“Hati – hati, Aceli, nanti jatuh.”Pandora meringis ngilu memperhatikan cara Aceli memanjat besi tangga dengan tergesa – gesa. Gadis kecil itu terlalu semangat untuk memulai kegiatan yang sama selama dua hari ditinggal pamannya yang hanya memejam di atas ranjang. Kadang – kadang Aceli berusaha membangunkan Kingston, tetapi dia lebih sering menyerah saat tidak ada respon apa pun.Walau kali ini. Terakhir sebelum Aceli mulai melupakan kegiatannya. Gadis kecil itu sempat menunjukkan sikap luar biasa manis. Mencium setiap sudut wajah Kingston, terutama bagian bibir dan dagu. Bahkan jari – jari mungil itu tidak lupa memainkan alis tebal yang tumbuh dengan rapi. Lalu beralih pada bulu mata yang tak luput untuk dicabut, hingga berpindah sisi. Tiduran di atas permukaan dada pamannya seperti bayi koala mendekap tubuh sang induk.Hal tidak kalah manis saat lengan Kingston mengusap puncak kepala Aceli. Bergerak tipis – tipis menandakan pria itu sedikit lebih baik dari hari – hari sebelumnya.Pan
“Daddy ke mana, Kakak Panda? Kenapa lama sekali? Dari kemarin daddy tidak bermain denganku.”Aceli menunduk lesu menyeka lembar demi lembar buku bacaan di hadapannya. Dia tidak membaca. Belum sepenuhnya memahami huruf – huruf secara detil sehingga butuh seseorang untuk bercerita untuknya. Tetapi seseorang yang Aceli butuhkan tidak terlihat di mana pun. Pergi sejak Pandora memutuskan tidak mengomentari sekecil hal yang akan berakibat fatal terhadap reaksi Kingston.Beberapa saat lalu, setelah menerima jawaban mengejutkan secara sadar Pandora menyingkirkan lengan Kingston dari pinggulnya. Mengambil langkah sekian jengkal jarak untuk menyorot pria itu lebih serius. Lama perhatiannya tertuju pada wajah yang sebentar – sebentar harus mengerjap sekadar mengembalikan kesadaran.Ada banyak persepsi bergumul di benak Pandora. Namun dia tidak bisa mengatakan kepergian yang secara mutlak tertanam di depan mata ... akan kembali hanya untuk menyenangkan pria yang sedang kacau. Juga tak akan member
Seandainya Pandora bisa semudah itu menganggap sesuatu yang sedang dirasakan bukanlah apa – apa. Mungkin dia tak perlu menyembunyikan diri di bawah kain tebal. Meringkuk berusaha untuk terpejam.Atau seandainya dia bisa menulikan telinga, maka satu – satunya suara yang tak ingin diterima adalah rambatan suara Kingston.Ironi. Pandora bahkan tak berdaya untuk keputusasaannya. Tidak bisa membantah gemuruh dada yang begitu gelisah. Pikiran – pikiran kotor mengenai Kingston terus berkecamuk. Seliar itu. Bebas melanglang menguasai seluruh isi kepala.Kingston memang licin dalam hal apa pun. Licin mengubah keadaan seseorang menjadi sangat buruk, sehingga untuk memenangkan perang yang sedang bergolak dalam benaknya. Pandora harus menemukan sesuatu yang lebih berharga.Aceli ....Bibir Pandora melekuk getir saat memperhatikan layar menyala yang menampilkan hasil selfie bersama bocah kecil itu. Sehari lalu ide mengajak Aceli mengabadikan momen bersama melesak begitu saja. Gambar – gambar itu s
Semua yang sedang bereaksi di dalam tubuh Pandora. Harus dia usahakan tidak meleburkan kesadarannya. Penting bagi Pandora tidak meremehkan gigitan ular berbisa, tetapi dia tak memiliki upaya memikirkan diri sendiri. Langkahnya lebar membawa Aceli secara terdesak. Mereka telah melangkah untuk belasan menit, karena itu nyeri yang tajam segera diikuti peradangan yang semakin parah. Sesak mulai berkabut di rongga dada Pandora. Dia merasa mual dan harus memaksa langkahnya tetap menggerus di tengah hutan. Sesekali Pandora menyeka bagian wajah. Bulir keringat timbul berantakan di bagian kening menunjukkan gejala yang akan disusul demam. Dari tertatih. Pandora mulai terlunta – lunta mengangkat lengan untuk meraba batang pohon di sekitarnya. Kemungkinan besar masih membutuhkan jarak cukup jauh untuk mendapatkan benderang cahaya lampu dari van. Namun dia sudah tak bisa bertahan sebelum itu. Lambat laun kemampuan sekadar berdiri tegak menjadi runtuh. Luruh bersandar di bawah pohon besar. Engap—
“Ah ... Hores, berhenti ....” Kuku tangan Avanthe menancap di bahu pria yang menjadi ayah biologis Aceli. Hores menggila saat sedang melumat tubuhnya. Melesakkan kejantanan yang keras untuk menghujam Avanthe lewat percintaan panas. Hores menawarkan sensasi nikmat, namun di saat bersamaan Avanthe menjadi gelisah memikirkan Kingston. Dia mencoba menegahi Hores yang belingsatan menumbukkan diri. Terus merampas bibir Avanthe acapkali ingin melontarkan kalimat menghentikan tindakan menggairahkan. “Hores—“ panggil Avanthe tertahan ketika Hores kembali menggigit bibir bawahnya. “Sebentar, Love, kau bisa bicara setelah aku selesai.” Puncak Gunung Formon menjadi kebiasaan paling sering saat mereka ingin meleburkan hasrat bersama. Hores dengan sengaja meninggalkan rapat penting untuk merujak Avanthe yang begitu dirindukan. Beberapa hari terakhir dia memiliki kesibukan di gerbang neraka dan inilah waktunya menuntaskan hasrat yang memburu hebat. Avanthe memang sangat pandai. Membungkus kejan
Avanthe semakin mengusap wajah Kingston saat pria itu tidak mengatakan apa pun. Kekosongan di manik mata bercorak milik kakaknya luar biasa menghantam perasaan Avanthe ke dalam gelisah. Dia tidak ingin menatap Kingston yang seperti ini. Terlalu buruk terus membayangkan kalau – kalau Kingston tak akan bisa mencegah perasaan terpuruknya jatuh semakin karam. Sikap yang jelas – jelas sedang terungkap antara ratusan tahun lalu ketika Kingston menderita atas kepergian Arcadeaz, nyaris tak jauh berbeda dari apa yang Avanthe hadapi.Hanya saja, untuk kali ini Kingston masih ingin bicara. Bukan sepenuhnya diam. Berlagak seperti patung atau artefak paling menyedihkan. Meski demikian, itu tidak akan bisa membandingkan bagaimana rasa kehilangan, sekali lagi, memberi pengaruh buruk.Kingston mungkin harus menerima kenyataan bahwa kematian Arcadeaz mutlak di tangan Raja Osso, tetapi Pandora … sesuatu yang tak terbayangkan atau gigitan ular berbisa seolah menggambarkan sejarah baru tentang yang teru
Permintaan Avanthe belum mencapai sebuah kesepakatan, tetapi getaran ponsel Pandora telah menunjukkan kecemasan Chris. Tampilan layar yang terkunci dipenuhi notifikasi pesan masuk secara beruntun. Beberapa pertanyaan sempat terbaca, walau Kingston tidak menunjukkan reaksi apa pun selain mengabaikan rasa cemas Chris yang terungkap dari rentetan pertanyaan yang pria itu kirimkan.Selain akan menjadi hal sulit menjelaskan kondisi Pandora secara tertulis. Ada getaran jauh lebih berbahaya. Getaran yang sama dirasakan Avanthe sehingga perlototan itu jelas menunjukkan bagaimana Avanthe menahan napas menyorot wajah Kingston.“Perang ....”Dia berkata lirih ketika manik matanya bersirobok menginsyaratkan kepada Kingston suatu bahaya sedang mengintai. Hores dan perang. Keduanya bukan bagian dari keinginan Avanthe. Sudah dipastikan perang kali ini akan menjadi sebuah tragedi hingga pertumpahan yang besar.“Aku rasa perang ini sangat berkaitan erat dengan kosongnya energi bola rozilog,” ucap Avan
Aura mencekam dari Raja Vanderox telah menguasai seisi kerajaan Olimpyus. Kemunculannya menyebarkan ketegangan. Angin kematian seakan beradu satu dengan udara dingin membekukan. Tatap mata Raja Vanderox luar biasa keji. Menantang ke depan ketika serangan berlawanan arah lurus mendekat ke arahnya.Ketukan bahaya dari senjata dwisula milik Raja Vanderox seperti kilat yang menyambar. Postur besar dan mencengangkan menombak hingga menebas beberapa penjaga yang tumbang berserak di dalam istana.Keberadaan Pandora sudah tercicip begitu dekat. Hentakan Raja Vanderox tak gentar menimbulkan gejolak buruk yang menggetarkan sampai ke setiap ruangan di istana.Namun hanya ada satu ruang yang didatangi raja dengan hasrat membara. Pintu tertutup segera didobrak kasar. Sang tabib terlonjak nyaris tak mampu mempercayai sebuah pemandangan mengejutkan.Tabib segera mengambil langkah untuk mencegah kemungkinan yang akan terjadi. Melindungi Pandora dari gairah Raja Vanderox yang terungkap jelas saat tata
Hallo, Kakak - Kakak pembaca. Long Time No see di sini. Bagi yang belum tahu kalau kisah Hores dan Avanthe sudah muncul dan sudah bisa dibaca. Kalian boleh langsung cari saja di pencarian dengan judul 'Passionate Devil: Selir yang Terluka'."Di hari kau memutuskan untuk berubah jahat. Kau tak pernah mengajariku cara melupakan pria yang pernah sangat kukenal." -Avanthe- (Season dua: Series Demigod).Perjuangan Avanthe menghadapi kebencian Hores setelah perang dan kematian Raja Vanderox. Dengan kehadiran putri kecil-nya, apakah itu bisa mengembalikan perasaan Hores seperti sedia kala?Terkadang benci dan cinta adalah dua hal paling tak berjarak. Yuk, ikuti keseruan kisah mereka.
Ini waktunya ... sebuah perjuangan di mana cinta dan kerja sama adalah bukti paling nyata yang membawa Pandora pada titik mengagumkan. Pusat perhatiannya selalu terpaku kepada satu orang di sana; pria di atas podium dengan hak dan kerelasian terhadap kontribusi-nya sebagai seorang donatur. Kingston bicara setelah rektor memberikan sambutan pembuka hingga amanat. Sulit dimungkiri bahwa pria itu menjadi yang paling mencolok di antara civitas akademika dan siapa pun di sana. Sisiran rambut ke belakang, rapi, menambah kesan memuja. Sayup – sayup suara bisikan dari beberapa wisudawati terus menjalar sampai di pendengaran Pandora. Dia hanya bisa tersenyum tipis, dan mungkin tidak akan memberitahu Kingston, bahkan jika urusan pria itu selesai. Tidak akan memberitahu suaminya bahwa pria itu menjadi bahan gosip. Riuh tepukan tangan mengakhiri kesempatan Kingston ada di atas podium. Sorot mata spektrum itu sesaat menyorot ke arahnya. Senyum tipis, nyaris tidak terlihat, memancing Pandora memb
“Terima kasih, Helios.”Akhirnya, Pandora bernapas lega setelah perjalanan menuju pulang dan macam – macam kegiatan yang menguras tenaga; dia baru saja menyelesaikan kegiatan akhir kuliah lapangan, tetapi rasanya itu semacam sebuah perpisahan besar. Ntah karena Pandora bersama Anna sepakat melakukan kegiatan praktik di perusahaan Kingston, sehingga seluruh staff penting maupun para pegawai memperlakukan-nya lebih daripada mahasiswi yang mencari ilmu. Pandora lebih yakin hal tersebut karena ulah Kingston. Pria itu tak segan menunjukkan sikap manis di hadapan semua orang. Tidak peduli gosip akan bertebaran, asal Pandora menyelesaikan studi dengan baik. Demikian sering Kingston jadikan alasan ketika Pandora berusaha membatasi kedekatan mereka saat pria itu secara mendadak tiba di kantornya.Langkah Pandora pelan menaiki undakan tangga teratas. Hal paling pertama dilakukan adalah memasuki kamar. Dia sudah sangat merindukan tiga bayi-nya yang berturut – turut menyajikan sebuah pemandangan
Pandora tidak tahu harus terpaku pada yang mana. Bayi-nya yang tenang saat dimandikan, atau suami-nya yang panas ketika sedang menggosok sabun nyaris tak berbusa di tubuh mungil Luca. Gerakan tangan Kingston luwes, menegaskan betapa pria itu mahir menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Dia telah, pernah, terbiasa memandikan Aceli sewaktu gadis kecil itu masih begitu bayi. Dan sekarang mempraktikkannya kepada anak sendiri, sementara Pandora ... sambil – sambil belajar dia menunggu Kingston selesai.“Handuk, Kucing manis.”Pandora mengerjap cepat setelah mengguncang dirinya keluar dari lamunan. Dia menyerahkan kain yang sama mungilnya di dekat tangan Kingston. Pria itu menerima dengan tenang; mengeringkan tubuh Luca, lalu membawa bayi mungil mereka keluar dari kamar mandi.“Kapan kau akan memberiku giliran?”Mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sambil mengamati Kingston memoles minyak di beberapa bagian tubuh Luca, termasuk di puncak kapal yang lembut itu, membuat Pandora sedik
Tengah malam suara tangis menggelegar menjadi salah satu hal paling baru yang pernah Pandora hadapi. Dia mengerjap sebentar untuk menatap langit – langit kamar temaram. Sesaat Pandora bergeser, begitu hati – hati tidak ingin membangunkan Aceli di tengah – tengah ranjang. Tubuhnya sudah bersiap akan bangun menuju keranjang bayi, tetapi satu cekalan hangat benar – benar baru menghentikan apa yang nyaris Pandora lakukan.“Biar aku saja, Kucing manis. Sebaiknya kau kembali tidur.”Sayup – sayup suara dalam Kingston diliputi langkah kaki meninggalkan ranjang. Bayangan tubuh pria itu terus berjalan, kemudian berhenti di satu titik persis perhatian Pandora tak terenggut di sana.Gerakan Kingston luwes mendekap bayi mungil mereka. Lekuk tubuh pria itu terlihat menyisir di depan meja. Kingston mungkin akan menunggu beberapa saat sampai susu perah yang disimpan di satu perangkat khusus untuk mengisi penuh ke dalam susu botol.“Bawa Luca ke sini, King.”Namun, Pandora merasa terlalu lama, sement
Hari di mana dia dipersilakan pulang, Pandora melangkahkan kaki pelan – pelan masuk ke dalam gedung mentereng. Dia sedikit terkejut ketika menemukan Chris sudah berdiri menyambut dengan hangat, lalu pria itu segera mendekat diliputi satu – satunya perhatian tertuju pada bayi mungil dan kebiasaan tidur yang begitu panjang.“Kenapa tidak memberitahuku saat kau akan melahirkan, Panda?”Mendapati Chris mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kepada Luca. Pandora segera memindahkan perhatiannya lurus – lurus memberi Kingston isyarat. Apa yang harus mereka katakan?Kejujuran sudah dipastikan tidak akan terjadi, karena itu akan sanggup membuat Chris berpikir betapa Pandora benar – benar telah membahayakan nyawanya.“Saat aku akan melahirkan, semuanya terjadi secara tiba – tiba, Dad. Jadi baru bisa memberitahumu belakangan.”Pandora meringis usai menceritakan separuh kebenaran. Memang Luca ingin dilahirkan secara tiba – tiba. Tiba – tiba kontraksi dan tiba – tiba dia harus menghadapi peristiwa
Pintu kamar rawat terbuka perlahan; di mana Kingston terlihat membungkuk menurunkan tubuh Aceli dari balik punggung pria tersebut. Gadis kecil yang sepertinya malas berjalan, sehingga butuh sentuhan ajaib dari sang paman untuk membuat mereka terlihat harmonis.“Mommy Panda!”Pandora tetap menjatuhkan perhatian; mengamati derap langkah Aceli terburu mendekatinya. Kursi yang diseret menimbulkan suara gemerisik, kemudian wajah Aceli muncul setelah gadis itu menaiki kursi sekadar menunjang tubuhnya yang pendek.“Aceli sangat merindukan Mommy Panda.”Senyum menggemaskan itu tidak pernah berubah. Pandora hampir tertawa menanggapi ungkapan kalimat demikian, tetapi dia tak bisa bohong; perasaan haru yang mendesak sedikit mengguncang sisi emosional-nya. Pandora sangat – sangat merindukan Aceli. Sengaja merentangkan tangan untuk melihat bagaimana reaksi gadis kecil Kingston.Aceli antusias ingin merangkak ke atas blankar, kemudian tubuh kecilnya langsung ditangkap. Bukan Pandora. Kingston-lah s
Iris hijau Pandora sekelebat menerima siraman lampu terang, dia mengerjap beberapa kali untuk membiaskan diri. Lurus – lurus mengamati, baru kemudian keningnya bertaut menyadari dia sedang berada di satu tempat berbeda. Seingatnya, hal paling terakhir bisa dia lihat adalah wajah Kingston yang begitu khawatir. Ya, pria itu yang paling terakhir ada bersamanya. Dan tiba – tiba saat dia merasa dunia kembali memberi sebuah kesempatan. Kingston pula yang sekarang sedang menawarkan tatapan lembut. Melebihi sebuah kemurnian yang pernah Pandora miliki.. Sorot mata itu teduh. Teduh sekali ke satu titik, turun sedikit di samping Pandora.“King ...,” panggil Pandora, tidak tahu mengapa akhirnya membuat Kingston seperti tersentak. Barangkali Kingston sedang melamunkan sesuatu, tetapi reaksinya begitu tak terduga ketika pria itu diam, seolah berjuang mengumpulkan informasi, yang salah – salah tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Untuk waktu cukup lama Pandora masih harus menunggu. Tak sadar di satu
“Tuan ....”“Maaf, Tuan. Tubuh Anda tidak bisa menerima jarum suntik.”Kata – kata sang perawat menyeret perhatian Kingston untuk terguncang. Saat memikirkan bagaimana keadaan Pandora, itu membuatnya hilang cukup lama. Sekarang, setelah menyadari wanita yang ingin mengambil darahnya hanya melakukan hal sia – sia. Kingston tidak mengatakan apa pun, selain membiarkan kebekuan di urat nadi tangannya; yang tak terjamah, benar – benar bisa menerima benda asing menerobos ke dalam.Jarum tajam mulai berfungsi. Kingston terus terpaku pada aliran darah yang bergerak melalui selang. Darahnya akan diberikan kepada Pandora. Ini memang sebuah keputusan penuh tekad. Tidak tahu bagaimana selanjutnya. Kingston berharap darah yang dia donorkan tidak akan mempengaruhi tubuh Pandora. Itu adalah kemungkinan paling kecil. Kalaupun ada harga yang harus diterima. Hanya diharapkan Pandora tidak akan menua. Itu saja.“Anda mungkin akan sedikit merasa pusing, Tuan. Beristirahatlah sebentar.”Wanita yang baru s