Share

Part 50

Penulis: Luisana Zaffya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kau benar-benar istri yang manis, Sesil.” Jemari Saga menelusuri punggung Sesil yang telanjang denga sentuhan seringan bulu. Berhenti di pinggang dan kembali lagi ke atas. Menyentuh tanda merah yang diberikannya di leher dengan kepuasan tak terkira. “Kau hanya menyerahkan tubuhmu untuk satu orang. Bolehkah aku merasa istimewa?”

Sesil bergeming. Ya hanya Sagalah yang menyentuh tubuhnya seintim ini. Hanya Saga yang ia biarkan mengetahui bagian-bagian tersembunyi di tubuhnya. Hal itulah yang membuatnya tak tahan menatap wajah pria itu lebih lama. Hanya akan memperjelas perasaannya sebagai wanita yang jatuh di kaki Saga dengan cara paling menyedihkan.

Segera setelah Saga menyelesaikan gairah pada tubuhnya dan memisahkan tubuh mereka. Sementara pria itu masih berbaring telentang  di sampingnya, menikmati sisa-sisa kenikmatan sambil mengatur napas, Sesil berbalik memunggungi pria itu. Menarik selimut menutupi tubuhnya yang telanjang. Hanya untuk

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
ika_girlpower
lanjut kak
goodnovel comment avatar
Zizi Zizi
dari semua cerita author selalu ceweknya menderita...dan bersabar disiksa...tanpa ngasih pelajaran si lakinya jadi bucin se bucin2 nya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   Part 51

    “Hanya karena dia suka omelet, kau tidak bisa membuatnya sesuka hatimu, Sesil. Dia punya jadwal makanannya sendiri.” Saga muncul di dapur. Setelah kemarin ia memberi ijin Sesil membuatkan omelet untuk Kei, pagi ini wanita itu bangun lebih awal hanya untuk menyelinap ke dapur dan membuat kokinya kehilangan kuasa.Sesil berhenti mengaduk-aduk telur yang ada di pan. Wajahnya mengerut kecewa saat mengeluarkan protes. “Dia menyukainya.”“Omeletmu kacau, Sesil. Jangan racuni anakku lagi.”“Dia memakannya.”“Dia memang. Tapi jangan menyiksanya lebih jauh lagi.”Sesil mengelak. “Tidak separah itu, Saga!”“Apa kau tahu dia juga ikut kelas memasak pertamanya untuk anak-anak, beberapa hari yang lalu. Dan rasa makanannya tak separah milikmu.”“Ta ....”“Ck ck, menikahimu selama hampir empat tahun, aku tak pernah mengira kau benar-benar kac

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   Part 52

    “Kau mengatakan dirimu bukan Rega, tapi lihatlah. Kau bersikap seolah ingin menjadi Rega di antara kami. Dan jujur, itu membuatku muak padamu, Sesil,” papar Saga frustrasi. Sesil berhasil menyusulnya di ruang kerja, mengejarnya dengan kata-kata yang semakin membuat hati Saga melonjak. Empat tahun lalu Sesil mengungkit Rega untuk pergi dari rumah ini, apa sekarang wanita itu menggunakan taktik yang sama untuk mendapatkan Kei?Sesil memikirkan kata-kata Saga dalam diam. Apakah ia memang terlihat seperti itu? Ia tahu permusuhan di antara Dirga dan Saga tak akan mereda semudah itu. Bahkan ia tak pernah bermimpi akan bisa meredakan kebencian mereka berdua. Hanya saja, “Dirga mencintaiku dengan tulus.”Saga menggeram. Kedua tangannya mengepal keras dan siap melempar layar komputer di meja kerjanya ke lantai sekarang juga. “Apa sekarang kau berniat mulai bersikap menjijikkan, Sesil?”“Dia juga mencintai adikmu dengan tulus.&rdq

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   Part 53

    “Kenapa dia belum bangun?!” murka Saga pada dua orang dokter dan dua perawat yang tengah berdiri di depannya. Membuat keempat orang itu semakin menundukkan kepala.“Kami melakukan yang terbaik yang kami bisa.” Salah satu dokter memberanikan diri menjawab.“Jawaban yang bagus, Dok.” Saga meraih pistol di pinggang dan tak bisa menghalangi keinginannya untuk memecahkan kepala dokter sialan itu.“Saga!!” Alec menerjang tubuh Saga ke dinding. Menahan tangan pria itu yang mengacungkan pistol ke arah dokter yang bersuara. “Pergi kalian semua!”Keempat petugas medis itu lari terbirit secepat kaki mereka melangkah.Alec bersyukur Saga dalam kondisi mental yang kurang sehat, sehingga kekuatan tubuh pria itu tak melebihi dirinya. Menahan tangan pria itu dan menjatuhkan pistol dalam genggaman Saga jatuh ke lantai sebelum menendangnya menjauh dari mereka berdua. “Kau benar-benar sudah gila,

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   Part 54

    “Aku ingin pulang. Kapan aku boleh pulang?” gumam Sesil pagi itu di hari kelima. Memar-memarnya sudah menghilang, sakit di kakinya juga sudah menunjukkan perkembangan yang sangat baik, tapi Saga bersikeras tak membiarkannya pulang ke rumah.“Sampai kakimu benar-benar sembuh,” tegas Saga.“Dokter bilang itu akan sembuh dalam beberapa minggu. Aku tak mau menunggu selama itu dan tinggal di sini, Saga,” rajuk Sesil. “Itu bisa dilakukan di rumah.”Saga akhirnya mengabulkan permohonan Sesil di usaha yang ke delapan. Denga syarat Sesil hanya boleh berbaring di ranjang. Tanpa melakukan apa pun.“Memangnya apa yang bisa kulakukan dengan kakiku yang sakit,” yakin Sesil yang membuat Saga akhirnya mengangguk. Ya, meski itu juga tak akan menghalanginya untuk melakukan sesuatu jika Saga tak ada. Berbaring hanya membuat tulang-tulangnya kaku dan sulit digerakkan. Bahkan ia bisa berdiri dengan tegak di kamar man

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   Part 55

    Alec hanya diam. Matanya mengamati dari atas ke bawah pada tubuh Saga yang baru keluar dari kamar. Rambut basah, di siang hari seperti ini. “Sepertinya tidak lama lagi aku akan mendapatkan keponakan baru lagi,” gumam Alec. Saga tersenyum simpul. Alec masih belum terbiasa dengan senyum simpul yang tersungging di bibi Saga, tapi ia akan segera terbiasa. “Aku berharap kali ini keponakanku perempuan, Saga. Mungkin sikap pembangkang Sesil bisa menurun sedikit. Kei sangat membosankan dengan sikap penurutnya. Kenapa anak itu tak pernah membuat masalah?” “Apa kauingin mati?!” “Aku hanya mengungkapkan pendapatku.” Saga mengulurkan secarik kertas putih pada Alec. Mengingat tujuannya menyuruh pria itu datang kemari. “Pastikan dia sendiri yang menerima ini.” Alec mengambil kertas itu. Membuka lipatannya dan membacanya dengan kerutan di kedua alisn. Menatap Saga lagi penuh tanya. “Makam Rega?” “Berikan itu padanya.” Alec tercenung. Masih bertanya-tanya meski t

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   Extra Part

    “Aku ingin ke rumah sakit,” ungkap Sesil setelah dokter mengatakan tak ada yang serius dengan gejala mual muntahnya dan meresepkan obat anti mual di selembar kertas putih.Dokter itu mengerutkan alisnya tak mengerti.“Aku ingin cek USG. Usianya sudah menginjak tepat delapan belas minggu hari ini, sudah cukup untuk mengetahui jenis kelaminnya.” Wajah Sesil berubah cerah. Menatap dokter itu dan Saga bergantian meminta persetujuan.“Tapi Anda butuh istirahat ....”“Kami akan ke rumah sakit, Dok,” sela Saga sebelum dokter itu melanjutkan kata-katanya. Apa pun untuk Sesil. “Sekalian menebus resep itu.”Sesil mengangguk mantap. “Bolehkah?” tanyanya pada sang dokter yang tampak ragu. Mual dan muntahnya memang menguras banyak tenaga dan ia harus beristirahat demi memulihkan tubuhnya. Tetapi, saat ini ia begitu bersemangat.Dokter itu menatap Saga yang duduk di pinggir ranjang. M

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)    1. Mimpi Itu Lagi (Saga Sesil Season 2)

    Saga Sesil 2 *** Darah itu merembes membasahi lantai. Mengalir di bawah telapak kakinya. Biasanya ia tahan dengan segala macam rasa sakit, tapi ketika darah itu seakan menusuk-nusuk kulit di bawah kakinya, siksaannya terasa tak tertahankan. Darah itu seakan meresap di antara sela-sela kulitnya. Mengalir bersama aliran darahnya menuju jantung. Di sanalah puncak siksaan yang dibawanya. Ia tak bisa bernapas. Ia butuh udara. “Kaakkkk ...” Saga menoleh. Di antara kegelapan, suara kesakitan seorang gadis yang tak kalah menyesakkannya semakin jelas. Dengan tubuhnya yang kurus dan rambut gelapnya yang lurus menutupi sebagian wajahnya. Berbaring di antara genangan darah. Matanya biru dan gelap, tampak sendu dan basah. Menahan kesakitan yang teramat. “Tolong aku, Kak.” Tangan Rega terangkat. Mencoba meraih ke arahnya. Tapi Saga tak bisa menggerakkan tubuhnya yang kaku. Sekuat apa pun ia memiliki keinginan untuk meraih tangan dan tubuh tak berdaya itu ke dalam pelukannya, tubuhnya membeku.

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   2. Adik Untuk Kei

    “Apa yang kaulamunkan?” Saga melingkarkan lengannya di pinggang Sesil sembari mengecup leher wanita itu. Sepanjang pagi, wanita itu tampak melamun dan lebih banyak diam. Memperhatikannya interaksinya dan Kei dengan reaksi seadanya. Menjawab pertanyaannya dan Kei sekenanya saja. Dan sekarang, wanita itu memandang bagian belakang mobil yang membawa Kei pergi ke sekolah dengan pandangan yang kosong. “Apa ada yang mengganggu pikiranmu?” Sesil hanya menggeleng pelan. Mengangkat wajahnya ke samping dan mencium pipi Saga. “Pagi ini kalian terlihat sangat akrab.” Saga mengangkat satu alisnya. Menyadari makna yang tersirat dalam kata kalian yang wanita itu ucapkan, menyiratkan kesedihan yang berusaha istrinya pendam. “Kalian?” “Kau dan Kei,” jelas Sesil. Senyum tipis tergores dibibirnya dengan miris. Mata Saga menyipit, berusaha mendalami makna dalam suara Sesil yang terdengar tak seperti biasa. “Kenapa dengan kami?” ‘Kalian tidak membutuhkanku,’ jawab Sesil dalam hati. Wanita itu menggele

Bab terbaru

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   51. Ending of Story

    Wajah Saga seketika mengeras. "Apa yang kau lakukan di sini?" Dirga hanya mengedikkan bahunya. Mengarahkan pandangannya ke buket mawar merah di meja kecil samping ranjang pasien. Saga mengikuti arah pandangan Dirga, dengan rahang yang semakin menegang. "Pemilihan warna yang bagus, bukan?" Saga segera menyambar buket tersebut dan membuangnya di tempat sampat. "Dan berada di tempat yang tepat." Dirga terbahak. Kemudian menatap Sesil yang meringis penuh penyesalan dan tak bisa berbuat apa pun. "Bukankah aku yang kau lihat saat kau sadar? Sepertinya ada ikatan di antara kita yang berhasil membangunkanmu?" Sesil melirik dengan hati-hati ke arah Saga. Yang dengan jelas menunjukkan kemarahan pria itu. Tubuhnya masih begitu lemah, terutama di bagian perut. Jadi ia hanya mengulurkan tangan untuk menyentuh lengan Saga. Mencoba meredakan ketegangan yang menyelimuti tubuh pria itu. "Jangan dengarkan dia, Saga. Dia memanggil namamu." Alec menyela ketegangan di antara Saga dan Dirga dari set

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   50. Welcome Twins

    Wajah Saga terangkat dan melihat perubahan raut dan rintihan Sesil, seketika menyadari ada yang tidak beres. Ia bergegas memutari meja dan jantungnya nyaris melompat dari dadanya melihat darah yang merembes dari kaki Sesil dan membercaki lantai. Kedua tangannya segera menangkap tubuh Sesil dan membawa wanita itu dalam gendongannya hanya dalam satu gerakan singkat. Kemudian setengah berlari keluar dari dapur. “Apakah itu air ketuban?” Sesil bertanya di antara rasa sakitnya. Perutnya yang besar menghalangi pandangannya untuk melihat apa yang membasahi kedua kakinya. “Atau darah?” “Tenanglah. Kita akan segera ke rumah sakit dan biarkan dokter yang menanganinya.” “A-apakah mereka akan segera lahir?” Saga tak bisa menjawab. “Bukankah waktunya masih dua bulan lagi?” Sekali lagi Sesil merintih menahan rasa sakit yang semakin menusuk. Ia bisa merasakan wajahnya semakin memucat dan keringat dingin dari seluruh tubuhnya. Menjatuhkan kepalanya di pundak Saga. Saga mengangguk. Memastikan t

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   49. Hari H

    Hubungan Saga dan Sesil kembali membaik. Meski ada banyak keamanan yang diperketat oleh Saga, pria itu berusaha menyamarkannya sebaik mungkin. Tak mencegah setiap kali Sesil ingin menjemput Kei di sekolah. Atau pergi ke mana pun yang wanita itu inginkan. Sesil merasa lebih bebas sekaligus aman. Sore itu mereka tengah berada di kolam renang. Akhir minggu dan Saga pulang dari kantor lebih siang. Yang sudah ditunggu Kei untuk berenang. Satu getaran di ponsel mengalihkan perhatiannya yang sedang mengamati Saga dan Kei di kolam renang. Sesil membaca satu pesan singkat dari Gio. ‘Pilih satu untukku.’ Sebelum kemudian muncul deretan pesan berisi foto-foto para wanita. Mulai dari yang berambut pendek, panjang, lurus, bergelombang, berwrna hitam, merah, pirang, dan ciri lainnya lagi yang membuat Sesil membelalak. Semakin ia melihat, semakin ia menyadari kegilaan pria itu memang tak main-main. ‘Semua itu wanita yang disodorkan mamaku. Aku harus memutuskan pilihanku. Sekarang.’ ‘Kau sudah

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   48. Masih Merasa Tak Aman

    Napas Saga tertahan ketika bayangan itu kembali memenuhi kepalanya. Ia begitu terlena dengan kebahagiaannya bersama keluarga kecilnya hingga tak menyadari bahaya semacam ini pasti akan ada di depan sana. Perlahan keduanya menuju ke sana, tanpa terhentikan. “Saga?!” Suara Sesil lebih kuat dan menggoyangkan lengan pria itu. Saga mengerjap, tersadar dari lamunannya dan menatap wajah Sesil yang diselimuti keheranan. “Y-ya?” “Aku memanggilmu dua kali. Apa yang kau pikirkan?” Saga menggeleng. Bangkit berdiri dan menarik selimut menutupi kaki Sesil lalu berkata, “Istirahatlah. Aku harus ke ruang kerjaku.” Kening Sesil berkerut tetapi tak mengatakan apa pun untuk menahan Saga pergi. *** Saat bangun sore harinya, Sesil merasa pegal di kedua kakinya belum juga mereda. Bahkan rasanya semakin kaku. Ia pun memutuskan untuk ke kamar mandi dan menyiapkan air hangat untuk merendam kakinya. Kakinya sedikit bengkak, tetapi tadi dokter mengatakan itu “Apa yang kau lakukan?” sergah Saga yang tib

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   47. Berhenti

    “Berhenti apa?” Suara Sesil terdengar begitu parau. Napasnya tertahan, menunggu jawaban keluar dari mulut Saga. “Apa kau akan berhenti jika menyakiti dirimu sendiri jika aku berhenti mendorongmu menjauh?” Sesil terpaku pada kalimat terakhir Saga. Pria itu akan berhenti mendorongnya menjauh? “Apakah kau tidak akan mengirimku dan Kei keluar negeri?” Saga mengangguk. Sesil masih tak mempercayai anggukan tersebut. Saga melalukan banyak trik. Siapa yang tahu kali ini juga trik untuk membuatnya lengah sebelum kemudian menyingkirkannya dengan cara yang halus. “Sebaiknya kau tahu dengan benar apa pilihanmu, Sesil.” Ada tekanan yang kuat dalam kalimat Saga. Begitu pun tatapan pria itu. “Aku pegang kata-katamu untuk berhenti membuat onar, membantah apalagi dengan cerobohnya menyelinap dari keamananku.” “Bukankah itu berarti keamananmu memang tidak seketat itu jika aku masih bisa kabur? Kau bilang musuhmu bisa lebih licik dan kejam dari Gio, kan?” Saga tahu itu. Bahkan dengan mengetatkan k

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   46. Tetap Bertahan

    Sesil berbalik, masuk ke dalam kamar dan langsung berjalan ke arah pintu. Menghilang dari pandangan Saga dengan membanting keras pintu kamar. Sementara Saga mengusap wajahnya dengan kasar, membanting tubuhnya ke kursi sambil mendesah keras. Pikirannya benar-benar kacau, semua emosi bercampur aduk memenuhi dada dan kepalanya. 'Aku tak butuh mendengarkan dalih yang membenarkan alasanmu. Satu hal yang kutegaskan padamu. Jangan pernah muncul atau mengusik hidup putraku, Ganuo. Semua ini bukan karena aku memaafkan kesalahanmu, aku hanya tak suka menyeret masa lalu yang sudah lama kutinggalkan di belakang.' Jawaban Ario Bayu seketika membuat Saga mengatupkan bibirnya rapat. Ia belum pernah dibuat bungkam oleh kata-kata sentimentil semacam ini. 'Kenapa Anda lakukan ini?' Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibirnya. 'Semua ini tak akan selesai sampai di sini jika bukan diriku sendiri yang menyelesaikannya. Anakmu akan membalas dendam pada keturunanku. Setelahnya keturunanku juga akan

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   45. Ingin Bertahan

    Setelah mengantar Kei ke kamar untuk berganti pakaian dan bersiap ke bawah untuk makan siang. Sesil pergi ke kamarnya. Ia mendorong pintu kamar dan langkahnya terhenti melihat Saga yang duduk di sofa panjang. Pria itu sibuk dengan sesuatu di lengan sebelah kirinya ketika tiba-tiba menyadari kedatangannya. Pandangan mereka sempat bertemu. Hanya sekilas. Dan Sesil sempat melihat ke arah lengan Saga yang dibebat perban, hanya sekilas karena pria itu segera menarik lengan kemejanya dan bangkit berdiri. Kemudian membereskan peralatan p3k di meja dan masuk ke kamar mandi. Sesil hanya menatap pintu kamar mandi yang tertutup dan melangkah masuk. Ada perban kotor yang jatuh ke lantai dengan noda darah di bagian tengahnya. Saga sudah terbiasa mendapatkan luka-luka di tubuh pria itu. Ada banyak bekas luka sayatan dan pistol di tubuh pria itu, tetapi melihat noda darah yang tak lebih dari selebar koin saja membuat hati Sesil dirayapi perasaa khawatir. Melihat lukanya yang tidak cukup lebar, past

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   44. Teman?

    “Cukup, Sesil.” Suara peringatan Saga segera membelah di antara keduanya. Sesil merasakan keberadaan pria itu di belakangnya. Mendengus kecil dan tanpa menoleh ke belakang, ia berkata, “Ya. Memang inilah yang selalu kalian lakukan. Melakukan apa pun yang diinginkan. Sesuka hati kalian. Akulah satu-satunya yang paling tak berhak tahu apa pun.” Sesil mengakhiri kalimatnya dengan kesininisan yang begitu kental. Sekarang kekesalannya tak hanya pada Saga, tetapi juga pada Dirga. Sesil melangkah melewati Dirga, langsung ke ruang makan dan meminta pada pelayan untuk menyiapkan makan pagi untuknya. “Apa pun. Kecuali omelet dan susu rasa vanilla. Aku ingin coklat, atau jus jeruk. Apa pun.” perintahnya dengan nada ketus yang tak bisa disembunyikannya. Duduk di kursi dan menunggu pelayan menyiapkan semua untuknya. Tak lama sepiring waffle dan segelas jus jeruk diletakkan di depan Sesil. Sesil menghabiskannya dengan lahap hanya dalam beberapa menit kemudian memutuskan duduk bersantai di hal

  • Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil)   43. Kembali

    “Kau ingin kembali padanya?” Sekal lagi Gio mengulang pertanyaannya. “Lalu … apa kau akan membiarkanku pergi? Semudah itu kau melepaskan dendammu?” Gio menghela napas panjang yang berat. Setengah membanting kepalanya ke punggung sofa. “Tidak. Tapi …” Sesil terdiam. Jika Gio melepaskan dendamnya semudah itu, mungkin pilihan yang akan diambilnya adalah menuruti apa yang Saga inginkan. Pergi ke luar negeri, setidaknya ia bisa memeluk Kei kapan pun ia ingin. “Papaku memberiku pilihan, keluarga … atau dendam?” Sesil tetap bergeming. Ada sebuah emosi di kedua mata Gio yang sempat tersingkap. Menyadari bahwa ternyata pria itu tak seburuk yang dipikirkannya. Ya, sudah sewajarnya Gio menyimpan dendam pada orang yang menembak mati adiknya. Dan lagi-lagi mengingat Saga, dadanya kembali terasa nyeri. Masa lalu Saga memang terlalu gelap. Tetapi ia sudah memperkirakan hal itu saat memutuskan kembali ke hidup pria itu. “Dan aku malah lebih tertarik alasan papaku memberiku pilihan sialan ini?

DMCA.com Protection Status