"Hmm ... dulu sih ada. Tapi sudah putus," jelas Alice.
"Kenapa?" Nathan terpancing rasa ingin tahunya."Karena dia kaya dan saya miskin. Begitu saja sih." Alice malas membahas panjang lebar tentang Nino ataupun Jordi yang sebentar lagi menjadi para mantan Alice. Mungkin memang sebaiknya Alice menjomblo saja sampai maut menjelang."Hmm ... pemikiran yang kolot," decih Nathan yang tidak setuju dengan pemikiran kaya dan miskin. Ia sendiri juga dipisahkan dari Sinta karena hal itu dan menyebabkan Nathan tidak mau dekat lagi dengan orang tuanya. Nathan marah kepada kedua orang tuanya hingga saat ini."Ya ... mungkin karena takut dengan orang miskin seperti saya, Pak. Jadi ... ya orang kaya memang harus berpasangan dengan orang kaya. Wanita seperti saya ya ... memang harusnya sejak awal tahu diri sih. Haha ... Mungkin saya tidak tahu diri dan berani menjalin hubungan tidak selevel itu." Alice menertawakan kebodohannya sendiri."Cinta itu tidak bisa dipaksa, Alice.Tiba-tiba ada secercah harapan dari Nathan untuk Alice. Mungkin dengan cara ini, Alice bisa menghindari Jordi maupun Nino. Sudahlah ... lebih baik ia menutup masa lalunya. Membiarkan dua orang itu bahagia tanpa kehadirannya. Selain itu, Alice juga bisa bebas dari tekanan Norita dan Ratna. Mungkin ini jalan yang terbaik. Ia juga bisa membawa Ranti ke Bandung bersama dengannya."Saya serius, Al. Tapi tentunya kamu harus bolak-balik antara Jakarta dan Bandung karena terus mengikuti saya.""Tidak masalah, Pak. Saya mau. Saya mau ikut kemanapun, Pak." Alice mengangguk setuju dengan tawaran dari Nathan."Baiklah. Hmm ... dalam satu minggu ini, lebih baik kamu bersiap untuk bekerja di Bandung.""Iya, Pak. Bolehkah saya membawa mama?" Gadis itu sama sekali tidak pernah meninggalkan Ranti, jadi pastinya ia akan takut jika Ranti ditinggal sendiri."Tapi kamu akan tinggal di mes karyawan, jadi sepertinya kamu tidak bisa membawa mama kamu sementara waktu.""Ok, Pak
Mereka hanya berpacaran kurang dari satu minggu dan semuanya sudah selesai. Alice merasa ia menjadi seperti mantan-mantan Jordi yang lainnya, yang hanya bertahan kurang dari satu minggu. Apakah ini karma karena selama ini Alice terlalu dekat dengan Jordi sehingga para kekasih pria tampan itu sangat tidak nyaman dengan kehadirannya? Sekarang Alice baru tahu. Bagaimana jika kekasihnya bersama dengan wanita lain. Alice memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat Jordi lagi. Ia sudah membulatkan tekad untuk pergi dari Jordi.***Hari kian gelap dan Alice masih berada di kantor. Bekerja dan belajar semua hal tentang perusahaan dan segala macam aspeknya. Nathan sudah mengatakan banyak hal yang harus dipelajari Alice jika ia ingin pindah ke Bandung. Sebagai asisten pribadi dari Nathan Tanuwijaya, pastinya Alice harus siap untuk mengerjakan segalanya.Drtt ...Ponsel Alice bergetar. Gadis itu sama sekali tidak menjawab panggilan dari siapapun termasuk dari Jordi dan R
Alice segera melihat mobil mewah Jordi yang sudah terparkir di parkiran basement kantor.Jordi yang sudah melihat kedatangan Alice segera membuka pintu dan berjalan ke arah pintu penumpang, membukakan pintu untuk Alice, sang kekasih."Thanks." Alice meluncur masuk ke dalam mobil tanpa basa-basi lagi.Jordi tersenyum kecut. Tidak ada pelukan atau bahagia karena dijemput pacar pada hari pertama bekerja, tapi nada suara Alice hanya datar untuk mengucapkan terima kasih kepadanya.Jordi segera masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobil itu."Hari pertama kerja koq sampai lembur, Al?" tanya Jordi untuk memulai percakapan dengan sang pujaan hati yang wajahnya sudah ditekuk. Jordi mengerti kalau Alice begitu lelah."Ya. Banyak yang harus dipelajari."Alice menjawab sekenanya saja. Ia masih tidak bisa menyembunyikan betapa kalutnya perasaan Alice terhadap Jordi. Bayang-bayang Jordi dengan wanita lain membuat Alice sudah naik darah."Mama Ranti tad
Jordi benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan Alice tentang istri. Alice berbicara seolah gadis itu tidak mau menjadi istri Jordi. Padahal sudah banyak rencana yang ingin Jordi wujudkan bersama Alice.Terus terang, Jordi bingung dengan perubahan sikap Alice itu. Padahal tadi pagi, Alice sangat manja terhadap dirinya. Tapi kenapa saat malam, Alice berubah menjadi sangat dingin. Apakah ia melakukan kesalahan? Tapi apa?"Jawab, Al! Apa maksud kata-kata loe tadi?" desak Jordi."Ya ... kita kan gak akan pernah tahu, Jor. Siapa nanti pasangan hidup loe? Gue ..."Bisakah Alice mengatakan bahwa ia marah kepada Jordi yang sudah berselingkuh diam-diam di belakangnya? Apakah Alice memiliki hak itu? Apakah di mata Jordi, Alice adalah kekasih yang akan menjadi istrinya di masa depan? Alice tidak tahu. Tepatnya Alice bertambah ragu setelah melihat pemandangan tidak enak tadi siang."Al, loe itu segalanya buat gue. Kalau gak ada loe, gue itu bisa mati! Depresi. Loe n
"Ke mall. Gue bosan sendiri di rumah." Ok lah, sekarang Jordi sudah mulai jujur. Pria itu mengaku pergi ke mall. Lebih baik Alice mengajukan pertanyaan selanjutnya untuk mengetahui kejujuran dari Jordi. "Sama siapa?" "Sendiri," jawab Jordi dengan lantang. Fix! Jordi bohong. Alice sudah malas dengan ucapan bohong dari Jordi. Ia adalah orang yang paling tidak suka dibohongi oleh Jordi. Artinya jika Jordi berbohong, wanita itu sangat spesial bagi Jordi atau Jordi takut Alice marah jika mengatakan yang jujur. Wajah Alice berubah jadi kecut. "Ok." Hanya itu jawaban Alice untuk Jordi dan ia segera melepaskan kedua tangannya dari genggaman Jordi. "Al." "Gue capek, mau pulang." Alice sudah malas membahas. Sementara itu di pikiran Jordi ... "Sorry, Al. Gue gak mau loe cemburu. Tadi gue ke mall sama Anita. Dia itu cuma teman lama, gak ada yang berarti sama sekali," batin Jordi yang merasa sedikit bersalah kepada Alice karena ia sudah tidak jujur. Jordi tidak mau ada masalah apapun d
Bingung ... itulah yang dirasakan oleh Alice sekarang. Ia hanya bisa mendoakan Jordi bahagia saja dengan wanita tadi siang. Norita juga sudah mengatakan bahwa wanita itu calon menantu. Artinya sudah tidak ada harapan bagi Alice. Semakin cepat ia pergi, semakin baik. Alice tidak mau mengganggu dua orang yang bermain di belakangnya itu."Gue akan bahagia kalau ada loe di samping gue. Selamanya."CUP!Jordi mengecup bibir Alice sekilas.Tidak ada senyum ataupun wajah yang malu dari sang dara, hanya wajah datar saja seakan kecupan itu tidak berarti sama sekali. Mungkinkah ini yang disebut dengan pasrah?"Gue harap loe akan bersama gue seumur hidup," ucap Jordi lagi.Ia sangat tahu ada perubahan di dalam diri Alice. Jordi bisa merasakannya, tapi ia tidak tahu kenapa. Apa mungkin mamanya mengancam Alice lagi sehingga Alice berubah dan ingin meninggalkan dirinya? Tidak akan pernah Jordi biarkan hal itu terjadi."Kita lihat saja nanti, Jor. Gue ... gue gak
"Enggak ... itu para tetangga sudah mulai bisik-bisik dan tante agak risih," ucap Ranti berbohong dengan meyakinkan."Oh."Jordi mengerti. Memang ia belum menikah dengan Alice dan pastinya tetangga sekitar rumah Ranti akan bergunjing karena dirinya yang terlalu mencolok. Mobil sport di depan rumah Ranti pastinya akan membuat orang lain memperhatikan.Ranti masih menunggu jawaban dari Jordi, semoga saja Jordi secepatnya pergi dari rumahnya itu."Nanti malam saya gak tinggal di sini, Tan." Jordi tahu diri.Tidak enak merepotkan Ranti dan Alice terus. Semoga saja ia bisa secepatnya menikah dengan Alice agar bisa memboyong dua orang yang ia sayangi itu untuk pindah ke rumah baru. Rumah baru yang akan Jordi beli dalam waktu satu bulan lagi."Baiklah. Maaf ya, Jor. Tante bukannya mengusir kamu."Sebenarnya Ranti tidak enak hati karena harus membuat Jordi pergi dari rumahnya. Tapi mau bagaimana lagi. Ranti tidak ingin semuanya semakin memburuk dan Jordi
"Terima kasih, Tan."Jordi sangat bingung."Tan ... ini bukan artinya kalian mau meninggalkan saya bukan? Apa ini ada hubungannya dengan mama saya?" tanya Jordi yang sangat curiga dengan semua ucapan bahagia dari Alice dan Ranti."Tidak. Ini hanya tante dan Alice yang ingin kamu bahagia di dalam hidup. Hmm ... semoga kamu menemukan jodoh kamu yang terbaik dan bahagia selamanya."Jordi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia ingin mengatakan bahwa ia mencintai Alice dan hanya Alice yang bisa membuatnya bahagia. Tapi bagaimana juga ia harus mengatakannya kepada Ranti?"Tante ... please jangan pernah tinggalkan saya sendiri. Saya bisa gila kalau tidak ada tante dan Alice. Kalian adalah keluarga saya," mohon Jordi dengan air mata yang sudah mulai menetes.Ranti hanya bisa tersenyum penuh arti. Antara kasihan dan harus tega terhadap Jordi. Sungguh ... Ranti tidak tahu keputusannya ini baik atau tidak untuk seorang Jordi Soebrata."Tante … jika m
"Hmm ... nanti kita bicara berdua ya, Ma. Mereka mungkin akan sangat marah karena seperti kita mempermainkan putri mereka." putus Alexander. Norita mengangguk. "Mama sangat menyesal, Pa. Andaikan dulu mama tidak keras kepala. Pasti lima tahun lalu kita sudah bahagia dengan Luke juga." "Tak ada yang tahu, Ma. Takdir baik atau buruk, tetap harus kita jalani." Norita mengangguk pelan, setuju dengan ucapan dari suaminya itu. "Besok kita pulang ke Indonesia. Kita harus bicara dengan Abi dan istrinya." Alexander menganggukkan kepalanya. * Kamar pengantin Jordi dan Alice "Wah ... kamarnya gede banget." Alice sangat terkesima dengan besarnya ruangan kamar dan juga dekorasi di hotel itu yang terasa sangat mewah. "Iya dong. Untuk memadu kasih, butuh tempat yang cozy." "Ah, kamu tuh ada-ada saja." "Mandi dulu yuks, supaya segar." ajak Jordi. "Kamu duluan gih." Jordi sudah membuka dasi dan jasnya. Hanya tinggal kemeja dan celana panjang saja yang belum. Sementara Alice, wanita itu ma
"Mama yang akan selesaikan. Besok, kamu dan Alice ke KBRI saja untuk mengurus pernikahan kalian. Uhm, tapi sebelumnya, mama akan panggil penghulu dulu agar kalian bisa menikah secara siri."Jordi tersenyum."Maafkan mama yang keras kepala selama ini."Jordi langsung memeluk erat Norita. "Terima kasih karena mama sudah berubah pikiran.""Mama ingin bicara dengan Alice. Kamu sama Luke dulu saja."Jordi menganggukkan kepalanya, lalu ia berjalan menuju ke kamar."Al,"Alice langsung mengarahkan kepalanya kepada Jordi. "Mama ingin bicara dengan kamu."Alice mengangguk pelan. Lalu ia bangkit berdiri, bergantian dengan Jordi untuk menemani Luke. "Ada apa, Tante?""Kemari, Al."Alice pun duduk di hadapan Norita. "Uhm ... tante minta maaf sama kamu ya.""Tentang apa, Tante?" Alice meragu. "Tentang apa yang terjadi selama ini. Tentang lima tahun lalu dan tentang semua perlakuan tante terhadap kamu dan mama kamu.""I-iya, Tante. Sudah aku maafkan.""Tante harap kamu segera menikah dengan Jo
"Bisa aku masuk, Tan?" tanya Anita yang wajahnya sudah sembab. "Bo-boleh. Ayo masuk."Norita mempersilahkan Anita masuk ke dalam kamarnya. Sebenarnya ia pikir Alice dan Jordi yang datang, ternyata Anita. "Ada apa, Nita? Duduk dulu."Anita menganggukkan kepalanya. Dua orang wanita itu duduk berhadapan. "Apakah Tante sudah ketemu dengan Jordi?" tanya Anita yang terlihat kalut. "Sudah""Bagaimana, Tante? Apakah Tante sudah berhasil meyakinkan Jordi untuk meninggalkan Alice?" tanya Anita penuh harap. Norita menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya ia kasihan dengan Anita yang selama lima tahun ini sudah mendampingi Jordi. Memang Norita akui, semua ini salahnya. Andai dulu dia tidak keras kepala untuk memisahkan Jordi dari Alice, semua ini tak akan terjadi. "Tante ... tante kenapa diam? Tolong jawab aku!""Maaf, Nita.""Maaf? Apa maksud dari permintaan maaf Tante ini?""Jordi ... tak bisa dipisahkan dari Alice. Tante tak bisa berbuat apa-apa." kilah Norita yang sedikit berbohong. "Tant
"Masalah uang, gak usah pusing. Suruh saja Jordi kerja keras." tanya Norita yang masih terlihat dominan itu.Alice menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat."Gak perlu masalah harga diri. Kalau kalian menikah, memang tugas Jordi untuk cari uang dan kamu urus anak. Bisa-bisa cucu aku ini kurang kasih sayang karena kedua orang tuanya kerja terus." balas Norita dengan sangat santai.Alice menatap ke arah Jordi seolah meminta pertolongan dari pria itu agar bisa bicara dengan sang mama."Gak, Ma. Alice tetap di Melbourne. Dia gak akan pindah. Begitu juga dengan Luke." tolak Jordi atas semua rencana Norita terhadap Luke."Loh, tapi kan kamu kerja di Singapura." Norita agak protes dengan mengerenyitkan dahinya."Tambah cabang saja di sini." balas Jordi santai."Memangnya semudah itu?" ejek Norita."Tidak mudah, tapi kenapa tidak dicoba? Sekalian expand saja. Toh yang di Singapura, bisa aku lakukan secara remote. Aku akan datang mengecek setiap sebulan sekali.""Mama ...bagaimana kalau mam
"Kamu tenang saja. Kita lakukan saja yang terbaik."Ailce mengangguk pelan. Ia bagaimana pun harus percaya apa yang dikatakan oleh Jordi. "Ya sudah, kamu siap-siap saja. Nanti jam sepuluhan kita pergi ketemu sama mama. Aku janjian jam sebelas.""Luke dibawa kah?""Yes! Biar mama sekalian melihat kamu dan Luke. Dia pasti tidak akan bisa menyangka kalau aku sudah punya anak. Sekalian juga membuktikan kepada mama kalau Luke memang anak aku."Alice mengangguk.CUP!Jordi mengecup bibir Alice. "Kita hadapi bersama.""Semoga kita bisa."Wanita itu segera keluar dan memandikan Luke. Ia juga harus merapikan dirinya untuk bertemu dengan Norita."Al," panggil Ranti yang sudah masuk ke dalam kamar ketika Alice sedang berdandan."Ya, Ma. Ada apa?""Nanti kamu ketemu dengan mamanya Jordi?""Ya, Ma.""Kamu bersabar saja kalau dia menghina kamu ya. Jangan dibawa masuk ke dalam hati. Jika kamu dan Jordi memang berjodoh, pasti kalian bersatu.""Ya, Ma. Alice mengerti. Doakan saja yang terbaik untuk A
KRING!Sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponsel Jordi. Pria itu masih tertidur dan memeluk Luke erat, sang malaikat kecilnya itu."Hmm ... halo," sapa Jordi dengan suara paraunya khas orang baru bangun tidur."Kamu ada dimana?""Tidur. Kenapa, Ma?""Mama sudah di Melbourne. Mama mau ketemu sama kamu.""Iya, nanti jam sebelas ya. Jordi masih mengantuk.""Apa kamu ada di rumah Alice?""Iya, di rumah Istriku!" tegas Jordi yang sudah langsung sadar dari tidurnya. Ia berjalan menuju keluar balkon agar tidak menganggu Luke yang masih tidur."Apa kamu bilang? Istri?""YA! ISTRI DAN ANAK AKU!" tegas Jordi yang tak takut sama sekali dengan Norita."A-anak?" Norita terkesiap."Ya. Aku sudah menemukan hidup aku. Bukan bersama dengan Anita. Wanita yang selalu ada di mimpi aku itu adalah ALICE! Dan kami sudah punya anak! Mama sudah punya cucu.""Gak! Ini gak mungkin. Wanita itu pasti menipu kamu, Jor! Kamu jangan mau dibohongi. Pasti anak itu adalah anak dia dengan pria lain. Dia itu wanita
"Gak gitu juga konsepnya. Itu otak bersihin dulu coba! Kamu tidur sama Luke, aku tidur sama mama." tegas Alice. "Ya siapa tahu kamu mau tidur sama aku. Aku janji cuma tidur aja. Gak lebih dari itu. Gak akan nakal koq.""Gak mau! Aku gak percaya asma kamu. Kalau ketahuan, bisa-bisa aku malu banget sama mama dan Luke.""Artinya kalau mereka gak ada, kamu mau dong tidur bersama aku?" goda Jordi dengan mata genitnya."Gak lah." tolak Alice."Astaga ..." Jordi menggelengkan kepalanya sambil menatap tak percaya kepada Alice. "Kamu tuh udah bertelor anak satu aja bersama aku, masih jual mahal banget.""Bertelor? Memang kamu pikir aku tuh ayam?" protes Alice. "Haha ... ayam goreng sexy kesukaan Jordi lah," kekeh Jordi gemas sendiri. "Amnesia apa gak, kamu tuh gak berubah. Otak mesum kamu tuh gak ketolongan." ejek Alice sambil menoyor kepala Jordi."Itu namanya udah sifat yang mendarah daging, Alice. Apalagi sama kamu." Jordi malah menyenggol lengan Alice."Dah lah, tidur sana sama Luke! Ak
"Tebak aja." goda Jordi. "Hm ... kayaknya uda balik nih ingatan kamu." "Haha ... gak koq." "Terus ... " Alice mengerenyitkan dahinya. Bingung sendiri dengan Jordi yang sepertinya tahu segalanya. "Hmm kemarin waktu tidur di kamar kamu. Aku tuh kebangun dan gak sengaja baca diari kamu. Maaf ya," aku Jordi jujur sambil memasang wajah innocent. "Astaga ... kamu baca buku orang sembarangan koq." protes Alice sambil mencubit perut Jordi sebelah kiri. "Aduh ... sakit banget cubitan kamu tuh." Jordi mengaduh kesakitan. "Biarin! Rasain ... suruh siapa baca diari orang sembarangan?" "Itu namanya petunjuk dari Tuhan, tiba-tiba aja aku bisa ketemu diari kamu." "Perasaan aku taro di lemari deh." "Hahaha ... atas restu Tuhan dan juga usaha aku cari informasi dong." kekeh Jordi. "Parah banget." Alice mencebikkan bibirnya. "Gak apa. Seenggaknya aku tahu kamu tuh cinta banget sama aku. Tiap hari nulis diari ada doa untuk aku. Ya, walaupun doanya supaya aku bahagia di sur
"Ya, seperti yang kamu dengar. Hmm ... nanti lagi deh kalau ke Singapura baru aku jelaskan sama orang tua kamu. Maaf aku harus segera pergi.""JORDI! KAMU GAK BISA SEPERTI INI KEPADA AKU!" bentak Anita tak terima. Tapi, Jordi seolah tak peduli. Ia segera ke kamarnya dan mengambil kopernya."JORDI! Jelaskan kepada aku! Apa maksudnya?""Sorry, aku benar-benar harus pergi." Jordi seolah tak mau memusingkan Anita yang masuk ke dalam kamarnya dan terus berbicara."JOR! Jelaskan dulu. Apa ... apa ada wanita lain yang kamu temukan?""Ya!""HAH!""Aku sudah ingat semuanya, Anita! Sudah ingat! Kamu dan mama tak bisa bohong kepada aku!" tegas Jordi.Tubuh Anita bergetar hebat. Ia tak menyangka kalau perjalanan Jordi ke Melbourne ternyata membuat Jordi kembali ingat akan masa lalu."A-apakah kamu sudah ketemu dengan Alice?" tanya Anita dengan suara yang bergetar."Alice? Kamu kenal Alice?"Anita menggeleng tapi hendak mengangguk. Ia bingung harus bagaimana bereaksi terhadap Jordi."Parah! Kamu d