Home / Romansa / Teman Tapi Menikah / BAB 112 - Hati yang Dipatahkan, Kini Kepingannya Diinjak Hingga Hancur

Share

BAB 112 - Hati yang Dipatahkan, Kini Kepingannya Diinjak Hingga Hancur

Author: Sara Maureen
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Tenang aja, Ksatria udah mulai membaik kok.”

Rinai bicara seraya melirik ke arah rumah kaca Sandy yang sudah mulai terlihat wujudnya setelah proses pembangunan yang sangat cepat.

Dari jendela samping rumahnya ini, Rinai bisa melihat dengan jelas bagaimana Ksatria berada di antara barisan rak berisi tanaman Sandy dan Sandy sibuk menjelaskan mengenai tanamannya satu per satu.

Ayahnya itu memang terlihat sangat bahagia jika membicarakan tanaman-tanamannya.

Kini hari sudah menjelang sore. Ketika Sandy tadi siang pulang dan menemukan Ksatria sudah bangun, lelaki paruh baya itu menyambut Ksatria dengan senang dan santai seperti b

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Teman Tapi Menikah   BAB 113 - Pembicaraan antara Dua Lelaki

    “Kamu kapan balik ke Jakarta?”Ksatria baru saja melangkah masuk ke area yang hampir benar-benar menjadi sebuah rumah kaca dengan banyaknya tanaman di sana, ketika ditodong pertanyaan tersebut oleh Sandy. “Baru juga hari Minggu, Om.”“Kan besok Senin.” Sandy lanjut mengelap daun tanamannya yang lebar-lebar. “Emang kamu nggak kerja.”“Cuti, Om.”“Jangan kelamaan,” tambah Sandy lagi. Nada bicara Sandy bukan nada memerintah atau menghardik. “Kasihan papamu, repot karena Bos Kecil-nya menghilang.”Ksatria meringis.

  • Teman Tapi Menikah   BAB 114 - Aku Sayang Kamu, Ksatria

    “Perlu bantuan?”“Kamu mau bantu aku rapiin pakaian dalamku?”Rinai langsung melempar tote bag kosong yang tadi ia bawa ke wajah Ksatria hingga lelaki itu tertawa keras. Perempuan itu berjalan masuk ke kamar tamu yang ditempati Ksatria dan membuka pintunya lebar-lebar, supaya sang ayah tidak khawatir.Di lantai, Ksatria sedang berusaha melipat bajunya dengan rapi (setidaknya serapi yang ia bisa), lalu memasukkannya ke koper kecil milik Rinai yang dipinjamkan kepadanya.Ksatria datang ke Jogja tanpa persiapan, jangankan koper, sehelai baju pun tidak ia bawa.Jadilah ba

  • Teman Tapi Menikah   BAB 115 - Karena Kita Cuma Punya Satu Sama Lain

    “Udah sampai di apartemen?”“Belum, sebentar lagi nih.”“Kalau gitu ngapain telepon aku?!”Seruan galak itu bukannya membuat Ksatria takut, melainkan hanya tertawa senang ketika mendengarnya.Lelaki itu sudah menyetir untuk waktu yang cukup lama. Tapi jika dibandingkan dengan perjalanannya saat dari Jakarta ke Jogja beberapa hari yang lalu, perjalanan pulang ini lebih pelan dan lebih… tenang.Setiap kali Ksatria beristirahat di sela-sela waktu perjalanannya, Ksatria akan menelepon Rinai seperti apa yang perempuan itu sarankan padanya. Pesan terakhir

  • Teman Tapi Menikah   BAB 116 - Satu Langkah Besar untuk Ksatria

    “Kamu masih nggak mau ketemu Om Haydar sama Tante Leona?”Ksatria menaruh ponselnya di sebelahnya, karena ia sudah mengaktifkan mode loudspeaker, maka ia tidak perlu menempelkan ponsel tersebut ke telinganya lagi.Jam dinding menunjukkan pukul sembilan pagi ketika Ksatria duduk bersila di sofa sambil menatap televisinya yang volumenya ia atur sampai ke yang paling rendah.Lelaki itu mengambil ebi furai yang baru selesai ia goreng, kemudian ia tiup perlahan karena masih lumayan panas. Shahia memberikannya stok frozen food yang lumayan banyak, jadi pagi ini ia memutuskan untuk menggoreng ebi furai dan ekado untuk sarap

  • Teman Tapi Menikah   BAB 117 - Satu Hari Lagi Tanpamu dan Kita Masih Bertahan

    Ksatria pikir, waktu berjalan lambat ketika ia sedang tidak bersama Rinai. Akan tetapi, tahu-tahu sudah dua bulan berlalu sejak Ksatria pulang dari Jogja.Juga sejak ia memutuskan kalau ia butuh bantuan.Butuh berpikir sehari semalam bagi Ksatria untuk memutuskan langkah besar ini, di mana pada akhirnya ia tahu ia butuh bantuan orang lain untuk menghadapi masalahnya.Ksatria sadar kalau ia dan Rinai memiliki hubungan yang merupakan hubungan terserius pertama (dan ia harap juga yang terakhir) baginya. Ksatria tidak pernah dan tidak akan memikirkan perempuan lain untuk mengisi posisi Rinai saat ini.Dan jika ia memang serius, Ksatria tahu

  • Teman Tapi Menikah   BAB 118 - Beginilah Keluarga Kita

    Bos Besar: Selamat ulang tahun, anaknya Papa.Bos Besar: Besok bisa pulang ke rumah? Kita makan bareng buat merayakan ulang tahun kamu. Atau mau di restoran favorit kamu?Ksatria menimbang-nimbang ponsel di tangannya. Sementara itu, keriuhan di ruang makannya jadi terdengar samar-samar seiring dengan pikiran Ksatria yang melanglang buana.Apartemennya masih ramai meski sudah satu jam berlalu sejak pesta kejutan untuknya berlangsung. Niat tidurnya tentulah pupus, apalagi setelah melihat Rinai meskipun hanya lewat video call.Ksatria menepati janjinya u

  • Teman Tapi Menikah   BAB 119 - Cara Kita Berdamai Memang Berbeda-Beda

    Ksatria memilih untuk ke halaman belakang rumahnya, melalui jalan kecil yang ada di samping garasi. Yang biasanya selalu dilewati Rinai ketika Rinai masih tinggal di belakang rumahnya.Ingatan itu sendiri membuat Ksatria tersenyum begitu saja.Di awal-awal kepergian Rinai dari Jakarta, Ksatria merasa kalau hari-harinya jadi sepi dan mengenang kehadiran Rinai di rumah ini, hanya membuat Ksatria jadi merasa ngilu di hatinya.Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, Ksatria jadi bisa tersenyum saat mereka ulang kenangannya dengan Rinai.Mungkin ini yang disebut dengan bagaimana rasanya ketika kita ikhlas dalam menjalani sesuatu.

  • Teman Tapi Menikah   BAB 120 - Memulai Hari Bersamamu

    Beruntung acara makan malam itu berlangsung menjelang akhir pekan. Jadi Ksatria tidak perlu mengajukan cuti untuk merenung seharian di apartemennya.Sebenarnya kedua orangtua Ksatria menawarkan lelaki itu untuk menginap di rumah daripada menyetir malam-malam. Namun, Ksatria menolak dengan halus dan beruntung, mereka menghargai keputusan Ksatria.Malam itu, setelah sekian lama Ksatria tertidur tanpa merasa tenang (kecuali ketika ia sedang kelelahan, saat di Jogja bersama Rinai, atau setelah kembali dari konsultasi rutinnya), Ksatria tertidur dengan lelap dan tanpa bermimpi yang aneh-aneh.Mereka sudah saling memaafkan.Meski tentu, tidak

Latest chapter

  • Teman Tapi Menikah   [EXTRA] Kejutan yang Tidak Ada Habisnya

    "Rinai beneran ninggalin kamu berdua sama Rengga?""Iya." Ksatria menyuapi Rengga yang menerima suapannya dengan riang. "Kenapa?""Wah... kasihan Rinai nanti pas pulang," jawab Yogas dari seberang sana. "Menurut pengalamanku setelah lihat temen-temen kita, bapak dan anak kecil yang ditinggal sama istrinya pasti akan bikin kekacauan.""Aku nggak bikin kekacauan," tampik Ksatria, setengah keki. Enak saja Yogas bicara seperti itu! Maksudnya Ksatria dan Rengga bisa jadi biang onar sampai Rinai pusing, begitu?!“Lagipula kamu juga ditinggal Shua!” sambung Ksatria. “Nggak usah jemawa gitu!”“Tapi aku nggak pernah separah Badai dan Ipang.”“Halah, itu kan karena Tuhan belum nunjukin aibmu aja!”

  • Teman Tapi Menikah   [EXTRA] Napak Tilas Ksatria dan Rinai

    "Berhenti cengar-cengirnya, bisa nggak? Kamu nggak takut dikira kurang waras sama orang lain kah?"Ksatria menggeleng tanpa pikir panjang. Tangannya meraih tangan Rinai yang ada di atas meja, tapi perempuan itu dengan iseng menarik tangannya menjauh dari Ksatria."Aku nggak takut, soalnya nggak peduli kata orang." Ksatria masih saja nyengir saat menjawab Rinai. "Aku seneng banget.""Aku juga."Ah, senang sekali mendengar dari bibir Rinai secara langsung kalau ia juga senang.Ksatria merekam senyum di wajah Rinai dengan latar belakang dinding Huize Trivelli yang dipenuhi figura dan hiasan dinding lawas lainnya.Sore ini Rinai mengajak Ksatria ke sebuah restoran yang bisa dibilang cukup tersembunyi di kawasan Cideng, Jakarta Pusat. Restor

  • Teman Tapi Menikah   [EXTRA] Rencana yang Tidak Diketahui Ksatria

    Rinai melangkah keluar dari lift dengan perasaan rindu. Wah, ternyata ia lumayan rindu datang dan bekerja di sini, di Heavenly & Co. Dari perusahaan keluarga Ksatria ini juga, tumbuh kecintaan Rinai terhadap wewangian dan semua proses menyangkut wewangian."Mbak Rinaiii!"Rinai terkekeh melihat bagaimana hebohnya Fiona saat melihat dirinya. Ia merentangkan tangan dan Fiona yang segera keluar dari mejanya langsung menyambut Rinai ke dalam pelukan."Kangen deeeh," kata Fiona sambil mengeratkan pelukannya pada Rinai. Rinai sendiri tertawa mendengarnya. "Apa kabar? Sehat, Mbak?""Sehat kok. Kamu sendiri?""Sehattt, Bos Kecil jarang lembur soalnya, hehehe."Rinai tertawa dan merenggangkan pelukan mereka. Setelah menikah dengan Ksatria, h

  • Teman Tapi Menikah   [EXTRA] Mereka yang Baru menjadi Orangtua

    Kehidupan sebagai orangtua baru bukanlah hal yang mudah.Ksatria belajar banyak hal dari pengalamannya selama enam bulan ini bersama Rengga, anak pertamanya dengan Rinai. Pengalaman Ksatria saat ikut menyaksikan bagaimana tumbuh kembang anak-anak sahabatnya, nyatanya hanya sebagian kecil daripada apa yang harusnya ia lakukan."Rengga ganteng, anaknya Papa yang ganteng juga... tidur yuk...." Ksatria masih menimang-nimang tubuh mungil Arengga Cakra Abimayu di dalam dekapannya. Anaknya yang biasa dipanggil Rengga itu masih menangis, meski tangisannya sudah tidak sekeras tadi. "Kan minum susu udah... dibawa keliling kamar udah... sekarang waktunya bobo yuk? Ikut Mama tidur... siapa tahu ketemu di mimpi."Omongan panjang lebar Ksatria kali ini ternyata berhasil meredakan tangis anaknya. Kini, tangisan Rengga semakin memelan. Anaknya itu mulai mengerj

  • Teman Tapi Menikah   [EXTRA] Jangan Sampai seperti Ksatria

    Mungkin jika dibandingkan dengan lelaki sebayanya, Ksatria telah melalui hari persalinan lebih banyak dibanding orang-orang di luar sana.Ksatria pernah beberapa kali ikut menemani sahabatnya yang menanti kelahiran buah hati mereka dengan harap-harap cemas. Jadi ia sudah cukup berpengalaman untuk mengetahui bagaimana biasanya seorang calon ayah menghadapi situasi seperti ini.Dulu, Ksatria akan mencatat di dalam hatinya bahwa ia akan melakukan A atau tidak akan melakukan B kalau suatu hari ia akan mendampingi istrinya melahirkan. Tapi lihatlah saat ini….Pengetahuan yang Ksatria simpan, entah hilang ke mana saat harinya sebagai calon ayah baru datang.“Kacau banget kelihatannya.” Yogas datang sambil tertawa. Tangan lelaki itu menyodorkan segelas kopi hangat yang langsung d

  • Teman Tapi Menikah   [EXTRA] Hal yang Tidak Disangka oleh Semua Orang dari Seorang Ksatria

    Ksatria menatap nanar ke arah laptopnya, di mana terpampang fotonya dan Rinai di SUBO saat mereka masih sebagai kekasih. Lelaki itu mengembuskan napasnya, sebal karena lima menit yang lalu, formulir untuk RSVP ke SUBO besok telah ditutup alias reservasinya sudah penuh.Padahal Ksatria ingin sekali ke sana. Sejak semalam lelaki itu sudah membayangkan bagaimana indahnya makan siang dengan menu yang tidak ia tahu apa (karena memang begitu sistem di Subo, mereka tidak punya menu pasti), sambil mendengarkan lagu-lagu gubahan Glenn Fredly dan The Bakuucakar lewat piringan hitam.Hal itu memang sudah pernah ia dan Rinai lakukan. Tapi Ksatria tiba-tiba terpikirkan ingin mengulangi lagi salah satu momen kencan manisnya dengan sang istri."Pak Ksatria....""Hmmm?" Ksatria bergumam asal tanpa mendongak untuk me

  • Teman Tapi Menikah   [EXTRA] Rasa Bersalah Itu Tetap Ada

    Menjelang ulang tahun Rinai, Ksatria selalu excited dan bingung di waktu yang sama.Hadiah apa yang kira-kira dibutuhkan dan akan disukai Rinai? Apa Rinai akan tersenyum lebar saat menerima hadiah darinya?Pertanyaan-pertanyaan sejenis masih sering mampir di kepala Ksatria, meskipun sudah puluhan kali ia mencari hadiah untuk Rinai alias sudah nyaris seumur hidup ia habiskan dengan momen yang sama.Siapa bilang Ksatria tidak pernah berpikir keras jika harus memberikan hadiah untuk sahabat slash istrinya itu?Karena selalu ingin memberikan yang terbaik dan sebisa mungkin memang berguna juga disukai Rinai, Ksatria selalu berakhir dengan kebingungan sendiri dan berpikir sangat keras untuk waktu yang lama.Seperti sekarang ini.

  • Teman Tapi Menikah   [EXTRA] Bahagianya Rinai (Saat Ini), Bukan Bahagianya Ksatria

    [Ksatria dan Rinai, di tahun ketiga mereka kuliah.]

Ksatria melangkah menuju rumah Rinai sambil berpikir mau makan siang dengan apa hari ini—ayam penyet sambal cabai hijau atau soto daging dengan tambahan kikil dan babat yang terlihat tidak sehat, tapi melenakan.Baru sampai di teras, pintu rumah Rinai tiba-tiba terbuka. Perempuan itu terlihat cantik dengan midi skirt hitam dan blus longgar berwarna baby pink. Ada pita di rambutnya dan hal itu memberi tahu Ksatria kalau sahabatnya ini sedang senang.Iya, Rinai kerap kali mengenakan jepitan berhias pita tersebut hanya saat sedang senang.“Baru mau kupanggil,” sapa Ksatria. “Udah siap? Yuk.”“

  • Teman Tapi Menikah   [EXTRA] Apakah Ini Pertama Kalinya untuk Ksatria Menyadari Perasaannya?

    [Ksatria dan Rinai, di tahun ketiga mereka kuliah.]

Ksatria mengetukkan jemarinya di stir mobil, mencoba bersabar menunggu Rinai yang belum juga keluar dari rumahnya. Lelaki itu mengecek jam di tangannya. Memang sih, masih ada satu setengah jam lagi sebelum kelas dimulai. Tapi biasanya Rinai sudah akan menyuruh Ksatria menyetir ke kampus dengan alasan tidak ingin datang mepet dan mendapat kursi tidak strategis di kelas."Ke mana sih dia?" gerutu Ksatria. Lelaki itu akhirnya tidak tahan menunggu dan bergegas keluar dari mobilnya yang masih parkir di halaman rumah.Pandangan Ksatria mengedar ke sekitar dan setelah merasa aman (tidak ada pegawai rumahnya yang berkeliaran di sekitar), Ksatria mengeluarkan kotak rokok dan lighter-nya dari saku celana jeans

DMCA.com Protection Status