Bagi Shahia atau orang lain di kediaman Abimayu itu, melihat seorang Ksatria berdiam di rumah seharian selama akhir pekan bisa disebut sebagai keajaiban dunia.
Rasanya sejak Ksatria punya teman di luar rumah, lelaki itu tidak pernah berdiam diri di rumah seharian penuh kecuali saat sedang sakit.
Jadi wajar rasanya Shahia sampai berjanji pada teman-temannya untuk mentraktir mereka di hari Senin nanti, ketika malam ini ia menemukan kakaknya stuck di ruang tengah seraya menonton sinetron.
Orangtua mereka sudah pergi sejak sore tadi, Shahia yang sedang tak ada jadwal ke mana pun akhirnya menemani sang kakak di ruang tengah.
Perempuan itu menyenggol bahu Ksatria hingga sang kakak menoleh padanya. “Tumben nonton sinetron.”
“Emang si peta dunia itu tipe kamu?”Rinai tak menjawab pertanyaan Ksatria yang sudah diulang sampai dua puluh kali sejak pagi tadi.Semalam, Rinai juga tidak menjawab pertanyaan Shahia secara terang-terangan. Rinai hanya tersenyum dan menepuk bahu Shahia dua kali sebelum pamit untuk pulang ke rumahnya.Shahia yang kepalang girang karena kelihatannya ia berbakat jadi mak comblang, langsung lari ke kamarnya untuk memasang iklan kepada teman-temannya, meninggalkan Ksatria duduk seorang diri sambil merenungi nasibnya saat ini.“Kenapa sih? Nanya-nanya mulu,” gerutu Rinai seraya mengambil stoples berisi popcorn XXI yang kemarin ia beli.“Karena pengen tahu.” Ksatria merebut kembali stoples itu dari tangan Rinai. “Jawab dulu.”
“Si Bangsat kenapa?” Rinai mendongak begitu suara Ipang terdengar dari depan mejanya. Hari ini salah satu sahabat Ksatria itu datang ke Heavenly & Co sembari membawakan kopi dan donat untuk Rinai serta Fiona, lalu mengobrol dengan Ksatria di ruangan lelaki itu. “Kenapa apanya?” “Kadang senyum-senyum kayak orang gila, kadang uring-uringan.” “Biasalah, anak pertama kan bebannya berat. Mungkin Ksatria kayak gitu karena efek itu,” jawab Rinai dengan asal. Ipang yang berdiri di depan meja Rinai tertawa begitu mendengarnya. Lelaki itu merogoh sesuatu dari tasnya dan berkata, “Kata Kalu kamu udah punya pacar, Nai. Beneran?” “Hoaks,” timpal Rinai dengan santai. “Masih on progress kok, kenapa sih kalian terta
Bukan Ksatria Baja Hitam: Kenapa sih pergi sama si globe itu? Kok dari pagi nggak bilang aku?Bukan Ksatria Baja Hitam: Maksudku peta dunia.Bukan Ksatria Baja Hitam: Nai, jawab dong.Bukan Ksatria Baja Hitam: Sekarang aku terjebak sama si Ale-Ale ini.Bukan Ksatria Baja Hitam: Nai, help me!Bukan Ksatria Baja Hitam: I’m dying here.Bukan Ksatria Baja Hitam: Alone.Bukan Ksatria Baja Hitam: Without you.“Apa sih ni anak?” gerutu
“Aku masih kesel kamu tinggalin sama Aleah kemarin.”“Jadi kamu ngambek sama aku?”“Iya!”“Dasar bayi besar,” ledek Rinai pada Ksatria yang menyetir di sebelahnya.Hari ini mereka pergi ke tailor di mana Ipang sudah menyuruh kelima sahabatnya fitting untuk jas yang akan mereka kenakan di hari pernikahannya nanti. Sebenarnya mereka bisa saja membeli jas mereka sendiri.Tapi melihat kelakuan Kalu dan Ksatria di acara pernikahan terakhir yang mereka hadiri bersama, di mana keduanya kalah taruhan dan malah memakai setelan jas berwarna gold dan silver, Ipang tahu ia harus mengendalikan kelima sahabatnya terlebih dahulu sebelum mereka membuat kekacauan.Bukannya Ipang tidak suk
Leona sedang duduk di teras rumahnya sembari berpikir, apa lagi yang bisa ia lakukan supaya Ksatria mau untuk mencoba menjalani perjodohannya dengan Aleah.Dari sekian banyak perempuan muda di sekitarnya—baik itu yang terang-terangan atau yang diam-diam—menginginkan Ksatria, Leona tak menemukan satu pun yang menurutnya cocok.Tapi ketika di satu hari ia bertemu dengan Aleah, Leona tahu kalau orang seperti Aleah pasti cocok dengan anaknya. Leona hanya ingin Ksatria mulai berpikir untuk hidup dengan lebih serius dan tentu saja menikah.Tidak mungkin kan Ksatria akan melajang selamanya dan terus menerus bermain perempuan?Ketika ia bertemu dengan Aleah secara tak sengaja, Leona langsung tahu kalau Aleah adalah perempuan yang cocok dengan Ksatria.Aleah adalah peremp
Bukan Ksatria Baja Hitam: Kangen :( Kok aku ditinggal sendiri di malam minggu begini?Bukan Ksatria Baja Hitam: Jangan makan ramen lagi sama peta dunia dong, Nai.Bukan Ksatria Baja Hitam: Enaknya makan apa? Sate Padang atau pempek?Bukan Ksatria Baja Hitam: Lagi apa?Ksatria mendengus pelan saat pesannya tidak kunjung dibalas. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Apa bersama dengan Atlas membuat Rinai jadi lupa waktu dan merasa benar-benar bahagia dengannya?“Ngapain sih mondar-mandir? Kayak setrikaan aja.”Komentar Shahia yang baru turun dari lantai dua dan langsung mel
“Bos Kecil kenapa, Mbak?”“Nggak tahu.”“Tumben Mbak Rinai nggak tahu.”Rinai hanya tertawa mendengar respons Fiona yang terheran-heran. “Aku kan asistennya, Fi, bukan cenayang.”“Yah… kirain gitu Mbak Rinai tahu.” Fiona menggulung mi ayamnya dengan gamang. “Habisnya udah beberapa hari ini Bos Kecil kayak senewen gitu sih. Mana kerjaan jadi banyak banget, udah kayak si Bos mau cuti sebulan aja.”Rinai meringis mendengar keluhan Fiona. Tetapi, ia juga mengiakan dalam hatinya. Sudah beberapa hari Ksatria jadi lebih senewen dan moody. Semua pekerjaan dalam sebulan seperti ingin ia kerjakan hanya dalam seminggu.Hal tersebut membuatnya dan Fiona tentu saja kewalahan. Mereka harus mengatur banyak jadwal yang tiba-tiba dim
Ksatria mengamati sekitarnya dan merasa aman karena tak ada penghuni rumah yang terlihat sejauh ini. Setelah itu, ia kembali melangkah dengan cepat melintasi halaman belakang.Begitu tiba di depan rumah Rinai, Ksatria mengetuk pintu dari kayu jati tersebut berkali-kali.“Nai,” panggil Ksatria diiringi ketukannya. “Ini aku, Ksatria.”“Udah tahu!” sahut Rinai dari dalam yang juga dengan teriakan, membuat Ksatria terkekeh geli.Tidak sampai lima menit kemudian, Rinai keluar dari rumahnya. “Kenapa?” tanya Rinai seraya menutup mulutnya yang menguap.Hari ini adalah hari Sabtu dan Rinai benar-benar baru bangun lima belas menit sebelum Ksatria mengetuk pintunya.Ayahnya sedang pergi dengan ayah Ksatria dan semalam Rinai juga sudah b