“Ternyata kamu di sini. Aku nyari kamu ke mana-mana loh. Lagi ngapain?” ucap Riana saat menemukan suaminya berada di balkon kamar.Tentu saja Barra terkejut dengan kedatangan Riana yang sangat tiba-tiba. Barra kemudian langsung menekan home pada layar ponselnya agar Riana tidak ikut melihat foto yang teman dokternya kirimkan.“Maaf bikin kamu nyari-nyari,” balas Barra berusaha menampilkan ekspresi biasa saja dan jangan sampai mencurigakan. “Aku habis jawab telepon.”“Telepon dari siapa?”Barra tidak langsung menjawab, masih memikirkan bagaimana cara menjelaskannya pada sang istri.“Sejujurnya aku nggak pengen masih tahu kamu dulu, Ri. Tapi aku bingung gimana cara bohongnya,” jawab Barra. “Aku nggak mau kasih tahu kamu karena takut kamu cemas berlebihan, sayangnya kamu telanjur bertanya-tanya kenapa aku ada di sini.”“Ada apa? Jangan bikin aku
Riana lega usai mendapatkan kabar bahwa Barra sudah tiba di Indonesia dengan selamat. Ia juga sudah mewanti-wanti pada suaminya itu agar jangan sampai ketahuan oleh orangtua mereka berdua. Jika ketahuan, pastinya Barra yang akan terkena imbas dan dianggap suami tak bertanggung jawab yang bisa-bisanya meninggalkan Riana yang mendekati hari perkiraan persalinan. Padahal sebenarnya Rianalah yang meminta Barra menjenguk Gisca mewakilinya.“Harusnya dunia nggak sempit-sempit banget, kan, Bi? Barra nggak mungkin ketemu sama papa,” tanya Riana pada asisten rumah tangga yang membantunya sejak pindah ke Los Angeles.“Iya, Nyonya. Saya berharap juga begitu. Kecuali kalau Tuan Barra berkunjung ke rumah Pak Pramono … mereka pasti bertemu,” jawab wanita berusia akhir empat puluhan itu dengan nada bercanda.“Sama aja mengakhiri hidup kalau Barra datang ke rumah papa,” kekeh Riana.Riana tidak tahu saja kalau ART yang selama ini melayaninya adalah utusan sang papa. Jelas saja wanita paruh baya itu s
Selama ini Saga memang sengaja memutus komunikasi antara Gisca dengan Riana. Ia meminta pada istrinya itu untuk fokus saja pada pemulihan kondisinya, tidak perlu berbicara dengan Riana dulu. Itu sebabnya Gisca tidak pernah menjawab panggilan Riana. Pesan pun tak pernah mereka balas.Namun, baik Gisca maupun Saga tak menyangka kalau Barra malah datang langsung ke rumah mereka. Hal yang sebetulnya hampir mustahil mengingat Barra seharusnya sedang mendampingi Riana yang sebentar lagi melahirkan. Ya, Barra datang bak ular yang menghampiri tongkat pemukulnya sendiri.Setelah dokter memperbolehkan Gisca pulang, Saga selalu menemani Gisca di rumah. Pria itu selalu memastikan Gisca minum obat dengan teratur dan tentunya tidak sedih apalagi merasa kesepian. Saga berusaha melakukan yang terbaik untuk menghibur sang istri serta membuatnya tetap bertahan.“Setelah kamu pulih, mari bepergian berdua,” kata Saga. “Paling nggak dua bulan yang akan datang. Aku
Saga pernah berada di posisi yang sangat menginginkan tubuh Gisca. Bahkan, pria itu sampai menghalalkan segala cara untuk bisa menyentuh tubuh wanita yang kini menjadi istrinya itu. Sampai detik ini pun Saga masih sangat menginginkan Gisca. Bedanya, ia tidak terobsesi seperti dulu sampai harus menggunakan cara kotor untuk memiliki Gisca. Sekarang Gisca adalah miliknya dan tanpa Saga paksa pun, wanita itu telah bersedia menyerahkan tubuhnya secara seutuhnya untuk Saga nikmati.Ini adalah hari yang paling Saga maupun Gisca nanti-nantikan sejak lama. Hari di mana Gisca menyerahkan diri sepenuhnya pada suaminya itu. Selama ini Gisca tidak bisa melakukannya karena begitu banyak rintangan yang menghalangi. Sekarang semua halangan itu sudah lenyap dan mereka bisa menikmati waktu kebersamaan dengan lebih tenang.“Maaf dulu aku pernah beberapa kali melakukan percobaan pemerkosaan sama kamu," ucap Saga.“Stt, yang terpenting adalah sekarang. Aku milikmu, Saga. Lakukanlah yang selama ini kamu in
Barra senang, proses pembangunan rumah impiannya dengan Riana sudah mulai mendekati kata selesai. Mertuanya memang tidak main-main saat mengatakan rumah impian tersebut akan selesai dalam waktu satu tahunan. Dan ternyata benar. Barra sudah melihat progresnya langsung hari ini.Sayangnya ponsel Barra malah lowbatt, tapi untungnya ia sempat memotret dan mem-videokan penampakan rumah yang tidak akan lama lagi bisa ditempatinya bersama Riana dan Raline. Ia akan menunjukkannya pada Riana karena keadaan wanita itu masih belum memungkinkan untuk datang langsung.Terakhir kali Barra berkomunikasi dengan Riana adalah saat istrinya itu mengirim pesan hendak ke rumah orangtuanya bersama Raline, dan Barra berjanji akan menjemput mereka nanti sore.Tiba di rumahnya, Barra memutuskan merebahkan diri lantaran merasa lelah. Tentu sebelumnya ia sempat mengisi daya ponselnya terlebih dahulu agar saat dirinya selesai beristirahat atau hendak menjemput anak dan istrinya, baterainya juga penuh. Barra sama
Semenjak tahu tentang kenyataan pahit yang menimpa hidupnya, Riana jadi sulit tidur. Hidupnya seakan berubah drastis dalam waktu singkat. Raline adalah salah satu hal yang membuat Riana bertahan meski hatinya dipenuhi rasa kecewa, amarah, kesal dan dendam.Sampai dini hari begini Riana belum tertidur sama sekali. Padahal Raline sudah beberapa kali terbangun dan sempat menemaninya begadang. Katanya ibu yang sedang meng-ASI-hi jangan sampai stres dan harus selalu bahagia, sayangnya Riana tak bisa sebahagia sebelum kenyataan tentang perselingkuhan suaminya terbongkar.Waktu menunjukkan pukul tiga dinihari saat Riana meletakkan Raline di tempat tidur. Namun, Riana masih belum mengantuk. Ia merasa benang kusut di otaknya semakin sulit dirapikan. Ia merasa hidupnya benar-benar kacau.Tiba-tiba pintu kamarnya perlahan dibuka dari luar. Riana langsung menoleh dan mendapati sang mama berdiri di ambang pintu.“Kamu belum tidur?” tanya mama Riana sambil berjalan mendekat ke arah putrinya. “Maaf
Barra yang selama ini bisa dikatakan sangat idaman, bahkan di Starlight pun sempat menjadi dokter favorit para staf, belum lagi semenjak Riana go public bahwa Barra adalah tunangannya lalu mereka menikah, dalam waktu tersebut Barra berhasil menarik perhatian publik sebagai pria tampan yang patut diperhitungkan di negeri ini. Riana juga membuat pengikut Barra di media sosial pria itu naik drastis.Di saat orang-orang nyaris tak percaya dengan skandal yang menimpa Barra, pada saat yang bersamaan Riana dipaksa mencerna semua yang terjadi sambil menahan sakit di hatinya. Riana sempat mengira bahwa ini hanyalah mimpi, sampai akhirnya kenyataan menamparnya sekaligus menyadarkan bahwa ini sungguhan. Begitu perih dan menyakitkan, cinta yang selama ini Riana berikan dibalas dengan dusta sekaligus pengkhianatan.Selama beberapa tahun menjadikan Barra spesial di hatinya, tidak pernah satu kali pun Riana membayangkan sebuah skandal besar akan menimpa hubungan mereka. Meskipun pada awalnya Riana s
Sebuah keajaiban Barra bisa tiba dengan selamat di tempat tujuannya setelah menempuh beberapa jam perjalanan melalui jalanan bebas hambatan. Padahal pikirannya bak benang kusut. Tangannya pun masih gemetar saat memikirkan harga dirinya sudah jatuh bersamaan dengan tersebarnya video tanpa busana yang Saga rekam dulu. Barra ingin marah, tapi bukan itu yang seharusnya menjadi fokusnya untuk sekarang.Ya, Barra merasa dirinya harus membuat Riana luluh dan jangan sampai menceraikannya sekaligus membersihkan namanya juga. Barra tahu kekacauan yang menimpanya akan sulit diperbaiki, tapi setidaknya ia akan berusaha. Dan berada di sini adalah salah satu usahanya. Barra se-frustrasi itu sehingga merasa inilah cara terbaik dan satu-satunya untuk memulihkan keadaan.Perlahan Barra turun dari mobilnya lalu mengetuk pintu dengan hati-hati. Begitu pintu dibuka, seorang wanita di dalam sana nyaris tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana tidak, pria yang sedang jadi bahan pembicaraan netiz
Kemenangan Gisca dan Saga sebagai pasangan terfavorit maupun Riana sebagai pemeran utama terbaik serta semua pemenang lainnya sama sekali bukanlah rekayasa, melainkan murni hasil akumulasi dari penilaian juri khusus serta voting secara umum.Gia TV dan khususnya penanggung jawab acara serta tim kreatif sama sekali tidak pernah merencanakan tentang Gisca, Saga dan Riana akan berada dalam satu frame sekalipun tahu hal itu bisa membuat rating melonjak tinggi.Memang benar kehadiran mereka bertiga sebelumnya sudah digadang-gadang menjadi sasaran empuk media sebagai bahan pemberitaan, itu sebabnya beberapa pemburu berita sudah mengantisipasi untuk terus memperhatikan gerak-gerik mereka di tempat duduk masing-masing, berjaga jika sewaktu-waktu ada interaksi antara mereka.Namun, tidak pernah ada yang menduga ternyata Gisca malah yang pertama membuka ‘pintu’ komunikasi antara mereka. Ya, permintaan maaf Gisca dalam pidato kemenangan sudah pasti ditujukan untuk Riana. Hal itu membuat tim krea
Kesuksesan Teman tapi Khilaf membawa nama Gisca dan Saga menjadi pasangan paling hits dan favorit pada beberapa bulan belakangan ini. Padahal mereka bukan artis, tapi mereka terkenal selayaknya pasangan artis. Dulu, posisi tersebut sempat diraih oleh Riana dan Barra saat mereka baru menikah.Memang benar bahwa roda itu berputar tanpa bisa ditebak. Mungkin sebelumnya Gisca dan Saga pernah berada di posisi yang membuat siapa pun bisa terpuruk bahkan hancur. Dan kini roda mereka telah berputar. Namun terlepas dari itu, baik Gisca maupun Saga menanggapinya dengan tidak berlebihan. Mereka bersikap apa adanya sebagai pasangan yang bahagia.Dalam kata lain, dengan predikat pasangan paling hits atau tanpa predikat tersebut, situasinya akan tetap sama, bahwa Gisca adalah istri yang terbaik bagi Saga. Begitu juga sebaliknya bahwa Saga merupakan suami terhebat bagi Gisca.Selain menjadikan mereka pasangan ter-hits, Teman tapi Khilaf juga membuat Gisca dan Saga masuk ke salah satu nominasi dalam
Saat ini Riana baru saja menikmati makan malam bersama Romeo. Romeo yang menyempatkan mampir ke rumah Riana padahal sedang sibuk-sibuknya memproduksi sebuah film. Ah, bahkan Riana juga sebenarnya sedang mempersiapkan diri untuk syuting drama series yang akan dimulai beberapa hari lagi di Bali. Apa makan malam ini bisa mereka anggap sebagai bentuk saling menyemangati kesibukan masing-masing? Atau jangan-jangan sebagai pelepas rindu karena bisa jadi setelah ini mereka akan jarang bertemu akibat kesibukan tersebut.Namun yang pasti, status mereka belum berubah sedikit pun dari yang tadinya sutradara-cast menjadi teman. Ya, mereka masih teman sekalipun interaksi mereka seperti orang pacaran.“Respons orang-orang tentang Teman tapi Khilaf lumayan juga ya, Mas,” kata Riana.“Iya, tim produksi pun udah mulai dibentuk dan merencanakan banyak hal untuk film-nya. Cuma belum tahu juga waktu pastinya karena saya masih harus mengerjakan film lain.”“Mas Romeo yang akan menjadi sutradaranya?”Romeo
Tuti itu cantik khas kembang desa. Tidak kalah cantik dari Riana atau Gisca. Selain itu, Tuti sudah banyak membantu Barra semenjak pria itu menjadi Yanto sehingga bisa beradaptasi dengan hidup barunya itu. Namun, Barra masih tak habis pikir dengan perkataan Tuti yang ingin membatalkan pernikahan dengan sang pacar demi seorang Yanto yang secara status bukan siapa-siapa. Hanya mas-mas penjual bakso yang tidak terlalu good looking.Tuti memang jujur atau hanya sedang membual seperti yang pernah Barra lakukan untuk membuat Gisca terbuai? Barra tidak tahu. Dan konyolnya Barra yang sebenarnya tidak memiliki perasaan apa-apa pada Tuti, beberapa hari ini mendadak terus memikirkan wanita itu. Apa Tuti berhasil membuatnya terbuai?Barra tahu betul bahwa tidak seharusnya ia mempertimbangkan ajakan Tuti untuk menjalin hubungan, karena sama saja ia menjadi orang ketiga dalam hubungan Tuti dengan calon suaminya. Barra tak mau jadi perusak hubungan atau perebut pacar orang. Sialnya, Barra yang norma
“Apa yang akan terjadi kalau Mas Barra tidak melarikan diri dan memalsukan kematiannya?”“Kenapa tiba-tiba nanya itu?” Saga balik bertanya pada istrinya.Gisca sendiri tidak tahu alasan pastinya. Ya, pertanyaan barusan benar-benar lolos begitu saja. Apa mungkin karena mereka baru saja melihat liputan Riana saat menaburkan bunga di lautan? Entahlah. Berita tentang aktivitas Riana tersebut tak henti-hentinya berseliweran sehingga mengundang pembahasan orang-orang, tak terkecuali Gisca dan Saga yang memang tahu fakta sebenarnya.“Kamu tahu sendiri pembahasan ini pasti larinya ke situ lagi,” sambung Saga.“Ya. Aku tahu pembahasan ini otomatis akan mengingatkan kita pada sesuatu yang sepakat kita lupakan. Tapi serius, aku udah sepenuhnya berdamai dengan keadaan. Aku juga udah memaafkan diri sendiri tentang kesalahan bodohku. Itu sebabnya aku bisa se-santai ini saat membahasnya,” jelas Gisca. “Aku juga udah nggak dihantui penyesalan dan rasa bersalah yang sempat aku rasakan terutama perasaa
Di saat Gisca dan Saga menjalani hidup baru dengan bahagia dan bahkan hendak menerbitkan novel Teman tapi Khilaf, berbeda dengan Riana yang sedang menikmati peran gandanya sebagai new mom sekaligus aktris yang disibukkan dengan proyek film terbarunya, yang akan menjadi film keduanya setelah kesuksesan Selingkuhan Suamiku.Selain itu, Riana masih menerima tawaran untuk membintangi beberapa iklan, promosi berbayar di Instagram dan terutama tanggung jawabnya sebagai brand ambasador Starlight.Itu sebabnya Riana baru sempat mendatangi lautan tempat ditemukannya barang-barang pribadi milik mantan suaminya. Sebenarnya Riana tak punya kewajiban datang apalagi sampai membawa bunga untuk ditaburkan. Namun, ia merasa perlu melakukannya.Dengan didampingi oleh manajernya, Riana baru saja turun dari kapal dan bersiap kembali ke mobilnya. Setidaknya apa yang dilakukannya hari ini akan menjadi salam perpisahan terakhirnya untuk pria yang pernah sangat dekat dengannya, yang kemudian menjelma menjadi
Berkat kerja sama yang serius tapi menyenangkan antara penulis ternama Sakina Adriana dengan Gisca dan Saga sang pemilik kisah, dalam beberapa bulan novel Teman tapi Khilaf akhirnya selesai ditulis. Novel tersebut bahkan sudah siap untuk dicetak atau diterbitkan. Hanya tinggal satu langkah terakhir untuk memastikannya.Novel itu akan terbit di bawah naungan Penerbit Aluna, tempat Sakina menerbitkan novel-novelnya. Saat ini Gisca menatap novel di tangannya. Dengan cover romantis menggunakan gambar asli dirinya dengan Saga, benar-benar membuat Gisca merasa terharu. Seumur hidupnya, Gisca tak pernah membayangkan akan ada novel yang dirinya sendiri sebagai pemeran utamanya.“Novel ini nggak mungkin selesai kalau bukan Bu Sakina yang menulisnya,” kata Gisca. “Jujur, sejak awal Bu Sakina itu udah menjadi pendengar yang baik dan nggak heran bakalan sukses menuliskan apa yang Bu Sakina dengar dari kami sehingga sekarang udah menjadi novel setebal empat ratusan halaman ini,” kata Gisca. “Untuk
“Dia adalah siapa?” tanya Gisca tak sabaran. Bisa-bisanya Saga malah menggantung kalimatnya padahal Gisca sudah sangat penasaran.“Barra belum meninggal,” kata Saga dengan santainya, seolah apa yang dikatakannya bukanlah hal besar.Berbeda dengan Saga yang santai, justru Gisca sangat terkejut. Jujur saja, berita meninggalnya Barra yang belakangan ini mencuat tidak membuatnya senang maupun sedih, tapi tetap saja fakta jika pria itu masih hidup mengejutkan baginya.“Lalu kenapa kalau belum meninggal? Kamu mau mempertemukanku dengannya? Apa orang yang akan kita temui adalah dia?” tanya Gisca setelah menstabilkan ekspresinya.“Tentu bukan. Untuk apa aku mempertemukanmu dengannya? Menurutku, Barra sudah menjadi bagian dari masa lalu. Baik masa lalumu maupun masa laluku. Meskipun aku tahu dia masih hidup, aku merasa nggak ada gunanya untuk berurusan dengannya lagi,” jelas Saga.“Tapi bagaimana bisa? Sedangkan berita yang beredar….”“Dia memanipulasi keadaan dengan memalsukan kematiannya. Se
Saat Gisca dan Saga menjalani kehidupan yang bahagia sambil perlahan melupakan skandal yang pernah terjadi, sementara itu Riana tidak jauh berbeda. Wanita itu sangat nyaman dengan kehidupannya bersama putri semata wayangnya, Raline.Seiring berjalannya waktu, Riana sudah belajar lebih banyak tentang berdamai dengan keadaan. Ia yang awalnya seolah hanya diam demi menjaga reputasinya, kini mulai menyadari bahwa langkah yang diambilnya adalah paling tepat.Riana sadar, seandainya ia mengamuk atau membalas dendam, hal itu hanya akan membuang-buang energinya lantaran tidak akan mengubah kenyataan. Itu sebabnya ia mantap untuk menganggap semua yang terjadi padanya adalah ujian dalam hidupnya. Ia juga tidak akan menyesali apa pun lagi.Sekarang, yang Riana tahu Barra sudah meninggal. Sejujurnya terkadang ia tak pernah membayangkan hubungannya dengan Barra berakhir begini. Namun, Riana tak bisa berbuat apa-apa kalau sudah berurusan dengan takdir. Dan satu hal yang pasti, jika suatu saat nanti