Alya, Akmal, dan Jasmin segera merapat menyaksikan rekaman CCTV yang diputar lewat note book Bagas. Rekaman itu memperlihatkan laki-laki yang sedang menyandarkan lengannya pada pembatas kapal di area berjemur dekat kolam renang.
“Apa laki-laki ini Wildan, Pak?” Jasmin yang tidak terlalu familiar dengan sosok itu mencari kejelasan.
“Disaksikan saja dulu, Bu, sampe selesai,” tukas Bagas.
Setelah mendapat jawaban itu Jasmin kembali fokus pada layar note book. Sebenarnya pertanyaan itu wajar. Sebab kamera CCTV hanya dapat menyorot bagian punggung. Tak lama kemudian datang seseorang memakai hoodie mendekati laki-laki yang berdiri di tepi batas kapal tersebut. Mereka terlihat berbicara. Hingga kemudian si laki-laki mendekati sosok di sebelahnya.
Alya sempat memalingkan wajahnya begitu melihat dua oran
Akmal memandang istrinya. Kode agar wanita di sebelahnya itu kini yang mulai bicara. “Karena kami mikirnya Mbak Nita sekarang yang lagi dekat sama Wildan. ‘Kan Mbak sendiri yang kemarin bilang jika –” Alya menahan ucapannya. Hampir saja dia akan bilang jika kalian pernah tidur bersama. Bagaimanapun itu aib, tak perlu dia ungkit. Apalagi ada Akmal di sampingnya yang belum tahu fakta ini. “Jika Mbak mau jadi ibu tirinya anak-anak.” Alya melanjutkan perkataannya yang terpotong tadi.“Wildan jatuh ke laut.” Dengan wajah tanpa ekspresi Nita mengucapkannya.Alya terperangah mendapat keterangan yang begitu cepat itu. Hal ini memang sudah diduganya, namun mendapat keterangan langsung dari saksi tetap saja membuatnya syo
“Mak Cik, liat ada mayit!” Salah seorang yang hendak pulang dari berjemaah salat Asar berteriak. Orang-orang ikut mendekat begitu mendengar kata-kata mayit.“Astaghfirullah! Tolong Atuk…. Atuk tolong!” teriak yang lainnya.“Ada apa ribut-ribut?” Syaikh Saleh selaku imam salat mendekat.Begitu melihat tubuh terkulai di tepi pantai, Syaikh Saleh perlahan mendekati jasad tersebut. Dipegangnya pergelangan tangan tepat pada denyut nadinya.“Masyaallah, nadinya masih berdenyut. Lekas panggil ambulans!” perintah Syaikh Saleh lantang.🌷🌷🌷Di ruang tunggu bandara Changi, Singapura, Alya bersandar lemas pada bahu suaminya. Wajahnya juga tampak pucat.“Kamu kenapa, Yang? Masih memikirkan Wildan?” Akmal khawatir terhadap kondisi istrinya. Namun terselip cemburu di dalamnya.“Rasanya
“Saya ragu, Syaikh. Haruskah saya kembali bekerja di kapal? Sepertinya pekerjaan itu menjauhkan saya dari jalan Tuhan.” Syaikh Saleh terbatuk mendengar pernyataan laki-laki di depannya itu. Kemudian beliau menyilangkan kedua kakinya dari yang semula duduk berselonjor.“Tidak ada pekerjaan yang menjauhkkan dari Jalan Tuhan selama yang dilakukan itu halal, Mas. Apakah menjalankan kapal itu haram?” Pertanyaan retoris Syaikh Saleh itu tak memerlukan jawaban. “Tapi lingkungannya, Syaikh.” “Lingkungan itu diciptakan oleh penghuninya,
“Semua peristiwa yang kita alami di dunia ini hakikatnya hanyalah ujian untuk mengetahui siapa yang terbaik cara mengabdinya.” Syaikh Saleh sedang berdiri di atas mimbar. Beliau ceramah dengan logat melayunya. Tiap Ahad bakda Subuh pekan pertama dan kedua di masjid pesantren diadakan pengajian umum. Warga sekitar atau wali santri yang bermalam saat menjenguk anaknya pasti tidak akan melewatkan kegiatan ini. Di antara ratusan jemaah itu ada lelaki beralis tebal yang juga ikut menyimak. “Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Mulk ayat 2. Alladzi kholaqol mauta wal hayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amala…..” Syaikh Saleh melafadzkan ayat tersebut dengan fasih. 
“Mas, aku mau cerita tapi kamu jangan marah, ya?” Alya sedang duduk di kursi goyang. Pemandangan taman mini di halaman rumahnya yang baru menjadi tempat favorit menghabiskan sore.“Ngomong saja. Mau minta rujak cingur lagi?” Akmal memperlihatkan giginya yang rapi. Selama hamil istrinya itu memang sering minta dibelikan beraneka ragam rujak. Mulai dari rujak kikil, rujak cingur, rujak manis, dan rujak gobet.“Hm … bukan.” Wanita yang perutnya mulai buncit itu menggulung-gulung ujung kerudungnya.“Lalu?”“Aku mimpi Rohim sama Rheza diajak ayahnya pergi sholat jama’ah ke masjid. Lain waktu lagi mereka main bola di sebelah,” ucap Alya sambil menggigit bibir bawahnya. Bersiap Akmal mungkin akan marah atau cemburu.Perumahan garapan tangan dingin Akmal ini memang kelasnya diperuntukkan kalangan menengah ke atas. Sehingga, dised
“Pak, aku mau nyari Nely.” Perempuan yang sudah mempunyai lima cucu itu hanya membolak-balik tempe goreng yang sudah tercampur bumbu pecel.“Mau nyari ke mana toh, Buk’e?”“Aku tak ke rumah Wildan iku, Pak. Mestinya Nely di sana.”“Lah emange ngerti rumahnya?”“Ngerti, Pak. Dulu ‘kan pas Nely jatuh dari sepeda terus keguguran, aku dampingin dia pulang ke rumah Wildan,” ucap Bu Danu yang sudah tak kuat menanggung rindu.“Oalah, Buk, Buk. Nanti malah bikin masalah.”“Ora, Pak. Atiku enggak tenang iki,” kilah Bu Danu sambil mencak-mencak. “Assalamu’alaikum!” Perempuan berwajah ayu mengucapkan salam di pintu pagar. Pak Danu dan istrinya yang sedang menikmati
“Mau kemana, Bro? Dah rapi banget. Pake baju koko macam ustaz saja.” Joseph yang sedang tidur-tiduran keheranan melihat teman sekamarnya.“Aku rencananya tiap kapal sandar di Penang akan ke pondok Syaikh Saleh, Jo. Itu, orang yang nolong aku.”“Oh, baguslah. Oya, soal Nita. Gue minta maaf ya, Bro,” ucap Joseph sambil menepuk-nepuk punggung lelaki yang saat ini mengenakan peci warna putih. Benda yang sudah lama tersimpan di dalam lemari.“Malam itu sebenarnya gue lihat Nita yang lepasin baju lo. Dia minta bantuan gue tuk dapetin lo. Makanya gue disuruh cerita yang baik-baik tentang Nita,” jelas Joseph.“Aku sudah lupain semunanya kok, Jo. Dah, enggak usah dibahas. Aku berangkat dulu, ya. Mau, ikut?” tawar Wildan serius. Barangkali saja temannya itu ikut tobat.“Thanks, Bro! Tar deh kalo gue dah tobat,” sahutny
Di sebuah baby shop, terdapat pakaian bayi dan anak-anak yang lucu. Sebagian terlipat rapi dalam rak. Sebagian lain digantung. Hari ini Akmal sekeluarga jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Begitu melihat baju bayi terpampang di balik kaca, Alya spontan membelokkan kakinya.“Mas, ini bagus, enggak?” Alya mengambil satu baju motif bunga warna merah muda.Akmal hanya mengacungkan dua jempolnya. “Tapi itu baju anak cewek, Yang. Kita kan belum tahu jenis kelaminnya?” Tangan Akmal mengelus perut Alya perlahan.“Feeling-ku mengatakan anak kita perempuan, Mas.”“Aku pingin laki-laki,” sahut Akmal.“Kalo yang lahir cewek?”“Ya kita bikin lagi,” jawab Akmal sambil nyengir.“Sampai dapet baby boy?” Alya mempertegas maksud suaminya.