TEMEN TAPI DEMEN 5
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Cemburu memang sakit, tetapi lebih menyakitkan lagi jika cemburu kepada seseorang yang bukan pacar apalagi gebetan. Melainkan hanya sekedar temen yang lama kelamaan menjadi demen.
Soni baru menyadari jika hatinya kini mulai berbeda.
Soni masih melihat tingkah Rey yang masih saja menatap Shasa tanpa berkedip dan senyumnya yang tertarik tipis di sudut bibir.
Ada yang ingin meledak di dalam sini, tetapi bukan gas elpiji.
“Ehem! Buruan berangkat lah, entar keburu macet,” ucap Soni yang sengaja mengalihkan pandangan Rey ke arah lain.
“Kuy lah! Udah gak sabar juga,” balas Rea penuh semangat.
Sedangkan Rey, langsung mengalihkan kedua matanya ke arah lain dan melajukan roda duanya dengan hati yang mulai membentuk sebuah orkestra menyanyikan lagu cinta.
Soni memilih melajukan roda duanya di depan Rey. Ia sengaja melakukan itu agar dia bisa paham akan kedekatan yang tidak biasa dengan Shasa.
Biar Rey bisa membaca hubungan kami yang berlabel teman tetapi saling peduli. Dan semoga dia menjadi sadar diri.
Rey sendiri mulai berpikir kedekatan mereka memang begitu mendalam, terlebih lagi melihat kedua tangan Shasa yang melingkari perut Soni dengan erat.
Walapun begitu, kesempatan masih bisa terbuka lebar mengingat mereka hanya sekedar teman.
Diam-diam Rey menguatkan tekadnya untuk mendekati Shasa setelah pertemuannya malam ini.
Selama janur kuning belum melengkung, tentunya masih aman untuk ditikung.
Shasa menatap jalanan sekeliling yang dipenuhi banyak laju kendaraan. Menikmati suara deru mesin yang mampu membangkitkan suasana hatinya yang tengah mulai berisik karena jeritan kebahagiaan.
“Kayaknya nanti bakal ramai banget deh, Son! Jalanan aja macet kayak gini,” ucap Shasa sedikit berteriak di samping kiri helm Soni.
“Nanti jangan jauh-jauh dari aku. Takut ilang!” teriak Soni sambil menengok Shasa sekilas.
Shasa pun mengangguk sebagai jawaban.
Setelah hampir setengah jam bergelut dengan kemacetan, akhirnya mereka semua sampai di Alun-Alun. Banyak jalan yang ditutup untuk memberi ruang parkir dan para penonton yang berdatangan.
Setelah berpikir panjang, Soni dan Rey akhirnya memilih tempat parkir di depan sekolah menengah atas terfavorit di kota. Berjalan sedikit jauh tidak masalah bagi mereka, asal bisa mendapat ruang untuk bergerak dan tidak saling berdesakan.
Rea berjalan di samping abangnya. Agar tidak tersesat atau menyesat, Rea memilih memegang lengan Rey.
Sementara Soni, menggandeng erat jemari Shasa agar tidak terlepas karena berdesakan dengan banyak orang.
“Wah, Gila! Ramai banget, Son. Pada rindu hiburan gratis kayaknya?” ucap Shasa takjub melihat keadaan Alun-Alun yang sudah penuh sesak akan lautan manusia.
Soni melirik sekilas wajah Shasa yang berbinar penuh kebahagiaan karena sebentar lagi bisa melompat lebih tinggi bersama Sheila.
Soni masih terus mengenggam jemari Shasa dengan erat ketika melewati banyak orang hingga menemukan tempat yang tidak terlalu ramai.
Begitu juga dengan Rea dan Rey yang mengikuti mereka dari belakang.
Ketika tengah melewati gerombolan pemuda yang agak aneh, pundak Shasa tidak sengaja tersenggol hingga membuatnya sedikit terhuyung.
Karena posisi Rey yang tepat di belakang Shasa, dengan sigap kedua tangan Rey menahan tubuh Shasa yang hampir terjatuh.
“Kamu gak apa kan?” tanya Rey yang tangannya masih menahan tubuh Shasa.
Shasa menatap mata Rey yang irisnya kehitaman. Kepalanya pun mengangguk sebagai jawaban. Sedangkan bibirnya seakan tertutup rapat hingga tidak ada satu kata pun yang terucap.
Rey memang tampan dan mempesona, tetapi bagi seorang Shasa masih lebih tampan Soni. Kenapa? Karena Soni selalu ada di mana pun dan kapan pun ia membutuhkan.
Lagi, Soni merasa dadanya bergetar dan memanas. Tanpa bicara, Soni langsung menarik tangan Shasa agar bisa berdiri kembali.
Rey pun dengan pasrah melepaskan kedua tangannya.
“Ada yang sakit gak, Sha?” tanya Soni khawatir.
“Gak. Tadi cuma kaget aja,” jawab Shasa lalu memandang sekeliling area Alun-Alun.
Saat kembali berjalan menyusuri manusia yang begitu padat kemudian menemukan tempat yang sedikit leluasa. Shasa menatap panggung sekilas yang cukup berukuran besar dengan mata terharu.
Bahkan lampu warna-warni menambah kemewahan panggung untuk seorang super star.
Walau jaraknya cukup jauh, Shasa masih bisa melihat Om Brian yang berada di belakang drum. Begitu juga Om Adam yang selalu setia dengan gitar bass-nya.
Sedangkan dua pilar dari Sheila On 7 yakni Om Eross dengan gitar kesayangannya, dan juga Om Duta selaku vokalis.
“Sha, jangan nangis dong ....” ucap Soni yang melihat mata Shasa mulai berkaca-kaca.
Soni tahu, Shasa sudah mengagumi Sheila dari sejak personilnya masih lengkap, hingga sekarang tinggal empat.
“Aku gak nangis. Aku hanya seneng bisa melihat mereka manggung dengan mata kepala sendiri,” jawab Shasa sambil mengusap air matanya kasar.
Sedangkan Rey melihat tingkah Soni dengan banyak pertanyaan. “Dia pasti memiliki rasa lebih dari sekedar temen,” batinnya dalam hati.
“Jangan liatin mereka terus, Bang! Entar kesengsem sama Shasa. Mereka itu temenan tapi dijuluki pasangan,” bisik Rea di rungu Rey.
Rey melirik adeknya tajam. Bisa-bisanya yang hanya temenan bisa dijuluki pasangan?
“Emang mereka ada kata jadian?” tanya Rey ingin tahu.
“Gak tahu juga. Shasa gak pernah cerita soal itu. Yang aku tahu, mereka berdua selalu bersama di setiap moment. Entah sedih atau bahagia, entah tertawa atau menangis, mereka akan membaginya satu sama lain,” jelas Rea panjang lebar.
Rey yang mendengar pun mulai sedikit memahami hubungan apa yang mereka jalani.
“Selamat malam warga Kebumen? Seneng banget kita semua bisa berkumpul malam ini. InsyaAllah nanti kami akan membawakan beberapa lagu.”
Suara Om Duta mampu memusatkan beratus pasang mata dan siap menghipnotis semua manusia. Apalagi Shasa, wajahnya tak pernah berhenti tersenyum. Bahkan terlihat banyak emoji love di kedua matanya.
Suara riuh dan tepuk tangan dari penonton yang begitu banyak membuat Shasa sedikit merinding.
Inilah euforia yang sebenarnya.
Apalagi saat Om Eross mulai memetik sinar gitarnya yang disusul oleh suara gebukan drum milik Om Brian. Para wanita menjadi berteriak histeris. Ditambah lagi suasana semakin memanas ketika irama sudah mulai menggema di seluruh Alun-Alun.
Om Duta membawakan lagu ‘Khalyla’ dengan sempurna. Bahkan lagu yang kedua dan ketiga juga seterusnya mampu membuat para penonton ikut melompat lebih tinggi.
Para penonton semakin antusias dan tenggelam akan lagu yang tengah mereka nyanyikan.
Shasa pun sesekali ikut bernyanyi dan melompat bahkan melambaikan tangannya ke kanan dan kiri.
“Satu lagu sebagai penutup pertemuan yang tidak akan pernah kami lupakan. Terima kasih atas sambutan kalian semua. Saya yakin semua pasti pada tahu lagu ini.” Ucapan Om Duta lagi dan lagi mampu menghipnotis para penonton. Khusunya Shasa.
Terdengar suara intro dari lagu lawas mereka yang hampir semua penonton hapal dengan lirik lagunya.
Apalagi kalau bukan lagu yang berjudul ‘Kita.’
“Yang tahu lagunya boleh nyanyi bareng,” ucap Om Duta lagi sambil memegang mic-nya.
“Uuuuuuuuu ....”
Suara teriakan riuh para penonton semakin bertambah kencang saat Om Eross kembali mulai memetik sinar gitarnya.
Shasa pun mulai ikut bernyanyi. Dengan satu tangan yang masih digenggam erat oleh Soni.
Sementara Rey masih menatap kedekatan mereka dengan perasaan yang entah apa ia pun tidak tahu.
Ketika lagu sampai di bait reff, Om Duta melepas mic dan memberikan kepada penonton untuk melanjutkan lagunya.
“Dan kau bisikkan kata cinta. Kau t'lah percikan rasa sayang. Pastikan kita seirama, walau terikat rasa hina ....”
“Terima kasih semuanya. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan,” ucap Om Duta di akhir lagunya.
Sebelum alunan musik berhenti, Soni memilih meninggalkan Alun-Alun dengan langkah pelan dan sangat hati-hati.
Takut Shasa tersenggol lagi oleh para pria yang berseliweran mencari jalan untuk pulang.
Soni pun mengenggam erat tangan Shasa hingga sampai ke parkiran motor.
“Langsung pulang ya, Sha? Udah malem banget soalnya,” tawar Soni yang tengah mengenakan helm ke kepalanya.
“He'em. Udah jam dua belas-an kayaknya. Takut Ibu marah nanti,” jawab Shasa.
Soni memasangkan helm ke kepala Shasa saat dirinya sudah selesai mengambil motor dari parkiran.
Sementara Rey, lagi dan lagi hanya bisa melihat perhatian mereka yang menyiratkan banyak arti.
“Em, maaf, Sha. Boleh minta nomer ponsel kamu gak?” tanya Rey tiba-tiba saat Shasa akan naik ke boncengan.
Shasa menatap Rey sejenak. Kemudian beralih menatap Soni. Kedua mata Shasa seolah meminta izin Soni untuk memberikan keinginan Rey.
Soni hanya bisa menganggukan kepalanya. Tidak mungkin dia akan melarang hal yang sudah menjadi ranah privasi Shasa mau berteman dengan siapa saja.
Toh hubungan mereka hanya sekedar teman, bukan pacar, apalagi gebetan.
“Ya udah. Sini ponselmu,” pinta Shasa.
Rey langsung menyerahkan ponselnya ke tangan Shasa. Langkah awal yang cukup mulus.
Dengan gerak dua jempol, Shasa langsung menuliskan nomor dan namanya di dalam kontak ponsel Rey.
“Ini, udah.”
“Makasih, Sha. Next time aku kirim pesan,” jawab Rey seraya menerima ponsel yang diserahkan oleh Shasa.
“Oke.” jawab Shasa sambil sedikit tersenyum.
Soni pun mengalihkan pandangan matanya ke arah yang sedikit lebih gelap untuk menyembunyikan rasa cemburunya.
Setelah berusaha meredamnya, Soni kembali menatap Shasa dengan berani.
“Udah belum kenalannya? Kalau udah buruan kita balik. Udah malem banget soalnya,” ajak Soni yang langsung mendapat respon dari Rey.
“Ya udah, kamu duluan, Son.” Rey menyuruh Soni pulang lebih dulu.
Dengan cepat Shasa langsung naik dalam boncengan dengan posisi sempurna. Kemudian Rey menyusul dari belakang bersama Rea.
“Awas, Bang ... jangan macem-macem sama Shasa! Kalau sampai Shasa kenapa-kenapa, pasti Soni akan maju lebih dulu,” ucap Rea saat roda dua melaju dengan kecepatan sedang.
“Kamu tenang aja. Aku gak akan nyakiti wanita cantik seperti Shasa,” jawab Rey mantap.
Rey pun melajukan roda duanya dengan perasaan yang luar biasa. Yakni bertemu dengan wanita yang langsung mencuri hatinya pada pandangan pertama.
Mereka berdua berpisah di pertigaan dekat perbatasan desa. Rey ke arah utara, dan Soni ke arah barat.
Soni mengantar Shasa sampai di depan rumah.
“Helm-nya balikin kapan-kapan aja. Ini udah malem. Buruan masuk gih! Maaf cuma sampai sini ya? Takut rumah udah dikunci,” pamit Soni.
Sebelum benar-benar pergi, Soni berbalik dan memanggil Shasa yang hendak berjalan ke rumah.
“Sha ...?”
Shasa menoleh.
“Hem ....”
“Jangan deket-deket sama abangnya Rea. Kan baru kenal.”
“Emang kenapa? Aku gak boleh temenan sama Rey?”
“Buat jaga-jaga aja.”
“Kamu cemburu ...?”
Pertanyaan Shasa sukses membungkam mulut Soni. Bibirnya terasa kaku dan tertahan. Tidak tahu harus menjawab apa.
“Apa benar aku cemburu?”
---------***--------
Bersambung
TEMEN TAPI DEMEN 6Oleh: Kenong Auliya Zhafira Cemburu memang terkadang bisa datang ketika melihat orang yang sering bersama kita tiba-tiba mempunyai teman baru. Temen baru yang jelas-jelas menyimpan perasaan lain.Dan itu pasti datangnya selalu di akhir. Penyesalan memang terkadang selalu menakutkan.Soni tidak bisa menjawab pertanyaan Shasa sama sekali. Ia lebih memilih pergi meninggalkan rumah Shasa.Sedangkan Shasa masih terus menatap kepergian Soni yang mulai menghilang di pertigaan gang rumahnya. Hingga bayangannya tidak terlihat lagi.“Tinggal bilang cemburu aja gengsi kamu, Son ... mungkinkah sebenarnya kamu juga memiliki perasaan yang sama?” tanya Shasa dalam hati.Entah kenapa kesimpulan sepert
TEMAN TAPI DEMEN 7Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sesuatu hal yang terlalu berlebihan memang terkadang membuat orang berprasangka buruk. Bahkan mampu membuat pikiran kita menerka-nerka sesuatu yang tidak seharusnya. Shasa mulai merasa ada keanehan karena sikap ibunya yang selalu menganggap Soni sebagai calon mantunya. Memang sih, selama mengenal Soni bertahun-tahun, dia adalah pria terbaik di seluruh kampung.Kalau boleh jujur, Rey lewat ....Maka dari itu, Shasa mulai menyukainya sejak beberapa tahun terakhir. Namun, ia tidak menyangka ibunya merespon terlalu serius.Shasa masih menatap sang ibu dengan banyak pertanyaan. Ingin sekali bibirnya mengeluarkan semuanya, tetapi hanya tertahan. &nbs
TEMEN TAPI DEMEN 8Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sepandai-pandainya menyembunyikan makanan, pasti akan tercium juga baunya. Tidak ada rahasia yang selalu dijamin aman hingga titik terakhir. Pasti ada masanya akan terbongkar. Begitu juga dengan rahasia yang berusaha disimpan Hadi rapat-rapat. Meski harus terbongkar, tetapi ia tidak ingin ketahuan sekarang.Menjadikan Shasa pendamping untuk anak lelakinya adalah satu perjanjian rahasia antara Hadi dan Weni saat masih remaja.Hadi yang hanya bisa menyimpan cintanya memilih merelakan Weni hidup dengan orang lain. Akan tetapi, mereka ingin terus menyambung silaturahmi sampai nanti, hingga terciptalah perjanjian konyol itu. Saling berjanji jika suatu saat nanti punya anak akan menjodohkan mereka apabila dewasa.
TEMEN TAPI DEMEN 9 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Mengungkapkan perasaan akan selalu lebih baik daripada hanya memendam. Entah diterima atau tidak itu biarlah menjadi urusan belakangan. Yang penting keadaan hati lebih lega. Sudah menjadi sebuah resiko jika diterima atau ditolak. Setidaknya kita tidak mati penasaran karena menyimpan cinta sendiri.Soni mulai ingin menyiapkan hatinya untuk segala kemungkinan yang terjadi. Ia tidak mau rasa cemburunya terbuang sia-sia. Biarlah hari ini Rey merasakan kebersamaannya dengan Shasa. Ia ingin memberikan ruang untuk Shasa agar berteman dengan pria selain dirinya. Supaya dia tahu perbedaan hatinya sendiri.Dengan bimbang Soni akhirnya mampu menulis pesan dari Shasa yang baru dibacanya.Soni[ Maaf baru bales ..
TEMEN TAPI DEMEN 9 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSetengah jam berlalu, akhirnya mereka sampai di Pantai Suwuk. Karena bukan hari Minggu suasana sedikit sepi. Tidak seramai akhir pekan.Baru saja memarkir motor, angin khas pantai yang sepoi-sepoi membelai wajah Shasa. Ia dapat melihat air yang bewarna biru menempel di langit nan jauh di sana.Sementara bebatuan yang tertata rapi membuat debur ombak tak menghantam begitu kuat. Juga pegunungan yang berjarak begitu dekat menambah indahnya pemandangan.Sedang di sisi lain terlihat ada beberapa orang memancing ikan di atas bebatuan. Suasana seperti ini yang kadang Shasa rindukan. Ketenangan."Duduk dulu sebentar di sini ya?" pinta Shasa. Ia ingin menikmati suasana tenang ini sebentar saja."Boleh. Emang kenapa gak langsung mainan air?" tanya Rey y
TEMAN TAPI DEMEN 10Oleh: Kenong Auliya Zhafira Berpura-pura memang hal yang tidak enak dalam hidup. Karena bisa membuat semangat meredup. Shasa masih duduk seperti patung mendengar ajakan pulang dari Rey. Ia merasa tidak enak hati dan bersalah."Ayo ...! Jangan sampai aku berubah pikiran nih?" ajak Rey untuk kedua kali.Shasa pun segera bangkit dan berdiri di dekat Rey. Sungguh hatinya merasa tidak enak."Maaf ...," ucap Shasa lirih. Hanya kata itu yang bisa keluar dari bibirnya.Rey mengembuskan napasnya. Mencoba menerima keadaan hatinya sendiri. Ia memang sudah berani memasuki rumah yang sudah berpenghuni."Maaf untuk apa, Sha? Kamu kan gak salah," jawab Rey sambil menaiki motornya."U
TEMEN TAPI DEMEN 11 AOleh: Kenong Auliya Zhafira Mengabaikan seseorang itu bencana. Sedangkan diabaikan juga bencana. Sama-sama membuat darah semakin tinggi. Hingga sampai pada satu emosi yang ingin memaki juga menghakimi.Shasa merasakan emosinya kini mulai memuncak melihat Soni mengabaikan dirinya. Padahal ia sudah memberikan luka untuk Rey agar bisa bertemu dengannya. Akan tetapi, ia justru malah sibuk bermain gitarnya."Aku pulang aja, kalau kamu begini!" ucap Shasa sambil meletakkan pisau di meja."Kok, ngambek? Iya maaf ... soalnya nanggung dikit lagi lancar. Ya udah, sini, aku suapin? Mau apel atau pir?" tawar Soni dengan senyum-senyum tak jelas.Senyum Soni memang selalu mengandung sihir. Itu bisa menyulap marah menjadi rasa be
TEMEN TAPI DEMEN 11 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraShasa pun merasa demikian. Ia merasa kalau Soni sedang mengungkapkan isi hatinya. "Haruskah aku menjawab yang sebenarnya?" batin Shasa. Pikirnya tidak ada salahnya kalau dicoba."I love you too ...!" Shasa mengucapkan itu dengan sedikit keras agar Soni bisa mendengar. Dan itu terbukti. Ia langsung menatapnya tajam. Sorot matanya seolah mempertanyakan kebenaran dan keasliannya."Jangan becanda, Sha! Gak lucu," jawab Soni seolah ingin kejelasan yang nyata. Bahkan hatinya sudah ia persiapkan sekuat mungkin."Aku nggak becanda. Apa wajahku terlihat tertawa?"Soni menyelidik wajah Shasa dengan teliti. Memang tidak ditemukan senyum sedikit pun. Akan tetapi, akalnya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Tidak mungkin hanya dengan candaan sereceh ini bisa di
TEMEN TAPI DEMEN 31Last Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraSatu bulan berlalu kehidupan mereka semakin mesra. Dan juga sibuk, untuk Soni. Karena mereka masih numpang, Soni mengusulkan seminggu nginep di rumahnya, dan sebaliknya.Jika Soni sibuk sampai larut malam, maka Shasa akan memilih pulang ke rumahnya. Meninggalkan Ibu Niar dengan Kayla saja.Sejak bekerja sama dengan besan, jasa tarub mereka semakin besar dan lengkap. Bahkan sudah terkenal di berbagai desa. Hasan pun mulai terampil berkat ajaran dari Hadi.Hanya Shasa yang sering merajuk jika Soni selalu pulang malam. Ia merasa menjadi yang nomor dua. Padahal dulu saat masih temenan, tidak pernah merajuk jika Soni tidak punya waktu.Akan tetapi, sekarang bawaannya selalu gelisah jika Soni pulang malam. Shasa akan memasang wajah cemberut. Hidupnya mula
TEMEN TAPI DEMEN 31Last Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraSoni menghentikan laju motornya sejenak di tengah perjalanan. Getar ponsel dalam saku celana memaksanya menepikan motor.Shasa diam memperhatikan gerak jari Soni membuka ponselnya.Bapak[ Semua sudah oke. Kamu bisa ke sini. ]Senyum tipis tercetak di pipinya. Membuat Shasa bertanya pesan dari siapa hingga sesenang itu.Soni membalas pesan dengan cepat.Soni[ Oke. Lagi di jalan. ]Kemudian memasukkan ponsel kembali ke saku."Lanjut lagi," ucap Soni sembari melajukan roda duanya.Sikap Soni yang tertutup membuat Shasa kecewa. Biasanya kalau ada pesan, ia selalu cerita. Namun sekarang ...."Pesan dari siapa, Sayang? Kok, kamu senyum
TEMEN TAPI DEMEN 31Last Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraRey langsung menambah sentuhan akhir dari kejutan ini dengan memasang lampu warna-warni dan beberapa bunga palsu dan asli di samping kanan kiri tarub. Kemungkinan bunga mawar putih dan merah adalah bunga kesukaan Shasa.Hadi juga tak lupa membuat meja layaknya prasmanan dengan hiasan kain penutup yang disesuaikan, yakni putih dan gold.Untuk kursinya, Hadi sengaja memilihkan yang paling bagus. Tentunya kursi plastik yang dihias oleh kain penutup dengan tambahan pita bewarna merah muda. Pun dengan meja yang berbentuk bundar tak kalah cantik.Hasan benar-benar terpesona oleh keahlian milik Hadi. Jasa tarubnya ternyata lumayan lengkap. Hanya belum merambah ke dekorasi dan sound system. Andai saja semua itu lengkap, pasti biaya untuk pernikahan bisa ditaksir puluhan juta ha
TEMEN TAPI DEMEN 31Last Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraBerkumpul dengan keluarga akan selalu membuat waktu berjalan cepat. Tak terasa jarum jam sudah menunjuk angka sembilan malam. Raga pun sudah ingin diistirahatkan dari rasa lelah."Ya udah. Sekarang kita tidur ya? Udah malem," titah sang ayah.Mereka beranjak dan berjalan menuju kamar masing-masing. Shasa menatap sang ibu yang selalu bergelayut manja jika akan masuk ke kamar. Membuatnya merasa iri.Jangankan gandengan tangan, jalan aja kayak kereta. Depan belakang.Akan tetapi semua itu terganti saat pintu sudah tertutup rapat dan terkunci. Tiba-tiba Shasa merasa tubuhnya melayang. Soni menggendongnya di depan. Kedua tangan Shasa spontan mengalung di leher prianya sebagai pegangan.Shasa tersenyum menatap
TEMEN TAPI DEMEN 31Last Episode AOleh: Kenong Auliya Zhafira Pria sejati adalah pria yang selalu bisa membuat wanitanya bahagia dan tidak pernah membuatnya menangis. Yang akan selalu berusaha mewujudkan setiap keinginan sesuai kemampuannya.Soni ingin menjadi pria seperti itu untuk Shasa-- istri sekaligus teman hidupnya."Hei ... tidak ada yang percuma. Kan, masih bisa dipakai. Lagian dihias secantik apa pun juga nantinya akan dirusak. Kan, mau dipakai bukan untuk hiasan," jawab Soni seakan mencoba menenangkan. Padahal dalam otaknya akan merancang kejutan termanis untuknya."Maaf ... untuk soal tarub memang benar-benar tidak bisa kasih yang cantik. Bukannya tidak mau, tapi keadaan memaksa kita untuk ini. Ya sudah, biar kamu gak sedih lagi, kita nginep di sini malam ini. Kali aja kamu kangen sama Ayah dan ibumu
TEMEN TAPI DEMEN 30 C 2 Last Episode Oleh: Kenong Auliya Zhafira Soni memilih ikut berlari kecil hingga sampai ke rumah. Napasnya lumayan ngos-ngosan karena sudah lama tidak berlari lagi. Sang bapak yang melihat mereka berdua berlari menjadi ingin tertawa. Kedekatan mereka benar-benar membawa aura yang berbeda di rumah. Kayla langsung menuju ke dapur mengambil air minum. Untuk membasahi dahaganya. Shasa melihat Kayla menjadi penasaran apa yang sedang ia lakukan. "Kay habis ngapain? Kok ngos-ngosan?" "Habis dikejar buaya." Kayla menjawab asal lalu meletakkan gelas di meja. Akan tetapi mengingat ucapan Soni kalau Rey teman Shasa, ia berbalik dan ingin bertanya tentangnya. "Mbak." "Iya. Kenapa?" "Mbak Shasa
TEMEN TAPI DEMEN 30 B 2 Last Episode Oleh: Kenong Auliya Zhafira "Haish! Awas kamu, Son! Bikin malu aja pakai ninggalin jejak merah," batin Shasa. Ia baru menyadari saat Soni mennyentuh jenjang lehernya lebih lama. Ternyata, oh, ternyata ia meninggalkan jejak. Ibu mertua yang sejak tadi diam mendengarkan sebenarnya ingin tertawa, tapi takut membuat mantunya lebih malu. Ia tahu rasanya digoda karena menjadi pengantin baru. Jadi lebih baik berpura-pura tidak melihat. "Kayla, lebih baik kkta cepat selesaikan semua ini. Biar semua bisa dibagi telat waktu," ucap Tante Niar yang kesannya mengalihkan topik utama. Ucapan Tante Niar langsung mendapat respon yang baik. Terbukti Kayla jadi tidak bertanya lebih detail. Mereka bertiga kembali fokus memasak. Hampir berjam-jam bergelut di dapur. Sampai akhirnya bisa se
TEMEN TAPI DEMEN 30 A2 Last EpisodeOleh: Kenong Auliya Zhafira Takaran cemburu untuk pasangan yang masih pacaran dan sudah menikah hanya berbeda dalam penyampaiannya. Apabila masih pacaran kemungkinan besar hanya akan dipendam dengan marah yang tanpa sebab, berbeda jika sudah menikah. Kemungkinan akan diungkapkan dengan blak-blakkan dan terbuka.Shasa masih menatap Kayla dan Soni bergantian. Memang dari sorot matanya ada binar bahagia bertemu kembali dengan Kayla."Dia istrimu, Mas?" tanya Kayla sambil melihat Shasa dari ujung kepala hingga kaki."Mas ...? Dia memanggil Soni, Mas ...?" batin Shasa. Rasanya ingin tertawa dan juga memaki. Bagaimana tidak, dirinya saja yang dari dulu kenal sampai sekarang jadi pasangan tak pernah memanggil begitu.Soni terlihat tersenyum mendapati perta
TEMEN TAPI DEMEN 29 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraSoni langsung menggoreskan jejak penanya dalam buku nikah. Kemudian dengan lantang membaca semua kewajiban dan haknya sebagai suami yang baik hingga selesai."Sekali lagi selamat menempuh hidup baru. Semoga sakinah, mawadah, warohmah," ucap pak penghulu lalu pergi meninggalkan ruangan.Om Hasan memeluk Soni dengan hangat. "Selamat, Son," bisiknya. Tangannya menepuk lembut punggung mantunya."Makasih, Om.""Jangan panggil, Om ... kan sudah jadi anak mantu. Panggil Ayah juga kaya Shasa," ucapnya lagi yang sukses membuat Soni gelagapan."I--iya ... A--ayah," jawab Soni terbata."Selamat, ya, Mbak Shasa ... akhirnya kalian naik level dari temen jadi manten," ucap Pak Danu sambil mengusap lengan Shasa."Ma