mengantarnya."Tidak usah, kau pulang saja. Aku akan menghubungimu jika sudah selesai!" katanya kemudian memasang kacamata hitam.Dialah Catherine Blanc, atau kakak kandung Josephine. Sudah jadi kebiasaannya untuk menggunakan uang yang diberikan oleh sang suami saat kebosanan melanda.Beruntung, suaminya Armando memberikan fasilitas uang belanja yang tak terhitung. Sehingga, ia bisa memanjakan dirinya dengan berbelanja di butik-butik mewah, kemudian memanjakan diri dengan rangkaian perawatan di spa favoritnya.Catherine pun melenggang dan melangkah anggun di kawasan pedestrian
Bugh!Armando memegangi pipinya karena merasakan tinju yang menghantam dengan keras."Huh dasar pengecut!" ledek laki-laki yang baru saja melayangkan tinju pada wajah suami Catherine."Hei ipar tak tahu malu! Jangan ikut campur urusan keluargaku!" maki Armando pada laki-laki itu, dialah Nicko."Hmm aku tak berniat ikut campur, tapi anggap saja hari ini kau sedang sial hingga aku terpaksa memukulmu," ejek Nicko.Tak hanya Armando yang terkejut akan kehadiran Nicko yang tiba-tiba. Namun juga Catherine, ia tak mengira adik ipar yang selama ini selalu ia cemooh tiba-tiba datang dan membelanya.Secara kebetulan Nicko akan memasuki butik yang ada di samping MaBelle untuk mengambil pesanan mertuanya. Saat itulah ia mendapati Armando baru saja menampar istrinya untuk pertama kalinya.Memang benar, Catherine selama ini selalu menghina dan meremehkannya. Terlebih saat kakak iparnya didampingi sang suami
"Bagaimana keadaanmu?" tanya laki-laki berambut cokelat itu pada kakak iparnya."Eh aku ... Aku, ya merasa lebih baik," jawab Catherine yang masih dikuasai oleh keterkejutan."Kau mau kuantar pulang?" tawar Nicko, tapi Catherine menggeleng. Namun ia justru melangkah mendekati adik iparnya."Terima kasih," jawabnya disambut anggukan Nicko."Aku tak ingin pulang, bawa aku ke tempat Ibu saja!" pinta Catherine."Hmm baiklah, tapi aku akan mengambil pesanan Ibu mertua dulu," kata Nicko sambil menunjuk ke arah butik."Tunggu! Aku ikut!" pinta Catherine.Kakak ipar Jo tahu kalau butik yang ditunjuk Nicko biasa dikunjungi oleh kaum kelas atas. Ia khawatir Nicko akan diperlakukan tidak baik oleh karyawan di sana lantaran penampilannya.Kakak Josephine beranggapan dengan pergi bersamanya, maka Nicko tak akan dianggap sebagai pengemis lagi. Namun ia lupa dengan tampilannya yang sekarang.
Sebenarnya ia ingin tertawa melihat penampilan kakak iparnya kali ini. Perempuan yang biasa tampil elegan itu tampak seperti orang bangun tidur. Namun mengingat apa yang baru dialami Catherine membuat Nicko mengurungkan niatnya untuk tertawa."Sekarang, apa menurut kalian, kalian pantas berada di sini?" tanya pelayan toko yang sombong itu sambil melangkah dan berkacak pinggang.Catherine yang tak pernah diperlakukan seburuk ini pun terkejut. Masih tak terima ia pun mengeluarkan kartu member butik dan memberikannya pada pelayan toko."Kalian lihat ini, aku memiliki kartu platinum di sini!" serunya sambil menyodorkan kartu itu.Namun sang pelayan hanya menepiskan dan mencibirnya, "Kartu siapa yang anda curi?"Perempuan itu pun mengerang kesal dan merasa dirinya gagal. Nicko yang mengetahui hal ini pun segera menghampiri untuk memprotes.Sebenarnya mudah saja baginya untuk menghentikan pelayan itu. Ia tinggal
Daisy menyambut menantunya dengan umpatan begitu ia tiba di rumah keluarga Windsor."Lama sekali, memang apa susahnya untuk mengambil pesananku!" seru Daisy geram.Nicko hanya menunduk diam, dan menoleh ke belakang. Saat itu Catherine melangkah dengan ragu-ragu."Maafkan aku, tadi aku memintanya untuk menjemputku Bu," kata Catherine berbohong."Oh, kalian datang bersama, yah sudahlah. Tumben sekali kau mau menumpang mobil jelek itu? Sopir dan mobil mewahmu kemana?" tanya Daisy penasaran.Catherine pun tertunduk saat mendengar pertanyaan ibunya. Ia bingung bagaimana harus menjawab, karena tak ingin keluarganya tahu tentang masalah yang dihadapinya.Tampaknya Nicko mengetahui apa yang tengah dipikirkan oleh Catherine. Pemuda itu menduga kalau kakak iparnya tak ingin membuat Ibunya bersedih jika tahu apa yang tengah dialaminya."Tadi Catherine bilang sopirnya sedang libur dan ia bilang ingin ke s
Sebuah sedan mewah berhenti di kawasan sentra niaga kelas atas. Seorang pemuda berpakaian rapi serta berkelas pun keluar dari pintu belakang mobil setelah seorang pria berjubah hitam membukakan pintu."Silakan Tuan Muda," katanya.Sang Tuan Muda pun melangkahkan kakinya menuju J Couture, sebuah butik kenamaan untuk pria dan wanita. Butik yang memang dikhususkan untuk mereka yang berada pada kelas menengah atas.Kedatangannya dengan pengawal tentu saja disambut ramah oleh pegawai toko. Bahkan mereka rela mengesampingkan tamu yang sudah datang hanya untuk menyambutnya.Ia hanya memandang mereka dengan sinis di balik kacamata hitamnya dan senyum yang mengejek."Sebuta itukah mereka akan penampilan?" tanyanya dalam hati.Pemuda itu pun terus melangkah saat mendekati sosok wanita berahang besar yang berhasil ditangkap oleh matanya. Pelayan toko berahang besar itu baru saja meletakkan pesanan seseorang di meja k
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt