Jam dua dini hari, Rahmat dan Sofia akhirnya tiba juga di rumah.Mereka langsung bergegas pulang begitu mendapatkan kabar jika anak semata wayang mereka sekarang tengah berada di rumah sakit.Sesampainya di rumah, Sofia berjalan dengan cepat menuju ke kamar anaknya.Begitu Sofia melihat ke dalam kamar, Sofia langsung merasa terenyuh melihat Riska yang tengah tertidur dengan posisi meringkuk.Tidak lama setelah Sofia masuk ke dalam kamar Angga, Rahmat kemudian menyusul istrinya masuk ke dalam kamar Angga.Rahmat yang paham dengan apa yang dirasakan istrinya, langsung memeluk Sofia yang tengah berdiri di samping ranjang Riska.Rahmat bisa merasakan kesedihan yang tengah dirasakan istrinya itu. Karena hal yang sama juga dirasakannya."Ayo kita keluar dulu, Ma! Biarkan Riska istirahat dulu!" bisik Rahmat di telinga Sofia.Rahmat tidak ingin kehadirannya dan sang Istri malah akan mengganggu istirahat menantu kesayangannya itu.Sofia mengangguk dan membiarkan Rahmat membawanya keluar dari k
"Angga dimana, Ma?"Riska semakin merasa heran, pasalnya sejak kemarin Riska belum melihat Angga lagi.Terakhir Riska melihat Angga adalah pagi hari sebelum Angga berangkat bekerja.Dan juga, terakhir kali Riska bicara dengan Angga adalah kemarin siang. Yaitu saat Riska meminta Angga untuk membelikan gado-gado.Tak kuasa menahan tangis, Sofia langsung memeluk Riska dengan erat."Sayang!"Hanya kata itu yang mampu Sofia katakan.Rasa sakit hatinya menjadi dua kali lipat setelah melihat tatapan polos Riska."Jawab, Ma! Angga dimana? Kenapa Angga tidak ada disini?"Bukannya mendapatkan jawaban, Riska malah mendapati jika Sofia yang menangis.Saat Riska mengalihkan pandangannya kepada Rahmat, Riska melihat jika Rahmat buru-buru mengalihkan pandangannya.Saat Riska menatap Wanti pun juga sama. Wanti segera mengalihkan pandangannya."Ada apa dengan mereka?" pikir Riska."Apa Angga tidak pulang semalam?"Riska seakan sadar dengan apa yang tengah terjadi.Sikap mereka yang sangat berbeda dari
Sesampainya Riska dan yang lain di rumah sakit Pelita, kebetulan mereka bertemu dengan Fajar di parkiran.Fajar baru saja keluar untuk membeli sarapan untuk Angga. Sedangkan dirinya sendiri sudah sarapan di tempat sekalian."Riska! Mama, Om, Tante, Kakek!" ucap Fajar.Setelah melihat mereka, tidak mungkin untuk Fajar pura-pura tidak melihat mereka kan.Jadi Fajar tidak ada pilihan selain menyapa mereka semua."Kamu disini? Angga gimana?"Riska langsung menghampiri Fajar begitu dia melihatnya."Pelan-pelan dong, Ris!"Riska yang berjalan cepat, tapi Fajar dan yang lainnya yang merasa gugup dan cemas.Riska mengabaikan peringatan Fajar. "Ayo buruan anterin aku ke kamar Angga!"Riska langsung menarik tangan Fajar dan mengabaikan yang lainnya.Fajar paham mengapa mereka mengira Angga lah yang tengah dirawat. Dia pun semalam juga berpikir demikian."Jalannya pelan-pelan saja! Jangan cepat-cepat begitu!" ucap Fajar."Bawel!"Fajar hanya bisa pasrah saat dia di seret oleh Riska.Meskipun Faj
"Riska, kumohon!" bujuk Angga dengan masih memeluknya erat."Angga lepas! Aku mau ketemu Papa," teriak Riska.Teriakan Riska berhasil menarik perhatian pasien dan penunggu pasien di sekitarnya.Bahkan ada beberapa orang yang berbisik-bisik membicarakan mereka."Papa! Papa jangan tinggalin Riska, Pa!" ucap Riska di sela-sela tangisannya.Sebodoh-bodohnya Riska, dia masih tahu jika orang yang berada di ruang ICU, itu pasti mereka terluka parah.Kakek serta yang lainnya yang sudah tidak kuasa melihat Riska yang histeris, mendekati dan mencoba untuk ikut menenangkannya.Fajar yang melihat mereka mendekat langsung menggelengkan kepalanya. Seperti berkata, biarkan Angga yang menenangkan Riska.Menurut Fajar saat ini, lebih baik Angga lah yang menenangkan Riska, itulah yang Fajar pikirkan."Ada apa sebenarnya?" tanya Rahmat pelan kepada Fajar."Om Rosyad mengalami kecelakaan kemarin, dan kondisinya…," ucap Fajar terputus karena menangis sambil menggelengkan kepalanya.Mereka juga bukan orang
"Papa!" Riska kembali histeris setelah berhasil mengingat kembali apa yang tengah terjadi.Angga memeluk Riska dengan begitu erat. Sedangkan Riska, dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa lepas dari pelukan Angga.Riska mencoba mendorong Angga menjauh dan mencoba untuk turun dari brankar.Namun meskipun Riska sudah mencoba mendorong Angga. Pelukannya bukannya terlepas, tapi malah semakin kencang.Riska yang menangis sesegukan, mencoba untuk mencabut jarum infus di tangannya.Fajar yang melihatnya tentu saja tidak bisa tinggal diam."Riska, hentikah!"Fajar menggenggam tangan Riska dengan erat. Mencegahnya untuk mencabut jarum infus di tangannya.Angga tidak kuasa menahan air matanya. Angga merasa dia menjadi Suami yang buruk sekarang karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk Riska."Aku mau ketemu Papa," ucap Riska dengan histeris."Sayang! Tenang ya!" bujuk Angga dengan suara serak.Riska yang emosinya kembali tidak stabil, merasa sangat marah dalam hatinya.Riska kecewa, marah dan juga
Sudah dua hari berlalu. Kondisi Rosyad juga masih sama, masih tidak sadarkan diri.Riska sendiri juga memaksakan dirinya untuk bolak-balik dari rumah ke rumah sakit.Kondisi Riska juga bisa dibilang menurun mengingat kondisi Rosyad yang masih belum sadar juga.Untuk yang lainnya, mereka tidak mengatakan kepada Riska apa yang telah Dokter sampaikan.Saat Riska bertanya kepada Angga atau yang lainnya kenapa Papanya masih belum bangun juga. Mereka akan menjawab jika Rosyad mengalami benturan yang agak keras sehingga membuatnya koma."Hari ini kamu juga mau ke rumah sakit sayang?" tanya Sofia setelah mereka sekeluarga selesai sarapan."Iya, Ma! Riska akan pergi ke rumah sakit.""Kamu butuh istirahat sayang! Lihatlah wajah pucat kamu," ucap Sofia.Angga dan yang lainnya sudah meminta Riska untuk tetap berada di rumah, biar mereka yang menjaga Rosyad di rumah sakit.Tapi bagaimanapun mereka menasehatinya, Riska tetap dengan keras kepala menolak untuk tetap di rumah."Sayang! Hari ini kita c
Riska langsung histeris dan memberontak dari dekapan Angga begitu dia melihat Fajar kembali.Tapi yang membuat Riska histeris adalah, Fajar tidak pulang sendirian. Melainkan Fajar pulang dengan membawa serta jasad Rosyad.Hal itu tentu saja membuat Riska sangat syok."Papa!"Riska masih terus berteriak saat melihat jenazah Papanya tiba di rumah.Riska ingin berlari ke arah jenazah Rosyad untuk memastikan jika apa yang dia lihat itu salah."Riska!"Angga menangis sambil memeluk Riska. Angga tidak kuasa menahan tangis saat melihat Riska histeris seperti ini."Aku mau Papa! Aku mau Papa! Lepasin aku, Ga!""Iya. Kita temui Papa! Tapi kamu jangan kayak gini ya," bujuk Angga.Apapun yang dikatakan Angga, Riska menghiraukannya, tidak merespon sama sekali."Baik! Ayo kita ke Papa," ucap Angga.Angga tidak kuat menahan Riska yang seperti mengamuk itu. Riska seperti kesurupan setelah melihat jasad Rosyad.Tidak mendengarkan ucapannya. Memberontak dari pelukannya hingga membuat Angga cemas.Angg
Seminggu berlalu sejak kematian Rosyad.Kondisi Riska semakin hari semakin menurun. Walaupun Angga dan yang lainnya sudah mencoba seketat mungkin menjaga Riska tetap saja mereka masih kecolongan.Wajah Riska juga terlihat semakin pucat karena Riska masih belum bisa merelakan kepergian Rosyad.Sering kali di tengah malam Riska akan menangis dalam tidurnya, hingga membuat Angga yang melihatnya sangat khawatir."Riska! Makan dulu ya sayang!" bujuk Angga.Kini Angga tengah menemani Riska yang duduk termenung di balkon kamar mereka."Nanti saja! Aku belum lapar," jawab Riska.Jawaban yang sama keluar dari bibir Riska selama seminggu ini."Sayang! Sedikit aja! Kasihan Baby nya kalau kamu nggak mau makan. Dikit aja ya, Hhmmm!"Selama seminggu ini, pekerjaan Angga bertambah, yaitu membujuk Riska agar mau makan.Angga hampir terbiasa menggunakan kandungan Riska untuk membujuknya agar mau makan."Tapi aku belum lapar," balas Riska.Angga semakin khawatir dengan keadaan Riska. Angga tahu jika Ri