Home / Romansa / Teman Sekamar Selebriti (Indonesia) / New Year Celebration Party

Share

New Year Celebration Party

Author: Deedein
last update Last Updated: 2022-05-11 07:49:25

SUATU KEHORMATAN BAGI Abigail Russell saat Victor mengajaknya menghabiskan pengujung tahun di kapal pesiar untuk pesta yang besar dan meriah.

Gaun satin merah jambu Abigail sebatas lutut, cukup memperhatikan dengan sopan dadanya. Bibirnya yang berbentuk seperti hati dipoles lipstik nude untuk menyeimbangkan riasan mata yang mencolok. Ia cukup membutuhkan banyak riasan wajah, seperti blush on untuk memerahkan pipi, dan eyeliner untuk mempertegas matanya.

"Hai, Ma Petite Minette. Apakah kau bidadari yang baru saja turun ke bumi?" sapa Victor saat meihat Abigail menunggu di luar kapal. Pria itu sangat rapi, ia memakai tuksedo dan celana jins.

"Jangan mencoba menggodaku."

Victor tertawa. Dia mengulurkan tangan pada Abigail, tersenyum dengan mata berkilat jenaka yang terpatri di netra abu-abu pria itu. "Apakah putri cantik ini mau masuk bersamaku?"

Abigail merasakan pipinya memanas seperti demam, lalu ia menerima tangan Victor dengan senang hati dan berujar, "Tentu saja."

Mereka berjalan masuk ke kapal pesiar yang ramai. Beruntung, Abigail salah satu di dalam tamu pesta karena Victor. Pesta itu menggunakan jasa bartender dan minuman-minuman alkohol dari bar tempat Victor bekerja.

Victor mengajak Abigail ke dak paling atas kapal pesiar di mana keramaian semakin menggila di sana. Tepat sepuluh menit sebelum pukul sepuluh, kapal mulai berlayar di atas birunya laut. Namun, baru sepuluh menit mereka bersama, Victor pamit undur diri untuk bercengkeram dengan tamu penting di counter.

Awalnya, Abigail merasa keberatan, tapi ia tidak bisa egois meminta Victor terus bersamanya. Jadi, ia memilih berjalan-jalan di sekitar dak dan berhenti di ujung dak.

"Mau minum, Mademoiselle?" tawar seorang baki yang melintas di depan Abigail.

Abigail mengambil asal salah satu minuman berwarna unggu pekat dari atas nampan sebelum mengucapkan terima kasih.

Udara malam yang dingin menyapa lembut kulit Abigail, ia menyesal tidak membawa blazer karena mungkin saja pesta ini akan membuat ia menggigil.

"Abigail-girl, kaukah itu?"

Abigail sontak menoleh, menemukan Benjamin Marchetti dalam balutan tuksedo jutaan dolar dan rambutnya ditarik ke belakang membuat mata birunya terlihat memikat di bawah sinar rembulan.

"Benjamin, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Abigail hampir menjatuhkan gelasnya karena terkejut menemukan suaminya di sini.

Geez, andaikan pintu ke mana saja milik Doraemon memang ada, Abigail rela menukarkan apa pun agar ia bisa pergi dari hadapan Benjamin sekarang juga.

"Seharusnya, itu kalimatku, Abigail-girl. Jangan salahkan aku berpikir kau mengikutiku." Sudut bibir Benjamin berkedut geli.

Abigail mengulirkan bola matanya. "Sudah kubilang, aku tidak mengikutimu."

"Lalu, apa yang kau lakukan di sini?" Sudut mulut Benjamin melengkung menjadi seringai.

"Aku datang bersama seseorang."

Benjamin mengernyit, mengangkat sebelah alisnya. Lalu, tatapan mencela memenuhi ekspresi wajahnya. "Seseorang? Pacar lidimu yang kemarin?"

"Tidak." Abigail mengangkat dagu. "Aku datang bersama pria yang di sana." Abigail menunjuk Victor yang duduk di ujung kursi counter bersama pria setengah abad.

"Oh, pacarmu?" tanya Benjamin dengan malas.

"Belum, setidaknya untuk saat ini." Abigail dengan salah tingkah meminum minuman yang diambil dari baki untuk mengurangi percakapan dengan Benjamin.

Benjamin melipat lengan di dada dan bersandar di pagar pembatas kapal. "Sepertinya, kau sangat berusaha keras mencari penggantiku, Abigail-girl."

Abigail tersedak minumannya. Ia menatap Benjamin dengan mulut terbuka seperti ikan. Ya Tuhan, apakah Abigail terlihat seperti perempuan yang haus kasih sayang pria? Padahal, tujuan Abigail hanya untuk bersenang-senang dan melupakan skandal suaminya.

"Ya! Karena suamiku tidak pernah pulang. Apakah aku salah mencari pria lain?" tanya Abigail menyelipkan seluruh rasa sakit pada ucapannya.

"Tapi sekarang, aku di sini, di depanmu, Abigail-girl."

Abigail seolah kehilangan lidah untuk berbicara, sementara ia dan Benjamin saling beradu tatap untuk lomba saling membisu. Sementara itu, Benjamin mulai bertanya-tanya apa yang dipikirkan perempuan yang selisih usia delapan tahun dengannya. Apakah Abigail menderita selama ini? Apakah Abigail menginginkannya? Atau apakah Abigail begitu membencinya?

Saat Benjamin ingin bertanya mengenai perasaan perempuan itu, seorang perempuan berambut pirang cerah sebahu berusia selisih lima tahun lebih tua dari Benjamin, menepuk pundaknya. Dia Placida Serra--manager Benjamin.

"Benjamin, kau di sini rupanya. Beberapa menit lagi kau harus tampil untuk menjadi bintang tamu." Netra cokelat hazel Placida bergeser pada perempuan di belakang Benjamin. Bibirnya berkedut saat berkata, "Monica mencarimu."

Abigail tidak bisa bersikap ramah pada Placida. Selain keluarga Benjamin, orang yang mengetahui pernikahan mereka ialah Placida Serra. Dia termasuk orang yang menentang pernikahan mereka pada awalnya karena dirasa akan menjatuhkan karir Benjamin saat pria itu sedang dalam puncak kejayaannya. Abigail tahu, Placida mungkin sedang mencoba mematik amarah padanya dengan menyebut Monica Jaquetta. Dan sialnya, itu benar-benar sukses membuat Abigail sakit hati mendengar nama perempuan itu.

Sebelum Benjamin berbalik pergi, pria itu membisikan kata-kata di telinga Abigail. "Jaga dirimu, Abigail-girl. Aku mungkin jahat padamu, tapi siapa yang tahu jika teman kencanmu lebih jahat dariku."

Setelah itu, Benjamin bergegas pergi, tetapi Placida masih di sana dengan tangan bersedekap mengamati Abigail penuh penilaian.

"Oh, hai, lama tidak bertemu, Abigail." Placida tersenyum basa-basi. "Kudengar, kau menggugat cerai Benjamin."

"Bukankah itu kabar bagus untukmu?" ketus Abigail. Rasa-rasanya, ia ingin menyiram rambut Placida dengan minumannya.

"Ya, seharusnya kau lakukan itu sejak lama. Dan, yeah, terima kasih berkat berita yang kau tulis banyak orang yang mendukung Benjamin dan Monica, hal itu membuat film mereka laku keras."

"Memang seorang bajingan lebih pantas bersama perayu suami orang." Abigail menenggak habis minumnya dan menyerahkan ke nampan baki yang kebetulan lewat, lalu pergi dari hadapan Placida dengan langkah lebar.

"Hei, ada apa? Apa kau baik-baik saja?" tanya Victor saat berpapasan dengan Abigail. Pria itu bersyukur menemukan Abigail di tengah keramaian pesta tanpa susah payah. "Maaf, meninggalkanmu terlalu lama."

"Pretty good. Apakah kau punya minuman yang bisa melupakan masalah?"

"Mari kita cari untukmu." Victor melingkarkan tangan kekarnya ke pundak Abigail, lalu menuntun perempuan itu duduk di counter.

Saat Abigail duduk menunggu Victor membuatkan minuman, atensi para tamu mulai tertarik ke arah panggung kecil di bagian depan.

Sialan, Abigail mengumpat melihat Benjamin dan Monica di depan sana mulai penyambutan. Abigail merasakan ulu hatinya naik ke kerongkongan melihat Monica menggamit lengan Benjamin. Demi Tuhan, Benjamin adalah suaminya. Bahkan, ia tidak pernah menyentuh Benjamin seperti apa yang dilakukan Monica Jaquetta pada pria itu. Rasa iri pun mulai merangkak naik ke hati Abigail.

Monica Jaquetta memang cantik, tetapi malam ini ia terlihat lebih cantik dengan gaun biru langit malam tanpa lengan dengan bagian punggung terbuka melekat erat di tubuh ramping perempuan itu. Seolah udara dingin meraba kulitnya, ia dengan sengaja menempel pada Benjamin yang notabene suami Abigail Russell untuk mencari kehangatan.

"Segelas martini untukmu, Ma Petite Minette." Victor datang dengan segelas martini di tangannya yang langsung disambut Abigail untuk meredam emosi yang bergemuruh di dada.

"Terima kasih," timpal Abigail langsung menyesep martini dalam diam tanpa melepas tatapannya pada tangan Monica di lengan Benjamin.

"Apa kau pernah berpacaran, Abigail?' tanya Victor tiba-tiba membuat Abigail menatap pria itu.

"Ya." Abigail berbohong. Ia tidak berpacaran dengan pria mana pun karena terlalu takut dengan hubungan badan, tetapi ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya untuk mempermalukan diri.

Victor menumpukan dagu untuk mengamati wajah Abigail. "Kau tidak punya pacar?"

"Tidak."

Untuk kali ini, Abigail tidak berbohong jika tidak punya pacar, tetapi ia memiliki suami.

Victor tertawa membuat Abigail mengernyit. "Apanya yang lucu?"

"Aku hanya heran mengapa perempuan secantik dirimu tidak punya pacar." Bibir Victor berkedut seolah menahan senyum geli.

"Apakah itu mengerikan seperti perang ketiga akan dimulai?" Abigail mengangkat gelas martininya dan menyesapnya lagi.

“Tidak, tentu tidak.”

Abigail mengangkat kedua alis. “Oh.”

Victor mengangguk. "Berapa usiamu, Abigail?"

"Dua puluh tahun."

"Aku empat tahun lebih tua darimu. Kau begitu muda dan lebih cantik dari fotomu, Abigail. Omong-omong, kurasa kita serasi. Aku juga tidak punya pacar." Victor menyentuh dengan hati-hati punggung tangan Abigail yang ada di meja counter.

"So?" Abigail kembali meminum martini-nya hingga tersisa setengah gelas.

Victor membuat pola tidak beraturan di punggung tangan Abigail. "Aku ingin kita memulai suatu hubungan."

"Seperti apa?" Abigail bertanya hati-hati.

"Berpacaran mungkin." Victor mengedikkan bahu. Dia terlihat mengemaskan seperti anak berusia lima tahun yang meminta permen.

"Apakah kau baru saja menyatakan cinta?" tanya Abigail dengan polos.

Victor tertawa. "Ya, Abigail. Aku ingin kau menjadi kekasihku. Aku tahu ini terlalu cepat untuk kita karena aku takut kehilanganmu."

Jantung Abigail berdetak lebih kencang dari biasanya. Ini bukan pertama kali Abigail mendengar seorang pria menyatakan cinta padanya, tetapi tetap saja itu membuat ia berdebar.

Ya Tuhan, Abigail tidak tahu harus menjawab apa. Dulu, ia pernah takut berpacaran karena takut dengan hubungan badan, tetapi sekarang ia dua puluh tahun.

Abigail tidak tahu bagian Victor yang mana yang mampu membuat ia menolak pria itu. Victor adalah pria tampan dan punya pekerjaan di depan mata.

"Aku menunggu jawabanmu, Abigail."

Saat Abigail sedang menyusun kata-kata untuk menjawab, kembang api mulai meledak-ledak di langit tepat tengah malam. Keadaan sekitar semakin riuh saat pergantian tahun telah tiba. Waktu berjalan semakin cepat dan Victor menunggu jawaban darinya.

Akan tetapi, rasa panas tiba-tiba menjalar di tubuh Abigail. Jadi, sebelum menjawab tawaran Victor, Abigail pamit undur diri ke kamar mandi.

Demi Tuhan, setiap langkah yang Abigail ambil terasa seperti jeli. Sementara itu, lututnya semakin lemas.

Sesampainya, Abigail tiba di kamar mandi. Ia menatap dirinya di cermin. Ia terengah-engah untuk sesuatu yang panas dalam tubuhnya. Jadi, ia membasuh wajah di wastafel.

"Apa yang terjadi?" gumam Abigail pada dirinya sendiri.

Merasa tidak tahan dengan panas, Abigail memasuki bilik kamar mandi paling ujung dari pintu masuk dan mulai melepas seluruh pakaiannya untuk meredakan gerah. Sampai tidak terasa, itu memakan waktu setengah jam.

Abigail melirik ponselnya guna melihat jam sebelum kembali mengenakan pakaiannya dan berjalan keluar dari kamar mandi. Sialnya, panas di tubuhnya tidak mereda sekalipun ia melepas pakaiannya.

Abigail berjalan sempoyongan keluar dari kamar mandi wanita sampai ia terbentur dada seorang pria hingga membuat lututnya menyentuh lantai.

"Abigail, aku mencarimu. Kapal sudah berlabuh sepuluh menit yang lalu." Suara Victor yang serak menyapa Abigail.

Abigail bersyukur menemukan Victor. Ia bisa meminta pria itu mengantarkan pulang karena ia tidak lagi tahan dengan panas yang mendera.

"Kau baik-baik saja?"

Abigail tidak yakin ia mengangguk, tetapi tatapannya jatuh pada bibir Victor saat pria itu bertanya. Panas semakin turun ke pangkal paha Abigail membuat perempuan itu sedikit menggeliat.

Tidak tahan menunggu jawaban Abigail, Victor langsung menarik Abigail ke dalam kamar mandi wanita. Kemudian, mengunci perempuan itu ke dinding di antara lengannya sampai Abigail tidak punya jalan lain untuk melarikan diri selain memeluk Victor atau mengalungkan lengan di leher pria itu.

"Kau merasa gerah, Abigail?" tanya Victor dengan bibir yang sejengkal lagi menyentuh bibir Abigail.

Related chapters

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Unexpected Night

    “KAU MERASA GERAH, ABIGAIL?” tanya Victor dengan bibir yang sejengkal lagi menyentuh bibir Abigail."Ya, ya, Victor. Rasanya sakit, aku merasa pusing, dan ini sangat panas. Bisakah kau mengantarku pulang? Kurasa, aku butuh istirahat.""Yang kau perlukan saat ini bukan istirahat, Abigail. Aku bisa membantumu sekarang juga di sini."Abigail mengernyit, bingung di setiap kata yang dilontarkan Victor. "Apa maksudmu?""Bercintalah denganku."Mata Abigail membola, sontak menghadiahi tamparan keras di pipi Victor. "Kau gila! Lepaskan aku!""Tidak malam ini, Abigail. Kau milikku malam ini." Victor dengan kasar menarik gaun Abigail ke atas melewati kepala perempuan itu.Abigail memberontak, mencakar, bahkan menendang apa pun untuk menghentikan Victor. "Bloody bastard, lepaskan aku! Kau berengsek, Victor! Aku tidak mau menjadi kekasihmu!""Kenapa mendadak marah sekali? Aku hanya mencoba membantumu melepas panas." Tatapan mata Victor turun ke dada Abigail.Abigail memukul dada Victor sambil berte

    Last Updated : 2022-05-11
  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Flower for Flawless Wife

    "MEMILIKI TIDUR yang menyenangkan, Abigail-girl?" Abigail terkesiap, sontak ia menarik selimut tebal ke atas hingga menutupi dada telanjangnya. Ia menggosok mata merusak riasan yang ia buat selama hampir satu jam hanya untuk memastikan apa yang ia lihat bukan halusinasi. Namun, senyum menyebalkan yang mengisi bibir pria itu jelas nyata. Artinya, Benjamin Marchetti memang sedang berdiri di depan sana sambil mengancingkan kemeja putih yang dengan tidak senonoh memamerkan otot-otot hasil olahraga pria itu. Ya Tuhan, semoga Abigail tidak bermimpi melihat seorang Benjamin Marchetti memakai pakaiannya sendiri mengingat reputasi gemilang pria itu sebagai aktor. "Berengsek, kau memperkosaku?!" "Kenapa dari semua kosa kata yang ada kau memilih kata memperkosa? Aku jelas masih suamimu, Abigail Marchetti." Benjamin tersenyum seakan ia memenangkan lotre, tetapi jauh lebih dari itu ia memang berhasil mengambil sesuatu yang Abigail pertahankan sejak 20 tahun lamanya dan hanya diperuntukkan untu

    Last Updated : 2022-09-17
  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Back to Reality

    Abigail membenci fakta bahwa hari liburnya telah berkahir, sampai-sampai ia tidak bersemangat untuk pergi bekerja. Sayangnya, Abigail masih membutuhkan pekerjaannya untuk membiayai kebutuhan hidupnya, apalagi sisa beberapa bulan lagi dia dan Benjamin Marchetti akan bercerai. Itu artinya, Benjamin sudah tidak mempunyai kewajiban memberi nafkah pada Abigail. Begitu sampai di bilik meja kerjanya, Abigail sudah disuguhi gosip yang dibicarakan teman kantornya, Clara dan Sylvie. Mereka berdua penyebar gosip di penjuru Italy Press Agency. Abigail tidak pernah suka mereka, tetapi itu bukan berarti Abigail akan menjaga jarak dari mereka karena mereka juga yang mengisi hari-harinya selama di kantor.“Astaga, lihatlah foto ini. Benjamin dan MJ ada di Paris!” pekik Clara sambil memperlihatkan foto Benjamin dan MJ atau Monica Jaquetta di kelab Palais Maillot Paris yang tersebar di seluruh Instagram. “Apa yang kau pikirkan? Mungkin mereka sedang mencari tempat untuk seks yang panas?”Clara, perem

    Last Updated : 2022-09-17
  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Husband's House

    Nada frustrasi terdengar jelas saat Abigail hampir mencapai ganggang pintu, tetapi di detik berikutnya ia membelalakkan mata melihat seseorang di balik pintu tersebut. Abigail menguatkan diri saat memanggil namanya. “Benjamin.” Tidak angin, tidak ada hujan, tidak ada badai, tiba-tiba Benjamin Marchetti pulang setelah dua tahun lamanya. Abigail memandang suaminya, terlalu bingung dan terkejut sehingga ia tidak mampu menangis. Sakit hati kembali memenuhi dada Abigail mengingat kepingan-kepingan kejadian yang dia lihat saat Benjamin dan Monica memasuki hotel paling ternama di Napoli. “Aku tahu kau merindukan Benjamin, tapi aku Jeremiah, Kakak Ipar.” Suara tawa yang renyah keluar dari bibir pria tinggi berkaos singlet, yang memiliki kulit sewarna tembaga hasil dari sentuhan sinar matahari. Mendengar suaranya dia memang Jeremiah Marchetti. Suaranya rendah dan berat, itu ciri khas dari Jeremiah, saudara kembar Benjamin Marchetti yang bekerja sebagai penjaga pantai. Dia sebenarnya berpot

    Last Updated : 2022-09-20
  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Dinner with Authoritarian Husband

    Abigail merasakan jantungnya berpacu tiba-tiba. Dia menatap Benjamin yang tertawa kecil duduk di atas sana sambil mengamati Abigail dengan tatapan nakalnya. Seharusnya, Abigail menyadari bahwa Jeremiah memiliki tato dengan gambar bunga teratai di tulang rusuknya, sedangkan yang berada di depan Abigail tidak memiliki tato apa pun di tubuhnya yang terbentuk dengan otot-otot di perutnya.Abigail merasa malu dengan penampilannya sekarang, sebab pakaian renangnya terasa terlalu ketat dan itu mampu menampilkan lekuk tubuhnya. Benjamin turun dan ikut bergabung di dalam air bersama Abigail saat berkata, “Yes, it's me, your husband.” Abigail tidak tahu dia harus apa, dia tidak pernah menyangka bahwa Benjamin akan pulang setelah dua tahun. Namun, sekarang di sinilah pria itu. Berjalan dengan perlahan, tapi pasti ke arah Abigail tanpa melepaskan pandangan dari wajah istrinya. Abigail tidak ingin melihat Benjamin, tetapi dia juga sangat menginginkan pria itu pulang. “Kenapa kau pulang? Kupikir

    Last Updated : 2022-09-21
  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Trip to Chianti and Love

    “Aku sudah siap.”Saat Benjamin sedang berbicara dengan penjaga rumah untuk memperketat keamanan mansion, dia menoleh saat mendengar suara istrinya di balik punggung. Sekarang, dia menatap secara terang-terangan Abigail yang tampak anggun di balik gaun selutut merah muda bermotif floral dengan simpul pita di sekitar leher. Okay, Benjamin mungkin terlihat konyol karena menatap istrinya tanpa berkedip karena demi Tuhan, dia seolah melihat sosok Dewi turun. Sebenarnya, Benjamin sudah tahu bahwa istri kecilnya memang cantik, tetapi Benjamin tidak akan pernah cukup mengakui itu sekali. Dia akan mengatakan itu berulang kali setiap kali menjumpai Abigail.Sejak dua tahun tidak berjumpa, sekarang waktunya Benjamin menebus semua waktu yang ia lewatkan dengan berlama-lama memandangi perempuan itu.Abigail mencebikkan bibir sambil berjalan menuju tempat di mana Benjamin berdiri. “Kenapa malah diam saja? Aku bilang, aku sudah siap.”Benjamin mengerjap, lalu membuang muka ke arah Bugatti-nya. “Y-y

    Last Updated : 2022-09-22
  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Road Trip

    Abigail terbangun. Dia pun segera mengecek ponselnya untuk melihat jam. Itu pukul sepuluh pagi. “Kau tidur selama satu jam lebih.”“Masih tiga jam lagi.” Abigail mengucek mata. “Apa kau merasa lelah? Biarkan aku yang menyetir sekarang.”Benjamin terkekeh kecil saat dia menggeleng. “Aku tidak lelah. Lagipula, membiarkanmu menyetir sama saja masuk ke lubang buaya.”“Apa maksudmu?” Abigail mengangkat kedua alisnya menatap Benjamin karena merasa bingung dengan perumpamaan kata yang pria itu lontarkan.“Perempuan kurang piawai dalam berkendara. Buktinya sudah banyak terjadi di mana-mana.”Abigail setuju dengan itu. Selain payah dalam memasak, ia juga payah dalam hal berkendara. Ketika mobil yang Abigail tumpangi mulai masuk ke jalanan jauh dari pemukiman warga, perutnya mulai keroncongan, alhasil itu membuat suara yang mampu di dengar Benjamin.Benjamin menoleh, lalu tertawa kecil. “Kau lapar, Abby? Bertahanlah, kita akan makan tiga puluh menit lagi.”Abigail hanya mengedikkan bahu, wak

    Last Updated : 2022-09-23
  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Prolog

    "MEMILIKI TIDUR yang menyenangkan, Abigail-girl?" Abigail terkesiap, sontak ia menarik selimut tebal ke atas hingga menutupi dada telanjangnya. Ia menggosok mata merusak riasan yang ia buat selama hampir satu jam hanya untuk memastikan apa yang ia lihat bukan halusinasi. Namun, senyum menyebalkan yang mengisi bibir pria itu jelas nyata. Artinya, Benjamin Marchetti memang sedang berdiri di depan sana sambil mengancingkan kemeja putih yang dengan tidak senonoh memamerkan otot-otot hasil olahraga pria itu. Ya Tuhan, semoga Abigail tidak bermimpi melihat seorang Benjamin Marchetti memakai pakaiannya sendiri mengingat reputasi gemilang pria itu sebagai aktor. "Berengsek, kau memperkosaku?!" "Kenapa dari semua kosa kata yang ada kau memilih kata memperkosa? Aku jelas masih suamimu, Abigail Marchetti." Benjamin tersenyum seakan ia memenangkan lotre, tetapi jauh lebih dari itu ia memang berhasil mengambil sesuatu yang Abigail pertahankan sejak 20 tahun lamanya dan hanya diperuntukkan untu

    Last Updated : 2022-05-11

Latest chapter

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Road Trip

    Abigail terbangun. Dia pun segera mengecek ponselnya untuk melihat jam. Itu pukul sepuluh pagi. “Kau tidur selama satu jam lebih.”“Masih tiga jam lagi.” Abigail mengucek mata. “Apa kau merasa lelah? Biarkan aku yang menyetir sekarang.”Benjamin terkekeh kecil saat dia menggeleng. “Aku tidak lelah. Lagipula, membiarkanmu menyetir sama saja masuk ke lubang buaya.”“Apa maksudmu?” Abigail mengangkat kedua alisnya menatap Benjamin karena merasa bingung dengan perumpamaan kata yang pria itu lontarkan.“Perempuan kurang piawai dalam berkendara. Buktinya sudah banyak terjadi di mana-mana.”Abigail setuju dengan itu. Selain payah dalam memasak, ia juga payah dalam hal berkendara. Ketika mobil yang Abigail tumpangi mulai masuk ke jalanan jauh dari pemukiman warga, perutnya mulai keroncongan, alhasil itu membuat suara yang mampu di dengar Benjamin.Benjamin menoleh, lalu tertawa kecil. “Kau lapar, Abby? Bertahanlah, kita akan makan tiga puluh menit lagi.”Abigail hanya mengedikkan bahu, wak

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Trip to Chianti and Love

    “Aku sudah siap.”Saat Benjamin sedang berbicara dengan penjaga rumah untuk memperketat keamanan mansion, dia menoleh saat mendengar suara istrinya di balik punggung. Sekarang, dia menatap secara terang-terangan Abigail yang tampak anggun di balik gaun selutut merah muda bermotif floral dengan simpul pita di sekitar leher. Okay, Benjamin mungkin terlihat konyol karena menatap istrinya tanpa berkedip karena demi Tuhan, dia seolah melihat sosok Dewi turun. Sebenarnya, Benjamin sudah tahu bahwa istri kecilnya memang cantik, tetapi Benjamin tidak akan pernah cukup mengakui itu sekali. Dia akan mengatakan itu berulang kali setiap kali menjumpai Abigail.Sejak dua tahun tidak berjumpa, sekarang waktunya Benjamin menebus semua waktu yang ia lewatkan dengan berlama-lama memandangi perempuan itu.Abigail mencebikkan bibir sambil berjalan menuju tempat di mana Benjamin berdiri. “Kenapa malah diam saja? Aku bilang, aku sudah siap.”Benjamin mengerjap, lalu membuang muka ke arah Bugatti-nya. “Y-y

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Dinner with Authoritarian Husband

    Abigail merasakan jantungnya berpacu tiba-tiba. Dia menatap Benjamin yang tertawa kecil duduk di atas sana sambil mengamati Abigail dengan tatapan nakalnya. Seharusnya, Abigail menyadari bahwa Jeremiah memiliki tato dengan gambar bunga teratai di tulang rusuknya, sedangkan yang berada di depan Abigail tidak memiliki tato apa pun di tubuhnya yang terbentuk dengan otot-otot di perutnya.Abigail merasa malu dengan penampilannya sekarang, sebab pakaian renangnya terasa terlalu ketat dan itu mampu menampilkan lekuk tubuhnya. Benjamin turun dan ikut bergabung di dalam air bersama Abigail saat berkata, “Yes, it's me, your husband.” Abigail tidak tahu dia harus apa, dia tidak pernah menyangka bahwa Benjamin akan pulang setelah dua tahun. Namun, sekarang di sinilah pria itu. Berjalan dengan perlahan, tapi pasti ke arah Abigail tanpa melepaskan pandangan dari wajah istrinya. Abigail tidak ingin melihat Benjamin, tetapi dia juga sangat menginginkan pria itu pulang. “Kenapa kau pulang? Kupikir

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Husband's House

    Nada frustrasi terdengar jelas saat Abigail hampir mencapai ganggang pintu, tetapi di detik berikutnya ia membelalakkan mata melihat seseorang di balik pintu tersebut. Abigail menguatkan diri saat memanggil namanya. “Benjamin.” Tidak angin, tidak ada hujan, tidak ada badai, tiba-tiba Benjamin Marchetti pulang setelah dua tahun lamanya. Abigail memandang suaminya, terlalu bingung dan terkejut sehingga ia tidak mampu menangis. Sakit hati kembali memenuhi dada Abigail mengingat kepingan-kepingan kejadian yang dia lihat saat Benjamin dan Monica memasuki hotel paling ternama di Napoli. “Aku tahu kau merindukan Benjamin, tapi aku Jeremiah, Kakak Ipar.” Suara tawa yang renyah keluar dari bibir pria tinggi berkaos singlet, yang memiliki kulit sewarna tembaga hasil dari sentuhan sinar matahari. Mendengar suaranya dia memang Jeremiah Marchetti. Suaranya rendah dan berat, itu ciri khas dari Jeremiah, saudara kembar Benjamin Marchetti yang bekerja sebagai penjaga pantai. Dia sebenarnya berpot

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Back to Reality

    Abigail membenci fakta bahwa hari liburnya telah berkahir, sampai-sampai ia tidak bersemangat untuk pergi bekerja. Sayangnya, Abigail masih membutuhkan pekerjaannya untuk membiayai kebutuhan hidupnya, apalagi sisa beberapa bulan lagi dia dan Benjamin Marchetti akan bercerai. Itu artinya, Benjamin sudah tidak mempunyai kewajiban memberi nafkah pada Abigail. Begitu sampai di bilik meja kerjanya, Abigail sudah disuguhi gosip yang dibicarakan teman kantornya, Clara dan Sylvie. Mereka berdua penyebar gosip di penjuru Italy Press Agency. Abigail tidak pernah suka mereka, tetapi itu bukan berarti Abigail akan menjaga jarak dari mereka karena mereka juga yang mengisi hari-harinya selama di kantor.“Astaga, lihatlah foto ini. Benjamin dan MJ ada di Paris!” pekik Clara sambil memperlihatkan foto Benjamin dan MJ atau Monica Jaquetta di kelab Palais Maillot Paris yang tersebar di seluruh Instagram. “Apa yang kau pikirkan? Mungkin mereka sedang mencari tempat untuk seks yang panas?”Clara, perem

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Flower for Flawless Wife

    "MEMILIKI TIDUR yang menyenangkan, Abigail-girl?" Abigail terkesiap, sontak ia menarik selimut tebal ke atas hingga menutupi dada telanjangnya. Ia menggosok mata merusak riasan yang ia buat selama hampir satu jam hanya untuk memastikan apa yang ia lihat bukan halusinasi. Namun, senyum menyebalkan yang mengisi bibir pria itu jelas nyata. Artinya, Benjamin Marchetti memang sedang berdiri di depan sana sambil mengancingkan kemeja putih yang dengan tidak senonoh memamerkan otot-otot hasil olahraga pria itu. Ya Tuhan, semoga Abigail tidak bermimpi melihat seorang Benjamin Marchetti memakai pakaiannya sendiri mengingat reputasi gemilang pria itu sebagai aktor. "Berengsek, kau memperkosaku?!" "Kenapa dari semua kosa kata yang ada kau memilih kata memperkosa? Aku jelas masih suamimu, Abigail Marchetti." Benjamin tersenyum seakan ia memenangkan lotre, tetapi jauh lebih dari itu ia memang berhasil mengambil sesuatu yang Abigail pertahankan sejak 20 tahun lamanya dan hanya diperuntukkan untu

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Unexpected Night

    “KAU MERASA GERAH, ABIGAIL?” tanya Victor dengan bibir yang sejengkal lagi menyentuh bibir Abigail."Ya, ya, Victor. Rasanya sakit, aku merasa pusing, dan ini sangat panas. Bisakah kau mengantarku pulang? Kurasa, aku butuh istirahat.""Yang kau perlukan saat ini bukan istirahat, Abigail. Aku bisa membantumu sekarang juga di sini."Abigail mengernyit, bingung di setiap kata yang dilontarkan Victor. "Apa maksudmu?""Bercintalah denganku."Mata Abigail membola, sontak menghadiahi tamparan keras di pipi Victor. "Kau gila! Lepaskan aku!""Tidak malam ini, Abigail. Kau milikku malam ini." Victor dengan kasar menarik gaun Abigail ke atas melewati kepala perempuan itu.Abigail memberontak, mencakar, bahkan menendang apa pun untuk menghentikan Victor. "Bloody bastard, lepaskan aku! Kau berengsek, Victor! Aku tidak mau menjadi kekasihmu!""Kenapa mendadak marah sekali? Aku hanya mencoba membantumu melepas panas." Tatapan mata Victor turun ke dada Abigail.Abigail memukul dada Victor sambil berte

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   New Year Celebration Party

    SUATU KEHORMATAN BAGI Abigail Russell saat Victor mengajaknya menghabiskan pengujung tahun di kapal pesiar untuk pesta yang besar dan meriah.Gaun satin merah jambu Abigail sebatas lutut, cukup memperhatikan dengan sopan dadanya. Bibirnya yang berbentuk seperti hati dipoles lipstik nude untuk menyeimbangkan riasan mata yang mencolok. Ia cukup membutuhkan banyak riasan wajah, seperti blush on untuk memerahkan pipi, dan eyeliner untuk mempertegas matanya."Hai, Ma Petite Minette. Apakah kau bidadari yang baru saja turun ke bumi?" sapa Victor saat meihat Abigail menunggu di luar kapal. Pria itu sangat rapi, ia memakai tuksedo dan celana jins."Jangan mencoba menggodaku."Victor tertawa. Dia mengulurkan tangan pada Abigail, tersenyum dengan mata berkilat jenaka yang terpatri di netra abu-abu pria itu. "Apakah putri cantik ini mau masuk bersamaku?"Abigail merasakan pipinya memanas seperti demam, lalu ia menerima tangan Victor dengan senang hati dan berujar, "Tentu saja."Mereka berjalan ma

  • Teman Sekamar Selebriti (Indonesia)   Dating Offers

    SEMALAMAN ABIGAIL berselancar di internet melihat beberapa artikel yang menjelaskan kedekatan Benjamin dan Monica yang mendapat banyak dukung dari beberapa pengemar mereka. Perempuan lawan main Benjamin adalah Monica Jaquetta. Dia memiliki lekuk tubuh yang diinginkan model mana pun, juga memiliki bibir penuh seksi yang membuat dokter suntikan bibir merasa cemburu padanya.Mengenyahkan pikiran tentang Benjamin dan Monica, Abigail duduk di balkon kamar hotel ditemani ekspreso dengan mug besar melihat gemerlap menara Eiffel saat malam hari.Tidak mau berlama-lama larut memikirkan Benjamin, Abigail mulai membuka aplikasi kencan dan mencari teman pria yang berpotensi untuk dijadikan teman kencan selama ia di Paris.Abigail membuka icon pesan dan ada dua pesan dari teman online-nya: mereka sama-sama pria. Namun, Abigail lebih mengutamakan membalas pria bernama Victor setelah melihat bahwa asal pria itu dari Perancis.Di aplikasi kencan, Abigail memasang potret foto selfie, wajahnya campuran

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status