Share

BAB 11 Sunyi

Penulis: Yolaagst
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bukanya tak punya teman, hanya saja teman belum pasti menemani. Aku sendirian di sini.

»|«

Di setiap hari Jumat, Bu Lisna pasti menutup tempat makannya. Maka dari itu, Jihan sekarang hanya berdiam diri saja di kamar kosnya. Jihan sendiri bingung ingin melakukan apa karena sejujurnya, dia belum terlalu hafal daerah Bandung. Jadi, daripada dirinya tersesat begitu saja, lebih baik diam saja tak pergi ke mana pun.

Ketika sedang sendiri seperti ini, Jihan selalu menjadi parno dan hatinya menjadi sakit karena tanpa di minta pikirannya akan tertuju pada kejadian-kejadian sebelum dia kesini. Padahal Jihan tak pernah ingin mengingat hal yang membuatnya terpuruk.

Jihan menghapus air mata yang mengalir membasahi kedua pipinya. Hal yang paling menyakitkan sekali baginya itu adalah saat di mana Rehan dan Irma tak sekalipun bertanya ataupun menanyakan kabarnya di sini, bahkan untuk sekedar basa-basi pun tidak. Jihan ingat terakhir kali, Rehan meneleponnya adalah tiga minggu ya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tentang Harapan   BAB 12 Ukiran

    Ada jutaan ukiran yang terpajang di sana Salah satunya kisah kita yang baru saja mulai »|« Semilir angin sore menyapu pandangan Jihan yang tertutup oleh helaian rambutnya. Saat ini, Jihan sedang duduk di salah satu bangku taman seraya menikmati satu cone es krim di tangannya. Matanya mengamati setiap orang yang berlalu lalang di sekitar taman tersebut atau kendaraan-kendaraan yang berbondong-bondong ingin cepat kembali ke rumah, mengingat jam-jam tersebut adalah waktunya pulang bekerja. Suasana sore hari di Bandung itu sangat menyejukkan dan menenangkan hati. Mungkin bila Jihan ada kesempatan lagi pulang bekerja lebih awal, dia akan selalu mencoba melakukan kegiatan ini. Itung-itung sebagai sesuatu hal yang menyembuhkan hatinya sendiri. Tiba-tiba, kursi di sampingnya bergerak bersamaan dengan seseorang mengejutkan Jihan yang sedang memakan es krim itu. “Halo, Jihan,” sapa Kenzo yang langsung duduk di samping Jihan. “Eh- kaget, ya? Sorry.” Lelaki itu terse

  • Tentang Harapan   BAB 13 Bertemu Lagi

    Aku dan dia kembali bertemu dengan sorot pandangan yang sama, tak lupa dengan senyumannya yang tak pernah berubah»|«Tempat makan Bu Lisna saat ini sedang sepi karena belum waktunya makan siang. Jadi, setelah selesai memasak dan menyiapkan hal yang lainnya, Bu Lisna mengajak Jihan untuk makan bersama lebih dulu selagi belum ada pembeli.“Jihan, ijazahnya masih belum keluar?”Jihan menggeleng sebagai jawaban. “Belum ada informasi lagi dari sekolah, Bu.”Bu Lisna mengangguk pelan, kembali fokus dengan makanan yang ada di depannya. “Betah enggak kerja disini?”Senyum lebar tercipta di bibir Jihan. “Betah, Bu. Ibu sebagai pemilik baik sekali ke Jihan yang baru pertama kali kerja.”Tangan kiri Bu Lisna terulur mengelus bahu Jihan. “Ibu juga punya anak seumuran sama Jihan. Apalagi Jihan lagi merantau kayak gini. Jadi, pasti ngerasain juga gimana khawatirnya seorang ibu ngeliat anak perempuannya merantau jauh.”

  • Tentang Harapan   BAB 14 Desakan

    Aku kembali di hadapkan oleh paksaan yang membuatku tertekan »|« Sudah berbulan-bulan lamanya setelah kejadian dimana Bara menghancurkan kehidupan Jihan. Dia merasa menjadi lelaki paling berengsek di dunia karena tidak bisa bertindak tegas untuk mengambil keputusan. Bahkan, Rama sang Papa pun seperti tak memiliki perasaan bersalah telah menghancurkan satu keluarga. Tangannya menekan kontak seseorang yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya. Nada sambung pertama, Bara berharap diangkat oleh si pemilik. Nada kedua, jantung Bara berdebar. Nada ketiga, tak kunjung juga di angkat. “Sebenci itukah kamu sama saya?” Diliriknya Rama yang baru saja pulang kerja. Tanpa pikir panjang lagi, Bara menghampiri sang Papa. “Pa.” Bara berjalan mengikuti langkah Rama. “Sudahlah, Bara. Enggak perlu kamu bahas hal ini lagi, percuma.” Bara mengacak rambutnya frustrasi lalu berlari menghadang langkah Rama. “Apa Papa yakin dengan keputusan Papa? Aku udah

  • Tentang Harapan   BAB 15 Hangout

    Ternyata sesederhana ini mencari definisi kebahagiaan»|«Malam ini hujan mengguyur kota Bandung. Kenzo yang sedang santai pun mengajak Jihan untuk makan malam bersama di luar, kebetulan juga Jihan hanya bekerja setengah hari dan belum makan siang karena bingung harus kemana dan melakukan kegiatan apa. Jadi, perempuan itu menerima ajakan Kenzo.Bukan tanpa alasan Kenzo mengajak Jihan keluar. Beberapa waktu ini, keduanya tampak lebih dekat dan Jihan pun sedikit terbuka dengan Kenzo. Anehnya, Jihan tak merasa ketakutan ketika bersama lelaki itu yang ada hanya kenyamanan yang hadir. Begitu pula dengan Kenzo yang memang sudah merasa kenyamanan itu lebih dulu, bahkan lelaki itu merasa ingin terus melindungi Jihan yang terasa rapuh di dalamnya. Meski sebenarnya Kenzo belum menahu tentang Jihan.Ketika sedang asik makan dan mengobrol bersama, sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Jihan. Sekali masih di abaikan olehnya, namun sudah berkali-kali hingga pons

  • Tentang Harapan   BAB 16 Penampilan Baru

    Bukankah semua orang pasti mengalami perubahan? »|« Jihan sudah selesai di potong rambutnya. Dia menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan potongan rambut pendek sebahu dengan poni tipis ala Korea yang membuat wajahnya terlihat berbeda. Merasa cukup melihat perbedaan yang ada di dirinya, Jihan bangkit untuk membayar. Masih belum berani melirik Kenzo yang sedari tadi melihat padanya sejak awal duduk di depan cermin. Kenzo tak dapat menahan senyumnya, bahkan tanpa sadar tangannya terangkat untuk mengacak rambut fluffy Jihan saat ini. “Lucu banget, sih,” komennya. Mendengarnya, entahlah Jihan merasa hatinya menghangat dan membalas senyum Kenzo saat keduanya saling melirik malu-malu. “Aku cocok enggak pakai begini, Mas?” Kenzo mengangguk semangat. “Cocok banget, keliatan baby face jadiny. Lucu~” Keduanya tertawa bersama dengan pipi Jihan yang merona malu. “Bentar, aku mundurin dulu motor.” Kenzo memberikan satu helm kepada Jihan, lalu n

  • Tentang Harapan   BAB 17 Bertemu Teman Lama?

    BAB 17Bertemu Teman Lama? Nyatanya hubungan pertemanan kita hanya sampai disitu sajaJadi, haruskah aku anggap kau menjadi teman baikku? »|«Sekali lagi Jihan memandang dirinya dari pantulan cermin. Memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja dengan keputusan untuk mengubah penampilannya sendiri.Dering ponsel yang menampilkan kontak lelaki bernama Kenzo itu memecah lamunan Jihan. “Iya, Mas?” ucap Jihan sesaat panggilan tersebut tersambung.“Aku udah sampai depan gerbang, tapi ini lagi di warung dulu. Bentar, ya?” ucap Kenzo. Tangan kirinya memegang ponsel dekat telinga, sedangkan tangan kanannya mengambil dua botol minuman dingin, sebuah coklat serta makanan ringan seperti chiki. Ketika panggilan keduanya sudah terputus, Kenzo segera membayar belanjaannya. Bu Lia yang melayani lelaki tinggi itu tersenyum saja. “Aduh, mau pergi sama Jihan, ya?”“Eh?” Ke

  • Tentang Harapan   BAB 18 Berbunga

    Inikah perasaan yang disebut berbunga di dalam hati? Ternyata rasanya sangat menyenangkan dan membuat hati bahagia»|«Di kantin kampus yang Kenzo datangi tak terlalu ramai. Lelaki itu duduk sendirian selagi menunggu sahabat-sahabatnya datang. Mengingat hal yang nembuat hati Kenzo menghangat adalah kejadian kemarin. Dimana dirinya memberanikan diri untuk mengungkapkan maksud perasaannya secara jelas pada Jihan, sosok perempuan dengan suara lembut dan sikap yang tenang dalam menghadapi apapun. Sejujurnya, Kenzo tak memiliki kriteria yang bisa di jadikan sebagai perempuan idamannya. Bukankah seluruh perempuan akan terlihat istimewa di mata lelaki yang tepat?Hanya saja Kenzo sampai sekarang belum menemukannya. Ah— sebenarnya ada satu perempuan yang selalu menarik waktu, pikiran dan hati Kenzo untuk selalu berpusat padanya. Dia bernama Jihan. Seorang siswa lulusan SMK Pramudya yang pernah dia lihat kala mempromosikan kampusnya waktu itu.

  • Tentang Harapan   BAB 19 Terkuak

    Bukan ini yang terjadi seharusnya»|«“Mau kemana kamu?”Suara berat milik sang Papa membuat Bara menghentikan kegiatannya mengenakan sepatu. Lelaki itu menghela napasnya dengan berat. “Aku udah besar. Jadi, Papa enggak perlu tau aku mau pergi kemana dan dengan siapa.”Rama menurunkan koran yang menutupi wajahnya, lalu melipatnya. “Papa cuma memastikan aja kalau kamu enggak buat ulah yang mempermalukan nama keluarga.”Sebelum menjawab, Bara berdiri. “Lagipula Bara memang sudah mempermalukan keluarga dengan merusak masa depan perempuan dan Papa melarang Bara untuk bertanggung jawab.”“Jangan kurang ajar kamu, Bara!”“Jadi, Bara begini karena didikan siapa?”»|«Pintu kayu itu di ketuk pelan oleh Bara yang mendatangi kediaman keluarga Jihan, berharap bisa bertemu dengan perempuan itu. Pintu tersebut terbuka menampilkan sosok Irma yang memandangnya dengan raut wajah bahagia. “Nak, Bara. Silakan masuk ke dalam.”

Bab terbaru

  • Tentang Harapan   BAB 35 Wisuda

    Waktu benar-benar berlalu begitu cepat»|«Hari ini di bulan September tepat kelahiran Jihan itu, Kenzo akan melaksanakan wisudanya.Ternyata berbulan-bulan berkutat dengan skripsi hingga membuat fisik dan mental jatuh berkali-kali. Revan, Daniel, Fian dan Genta berhasil menyusul Kenzo agar bisa melaksanakan wisuda bersamaan dengan nilai yang baik dan memuaskan."Wah, gila! Nggak nyangka kita bakal lulus wisuda bareng-bareng." Genta menyorak senang seraya melepas topi toganya."Gue juga masih nggak nyangka kali," ucap Daniel. Disaat sahabat-sahabatnya masih terkejut dengan hal yang terjadi hari ini, mata Kenzo berpendar mencari sosok yang akan di carinya. Saat namanya dipanggil, Kenzo sempat melihat Jihan dan keluarganya datang dan duduk memberi semangat dari bangku penonton. Ah, hatinya benar-benar menghangat sekali. Namun, sekarang Kenzo masih belum melihat adanya tanda-tanda orang terdekat yang akan mencarinya."Ken, keluarga lo mana? Kita bentar lagi mau foto 'kan?" tanya Revan

  • Tentang Harapan   BAB 34 Rencana Temu

    »|«Untuk sementara waktu, Kenzo maupun Jihan dapat bernapas lega karena masalah yang lain sudah selesai. Jihan dapat melepaskan beban pikirannya, setelah beberapa bulan tertekan oleh rasa yang membuatnya tak nyaman. Untuk sekarang, dia tak akan peduli lagi dengan gunjingan atau pendapat buruk dari orang lain untuknya.Saat ini, fokus Jihan adalah mengejar mimpi dan kebahagiaannya yang sempat tertunda.Begitu pula bagi Kenzo. Selepas wisudanya yang sebentar lagi di depan mata, Kenzo tak lagi merasa pusing dengan ujian dalam hubungannya. Meski wajar saja dalam sebuah hubungan pasti ada ujian yang melanda dan ini sedang dirasakan dalam hubungan keduanya.Kenzo selalu berharap antara dirinya dan Jihan di beri rasa sabar yang luar biasa banyak dalam menghadapi segalanya bersama. Sejujurnya, Kenzo belum melamar secara resmi kepada Jihan. Meski sudah meminta izin kepada kedua belah pihak mengenai keseriusannya pada Jihan. "Apa gue lamar Jihan di hari kelulusan gue pas pake baju toga aja,

  • Tentang Harapan   BAB 33 Sidang

    Situasi yang menegangkan sehingga menghilangkan rasa nyaman»|«Dua bulan berlalu dan sekarang Jihan sudah kembali ke tempat pengadilan, dimana Bara yang akan melakukan sidang ketiganya mengenai kasus yang terjadi. Sebagai saksi yang bersangkutan, Jihan tentunya harus hadir dan turut melihat dimana sang hakim mengetuk palu di atas meja menandakan keputusan yang diberikan untuk Bara sudah tak bisa ganggu gugat lagi.Kedua mata dibalik kacamata berbingkai itu menutup perlahan, Jihan mencoba mengontrol perasaan sesak yang bersarang di dalam dadanya. Kenapa? Kenapa Jihan merasa semuanya terasa begitu menyakitkan? Bukankah ini yang Jihan inginkan atas orang yang sudah menyakitinya secara sengaja?Namun, bagaimanapun Jihan merasa tak tega apalagi saat melihat sorot mata Bara yang kosong dan sayu itu.Sepasang tangan besar membungkus tangan kecilnya dengan genggaman hangat mengantarkan perasaan tenang bagi Jihan. "Jihan, kamu tolong kuat, ya?" bisiknya pelan membuat Jihan membuka kedua ma

  • Tentang Harapan   BAB 32 Kabar Mengejutkan

    Hanya berniat jujur untuk menceritakan semuanya »|«"Ada apa, Ken?" Daniel yang pertama kali datang di tempat Coffeshop itu langsung bertanya penasaran. "Tunggu yang lain dulu, Niel. Bentaran lagi paling juga," balas Kenzo yang di angguki Daniel.Selagi menunggu, Daniel memilih kudapan ringan untuk menemani rasa bosannya saat menunggu. Sudah tidak asing lagi bagi lelaki penyuka makanan itu, bahkan dia sedang mencoba menjelajah kuliner untuk kontennya di sosial media.Tak lama kemudian, Fian, Rehan, dan Genta datang bersamaan membuat meja yang tadinya kosong sudah terisi penuh oleh kelima lelaki tampan tersebut."Tumben barengan?" tanya Daniel seraya memakan kentang gorengnya."Kita dari kampus abis ketemu pembimbing dosen," jawab Genta."Oh, pantes. Pesennya nanti aja," sahut Daniel membuat yang lainnya memandang tajam. "Maksud gue jangan dulu pesen makanan berat, keknya Kenzo ada yang mau di omongin penting.""Ya, udah. Gue pesen minu

  • Tentang Harapan   BAB 31 Menyelesaikan

    Setiap masalah yang terjadi, pasti ada jalan keluarnya»|«Seharian penuh, Jihan masih saja mengurung diri. Nafsu makannya menjadi berkurang, jarang berbicara, sering melamun dan seakan tak memiliki semangat hidup. Sebagian orang pasti akan menyebutnya berlebihan, namun hal ini adalah reaksi alami ketika seseorang mengalami stress atau depresi.Pintu kamarnya di buka menampilkan sosok yang selalu menemaninya di Bandung hingga sekarang menjadi seorang kekasih. Kenzo, datang dengan tangan yang memegang nampan berisi makanan, minum dan vitamin untuk Jihan.“Jihan?” Jihan menoleh sekilas, lalu kembali pada posisi semulanya. “Loh, enggak kangen sama Mas?” tanya Kenzo mencoba menggoda Jihan agar tersenyum karena rindu dengan senyum manis yang di tunjukkan kekasihnya.Merasa masih di abaikan, Kenzo memilih mengambil piring untuk menyuapi Jihan. “Sini, makan dulu.” Jihan membuka mulutnya sedikit. “Aku enggak nafsu, Mas.”Kenzo meno

  • Tentang Harapan   BAB 30 Waktu

    Ternyata waktu berlalu begitu cepat tanpa dirasa »|« “Ibu, lagi apa?” Tangan besar Kenzo merangkul bahu Nina yang sedang menyiapkan perlengkapan barang untuk di bawa ke dalam bagasi. Nina menoleh menatap putra sulungnya seraya tersenyum lebar. “Ini bawain, ya?” “Oke, Bu.” Kenzo dengan sigap membawa tas besar berisi pakaian dan beberapa perlengkapan lainnya untuk keperluan di hotel nanti, namun lelaki itu kembali memutar tubuhnya. “Ibu-” “Iya, iya. Ibu tau, nanti di bawakan kue yang kemarin di buat untuk Jihan dan keluarganya.” Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Kenzo berniat bersilaturahmi dengan keluarga Jihan sekaligus membawa izin pada kedua orang tua gadis itu untuk di ajak ke Bandung saat wisuda Kenzo nanti. Keluarga Syahputra memang membawa barang cukup banyak karena akan liburan sekaligus berkunjung ke rumah keluarga Jihan. Lagi pula kekasihnya sudah mengetahui hal ini. “Rey yang bawa, boleh enggak, Yah?” Pinta Rey pada Aris ya

  • Tentang Harapan   BAB 29 Komitmen atau Janji

    Semoga hubungan yang aku harapkan ini baik-baik saja »|« Saat memasuki cafe yang akan menjadi tempat bertemu, Jihan berjalan menghampiri meja yang terdapat kekasihnya. Jihan merasa gugup sekarang sehingga jantungnya berdegup kencang tak tertahan membuatnya tak nyaman saat mendengar suara debaran tersebut. Jihan harap Kenzo tak akan menyadari kegugupan dan kecemasan yang di alaminya sekarang. Keduanya hanya memesan minuman biasa, namun Kenzo yang lebih dulu peka dengan ketidaknyamanan yang di rasakan kekasihnya saat ini. “Sebelum pergi, kita makan siang dulu, ya?” Jihan hanya mengangguk sebagai jawaban, membuka buku menu untuk memilih makanan yang akan di pesan. “Jihan apa ada yang mengganggu kamu?” tanya Kenzo dengan hati-hati. Mata coklat terangnya menatap sang kekasih yang berulang kali mengembuskan napasnya dengan kasar. Walau ragu, Kenzo memberanikan diri untuk menggenggam tangan kanan Jihan secara perlahan. “Enggak ada kok, Mas.” Jihan menggel

  • Tentang Harapan   BAB 28 Jujur

    Kejujuran tak selalu berakhir menyakitkan bukan?»|«Sinar matahari mengintip malu-malu di antar gorden kamar Jihan yang masih tertutup. Sang pemilik kamar nyatanya sudah terjaga dari tidurnya hanya saja belum mau beranjak meninggalkan kasur untuk keluar kamar.Setiap panggilan sang Mama yang mengajaknya sarapan pun dia tolak begitu saja. Kedua matanya sembab karena terlalu lama menangisi ucapan para ibu-ibu semalam. Jihan menggeleng, mengusap wajahnya dengan kasar. Pikirannya terasa kacau sekali hari ini karena memikirkan alasan apa yang membuatnya bisa sampai di gunjing seperti itu, terlebih lagi di depan kekasihnya. Suasana hatinya benar-benar buruk sekali, Jihan hanya takut bila Kenzo akan percaya dengan ucapan-ucapan semalam. Ponselnya berbunyi menyadarkan Jihan dari acara melamunnya.“Pagi, Jihan?” sapa Kenzo di seberang sana.Jihan tersenyum tipis dengan matanya yang berat. “Pagi.”Suara serak yang di dengarnya membuat Ken

  • Tentang Harapan   BAB 27 Berkunjung

    Pertama kali bertemu, mengapa harus berantakan seperti ini»|«Untuk pertama kalinya antara Jihan dan Kenzo bertemu setelah beberapa minggu terpisah dengan hubungan jarak jauh. Sebenarnya niat Kenzo ini sudah disiapkan dari jauh-jauh hari, di hati kecilnya berharap Jihan menerimanya.Manik coklat terangnya melihat seseorang yang sudah di nantikannya sejak awal. Langkah kaki jenjangnya perlahan menghampiri Kenzo yang sudah duduk di meja bernomor dua belas.“Hay!” Jihan menyapa dengan senang. “Mas Kenzo apa kabar?”Senyum lebar Kenzo membuat Jihan yang melihatnya turut tersenyum. “Enggak, Jihan pasti baik-baik aja ‘kan?”“Kayak yang Mas liat.”Kenzo menggeleng. “Bukan, maksudnya Jihan pasti baik-baik aja ‘kan enggak ketemu sama Mas?”Perlahan pipinya berubah memanas menimbulkan semburat merona yang menambah kesan manis di wajah Jihan saat tersenyum malu. “Padahal Mas enggak baik-baik aja karena rindu. Untungnya sekarang bisa ke

DMCA.com Protection Status