Semua yang sedang bereaksi di dalam tubuh Pandora. Harus dia usahakan tidak meleburkan kesadarannya. Penting bagi Pandora tidak meremehkan gigitan ular berbisa, tetapi dia tak memiliki upaya memikirkan diri sendiri. Langkahnya lebar membawa Aceli secara terdesak. Mereka telah melangkah untuk belasan menit, karena itu nyeri yang tajam segera diikuti peradangan yang semakin parah. Sesak mulai berkabut di rongga dada Pandora. Dia merasa mual dan harus memaksa langkahnya tetap menggerus di tengah hutan. Sesekali Pandora menyeka bagian wajah. Bulir keringat timbul berantakan di bagian kening menunjukkan gejala yang akan disusul demam. Dari tertatih. Pandora mulai terlunta – lunta mengangkat lengan untuk meraba batang pohon di sekitarnya. Kemungkinan besar masih membutuhkan jarak cukup jauh untuk mendapatkan benderang cahaya lampu dari van. Namun dia sudah tak bisa bertahan sebelum itu. Lambat laun kemampuan sekadar berdiri tegak menjadi runtuh. Luruh bersandar di bawah pohon besar. Engap—
“Ah ... Hores, berhenti ....” Kuku tangan Avanthe menancap di bahu pria yang menjadi ayah biologis Aceli. Hores menggila saat sedang melumat tubuhnya. Melesakkan kejantanan yang keras untuk menghujam Avanthe lewat percintaan panas. Hores menawarkan sensasi nikmat, namun di saat bersamaan Avanthe menjadi gelisah memikirkan Kingston. Dia mencoba menegahi Hores yang belingsatan menumbukkan diri. Terus merampas bibir Avanthe acapkali ingin melontarkan kalimat menghentikan tindakan menggairahkan. “Hores—“ panggil Avanthe tertahan ketika Hores kembali menggigit bibir bawahnya. “Sebentar, Love, kau bisa bicara setelah aku selesai.” Puncak Gunung Formon menjadi kebiasaan paling sering saat mereka ingin meleburkan hasrat bersama. Hores dengan sengaja meninggalkan rapat penting untuk merujak Avanthe yang begitu dirindukan. Beberapa hari terakhir dia memiliki kesibukan di gerbang neraka dan inilah waktunya menuntaskan hasrat yang memburu hebat. Avanthe memang sangat pandai. Membungkus kejan
Avanthe semakin mengusap wajah Kingston saat pria itu tidak mengatakan apa pun. Kekosongan di manik mata bercorak milik kakaknya luar biasa menghantam perasaan Avanthe ke dalam gelisah. Dia tidak ingin menatap Kingston yang seperti ini. Terlalu buruk terus membayangkan kalau – kalau Kingston tak akan bisa mencegah perasaan terpuruknya jatuh semakin karam. Sikap yang jelas – jelas sedang terungkap antara ratusan tahun lalu ketika Kingston menderita atas kepergian Arcadeaz, nyaris tak jauh berbeda dari apa yang Avanthe hadapi.Hanya saja, untuk kali ini Kingston masih ingin bicara. Bukan sepenuhnya diam. Berlagak seperti patung atau artefak paling menyedihkan. Meski demikian, itu tidak akan bisa membandingkan bagaimana rasa kehilangan, sekali lagi, memberi pengaruh buruk.Kingston mungkin harus menerima kenyataan bahwa kematian Arcadeaz mutlak di tangan Raja Osso, tetapi Pandora … sesuatu yang tak terbayangkan atau gigitan ular berbisa seolah menggambarkan sejarah baru tentang yang teru
Permintaan Avanthe belum mencapai sebuah kesepakatan, tetapi getaran ponsel Pandora telah menunjukkan kecemasan Chris. Tampilan layar yang terkunci dipenuhi notifikasi pesan masuk secara beruntun. Beberapa pertanyaan sempat terbaca, walau Kingston tidak menunjukkan reaksi apa pun selain mengabaikan rasa cemas Chris yang terungkap dari rentetan pertanyaan yang pria itu kirimkan.Selain akan menjadi hal sulit menjelaskan kondisi Pandora secara tertulis. Ada getaran jauh lebih berbahaya. Getaran yang sama dirasakan Avanthe sehingga perlototan itu jelas menunjukkan bagaimana Avanthe menahan napas menyorot wajah Kingston.“Perang ....”Dia berkata lirih ketika manik matanya bersirobok menginsyaratkan kepada Kingston suatu bahaya sedang mengintai. Hores dan perang. Keduanya bukan bagian dari keinginan Avanthe. Sudah dipastikan perang kali ini akan menjadi sebuah tragedi hingga pertumpahan yang besar.“Aku rasa perang ini sangat berkaitan erat dengan kosongnya energi bola rozilog,” ucap Avan
Aura mencekam dari Raja Vanderox telah menguasai seisi kerajaan Olimpyus. Kemunculannya menyebarkan ketegangan. Angin kematian seakan beradu satu dengan udara dingin membekukan. Tatap mata Raja Vanderox luar biasa keji. Menantang ke depan ketika serangan berlawanan arah lurus mendekat ke arahnya.Ketukan bahaya dari senjata dwisula milik Raja Vanderox seperti kilat yang menyambar. Postur besar dan mencengangkan menombak hingga menebas beberapa penjaga yang tumbang berserak di dalam istana.Keberadaan Pandora sudah tercicip begitu dekat. Hentakan Raja Vanderox tak gentar menimbulkan gejolak buruk yang menggetarkan sampai ke setiap ruangan di istana.Namun hanya ada satu ruang yang didatangi raja dengan hasrat membara. Pintu tertutup segera didobrak kasar. Sang tabib terlonjak nyaris tak mampu mempercayai sebuah pemandangan mengejutkan.Tabib segera mengambil langkah untuk mencegah kemungkinan yang akan terjadi. Melindungi Pandora dari gairah Raja Vanderox yang terungkap jelas saat tata
“Kau seharusnya beristirahat, Pangeran. Biar aku saja yang melakukannya.”Avanthe menelan ludah kasar memperhatikan bagaimana Kingston ... sedang tidak baik – baik saja tetap memaksa untuk mengobati Pandora yang telentang dengan kepala menyangga di pangkuan pria tersebut.Wajah yang pucat, hingga setiap gerakan kecil selalu membuat Kingston mendesis tertahan. Jujur, Avanthe merasa tidak tega harus mengamati tiap – tiap ekspresi Kingston yang meskipun hanya diam, pria itu jelas menyeret sikap khawatir Avanthe untuk memenuhi ketakutan yang mendesak – desak di benaknya.“Kau membuatku sangat terkejut saat tiba – tiba masuk dengan kondisimu yang seperti ini.” Ntah mengapa sejak perang berlangsung, Avanthe tidak sanggup menerawang ke depan sekadar memastikan keadaan yang tidak dia campuri. Seakan ada yang membatasi kemampuannya—dan itu salah satu bagian terburuk untuk terus dianalisis, karena sepertinya jawaban yang dicari tidak akan pernah ada.“Kak ....”Sejak awal perhatian Avanthe suda
Sesuatu yang halus, menusuk – nusuk di permukaan lengan Pandora merupakan salah satu alasan utama matanya mengerjap beberapa kali hingga langit – langit kabin menyeluruh terekam di dalam ingatan.Sedikit bergerak Pandora menyadari Kingston sedang menegadah di sandaran kaki ranjang. Rambut hitam itu yang membangunkan Pandora, yang tanpa pria itu sadari, tetapi kegiatannya masih sama di sana. Memijit kening yang licin dengan mata terpejam. Kadang – kadang sebelah lengan Kingston terangkat bersama sehelai kain hitam untuk dibiarkan membungkus hidung yang mancung.Di sela itu, bulir – bulir keringan terjun dari bagian pelipis, merambat turun melewati tulang pipi. Begitu pula kerongkongan Kingston naik turun seperti sedang menahan sesuatu. Cukup aneh bagi Pandora, karena tidak biasanya Kingston bersikap demikian.Dia meringis menarik diri bangun. Di antara yang lain aroma makanan menjamah indera penciuman Pandora. Tumpukan roti bakar, semangkok bubur, dan susunan buah terhidang di atas mej
“Ayo, Daddy. Kita ke sana!”Keputusan kembali ke Bristol tidak luput dari macam – macam permintaan Aceli. Gadis kecil itu selalu merengek acapkali melihat sesuatu yang menarik perhatian. Meskipun Kingston sering mengabaikan keinginan merepotkan itu. Tetapi Perjalanan nyaris satu setengah jam dari hutan menuju pusat Kota London, tak membuat Aceli menyerah.Lampu – lampu menghias di tengah lapangan itu memancing antusiasme hingga telapak tangan mungil Aceli menempel di kaca jendela, memperhatikan pelbagai wahana yang menjulang dengan mata berbinar, sekalipun dia sedang berada di atas pangkuan Pandora.“Berhenti, Daddy!”Kingston tidak segera mengiyakan. Namun dalam pengamatan Pandora pria itu merogoh sesuatu di balik kesibukan menyetir. Dompet hitam diarahkan kepadanya yang menatap dengan kening bertaut heran.“Lihat ... ada berapa uangku di sana.”Benar – benar di luar dugaan Pandora. Mau tak mau dia melakukan tindakan yang harus—sebagaimana memeriksa berapa jumlah uang yang pria itu m
Hallo, Kakak - Kakak pembaca. Long Time No see di sini. Bagi yang belum tahu kalau kisah Hores dan Avanthe sudah muncul dan sudah bisa dibaca. Kalian boleh langsung cari saja di pencarian dengan judul 'Passionate Devil: Selir yang Terluka'."Di hari kau memutuskan untuk berubah jahat. Kau tak pernah mengajariku cara melupakan pria yang pernah sangat kukenal." -Avanthe- (Season dua: Series Demigod).Perjuangan Avanthe menghadapi kebencian Hores setelah perang dan kematian Raja Vanderox. Dengan kehadiran putri kecil-nya, apakah itu bisa mengembalikan perasaan Hores seperti sedia kala?Terkadang benci dan cinta adalah dua hal paling tak berjarak. Yuk, ikuti keseruan kisah mereka.
Ini waktunya ... sebuah perjuangan di mana cinta dan kerja sama adalah bukti paling nyata yang membawa Pandora pada titik mengagumkan. Pusat perhatiannya selalu terpaku kepada satu orang di sana; pria di atas podium dengan hak dan kerelasian terhadap kontribusi-nya sebagai seorang donatur. Kingston bicara setelah rektor memberikan sambutan pembuka hingga amanat. Sulit dimungkiri bahwa pria itu menjadi yang paling mencolok di antara civitas akademika dan siapa pun di sana. Sisiran rambut ke belakang, rapi, menambah kesan memuja. Sayup – sayup suara bisikan dari beberapa wisudawati terus menjalar sampai di pendengaran Pandora. Dia hanya bisa tersenyum tipis, dan mungkin tidak akan memberitahu Kingston, bahkan jika urusan pria itu selesai. Tidak akan memberitahu suaminya bahwa pria itu menjadi bahan gosip. Riuh tepukan tangan mengakhiri kesempatan Kingston ada di atas podium. Sorot mata spektrum itu sesaat menyorot ke arahnya. Senyum tipis, nyaris tidak terlihat, memancing Pandora memb
“Terima kasih, Helios.”Akhirnya, Pandora bernapas lega setelah perjalanan menuju pulang dan macam – macam kegiatan yang menguras tenaga; dia baru saja menyelesaikan kegiatan akhir kuliah lapangan, tetapi rasanya itu semacam sebuah perpisahan besar. Ntah karena Pandora bersama Anna sepakat melakukan kegiatan praktik di perusahaan Kingston, sehingga seluruh staff penting maupun para pegawai memperlakukan-nya lebih daripada mahasiswi yang mencari ilmu. Pandora lebih yakin hal tersebut karena ulah Kingston. Pria itu tak segan menunjukkan sikap manis di hadapan semua orang. Tidak peduli gosip akan bertebaran, asal Pandora menyelesaikan studi dengan baik. Demikian sering Kingston jadikan alasan ketika Pandora berusaha membatasi kedekatan mereka saat pria itu secara mendadak tiba di kantornya.Langkah Pandora pelan menaiki undakan tangga teratas. Hal paling pertama dilakukan adalah memasuki kamar. Dia sudah sangat merindukan tiga bayi-nya yang berturut – turut menyajikan sebuah pemandangan
Pandora tidak tahu harus terpaku pada yang mana. Bayi-nya yang tenang saat dimandikan, atau suami-nya yang panas ketika sedang menggosok sabun nyaris tak berbusa di tubuh mungil Luca. Gerakan tangan Kingston luwes, menegaskan betapa pria itu mahir menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Dia telah, pernah, terbiasa memandikan Aceli sewaktu gadis kecil itu masih begitu bayi. Dan sekarang mempraktikkannya kepada anak sendiri, sementara Pandora ... sambil – sambil belajar dia menunggu Kingston selesai.“Handuk, Kucing manis.”Pandora mengerjap cepat setelah mengguncang dirinya keluar dari lamunan. Dia menyerahkan kain yang sama mungilnya di dekat tangan Kingston. Pria itu menerima dengan tenang; mengeringkan tubuh Luca, lalu membawa bayi mungil mereka keluar dari kamar mandi.“Kapan kau akan memberiku giliran?”Mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sambil mengamati Kingston memoles minyak di beberapa bagian tubuh Luca, termasuk di puncak kapal yang lembut itu, membuat Pandora sedik
Tengah malam suara tangis menggelegar menjadi salah satu hal paling baru yang pernah Pandora hadapi. Dia mengerjap sebentar untuk menatap langit – langit kamar temaram. Sesaat Pandora bergeser, begitu hati – hati tidak ingin membangunkan Aceli di tengah – tengah ranjang. Tubuhnya sudah bersiap akan bangun menuju keranjang bayi, tetapi satu cekalan hangat benar – benar baru menghentikan apa yang nyaris Pandora lakukan.“Biar aku saja, Kucing manis. Sebaiknya kau kembali tidur.”Sayup – sayup suara dalam Kingston diliputi langkah kaki meninggalkan ranjang. Bayangan tubuh pria itu terus berjalan, kemudian berhenti di satu titik persis perhatian Pandora tak terenggut di sana.Gerakan Kingston luwes mendekap bayi mungil mereka. Lekuk tubuh pria itu terlihat menyisir di depan meja. Kingston mungkin akan menunggu beberapa saat sampai susu perah yang disimpan di satu perangkat khusus untuk mengisi penuh ke dalam susu botol.“Bawa Luca ke sini, King.”Namun, Pandora merasa terlalu lama, sement
Hari di mana dia dipersilakan pulang, Pandora melangkahkan kaki pelan – pelan masuk ke dalam gedung mentereng. Dia sedikit terkejut ketika menemukan Chris sudah berdiri menyambut dengan hangat, lalu pria itu segera mendekat diliputi satu – satunya perhatian tertuju pada bayi mungil dan kebiasaan tidur yang begitu panjang.“Kenapa tidak memberitahuku saat kau akan melahirkan, Panda?”Mendapati Chris mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kepada Luca. Pandora segera memindahkan perhatiannya lurus – lurus memberi Kingston isyarat. Apa yang harus mereka katakan?Kejujuran sudah dipastikan tidak akan terjadi, karena itu akan sanggup membuat Chris berpikir betapa Pandora benar – benar telah membahayakan nyawanya.“Saat aku akan melahirkan, semuanya terjadi secara tiba – tiba, Dad. Jadi baru bisa memberitahumu belakangan.”Pandora meringis usai menceritakan separuh kebenaran. Memang Luca ingin dilahirkan secara tiba – tiba. Tiba – tiba kontraksi dan tiba – tiba dia harus menghadapi peristiwa
Pintu kamar rawat terbuka perlahan; di mana Kingston terlihat membungkuk menurunkan tubuh Aceli dari balik punggung pria tersebut. Gadis kecil yang sepertinya malas berjalan, sehingga butuh sentuhan ajaib dari sang paman untuk membuat mereka terlihat harmonis.“Mommy Panda!”Pandora tetap menjatuhkan perhatian; mengamati derap langkah Aceli terburu mendekatinya. Kursi yang diseret menimbulkan suara gemerisik, kemudian wajah Aceli muncul setelah gadis itu menaiki kursi sekadar menunjang tubuhnya yang pendek.“Aceli sangat merindukan Mommy Panda.”Senyum menggemaskan itu tidak pernah berubah. Pandora hampir tertawa menanggapi ungkapan kalimat demikian, tetapi dia tak bisa bohong; perasaan haru yang mendesak sedikit mengguncang sisi emosional-nya. Pandora sangat – sangat merindukan Aceli. Sengaja merentangkan tangan untuk melihat bagaimana reaksi gadis kecil Kingston.Aceli antusias ingin merangkak ke atas blankar, kemudian tubuh kecilnya langsung ditangkap. Bukan Pandora. Kingston-lah s
Iris hijau Pandora sekelebat menerima siraman lampu terang, dia mengerjap beberapa kali untuk membiaskan diri. Lurus – lurus mengamati, baru kemudian keningnya bertaut menyadari dia sedang berada di satu tempat berbeda. Seingatnya, hal paling terakhir bisa dia lihat adalah wajah Kingston yang begitu khawatir. Ya, pria itu yang paling terakhir ada bersamanya. Dan tiba – tiba saat dia merasa dunia kembali memberi sebuah kesempatan. Kingston pula yang sekarang sedang menawarkan tatapan lembut. Melebihi sebuah kemurnian yang pernah Pandora miliki.. Sorot mata itu teduh. Teduh sekali ke satu titik, turun sedikit di samping Pandora.“King ...,” panggil Pandora, tidak tahu mengapa akhirnya membuat Kingston seperti tersentak. Barangkali Kingston sedang melamunkan sesuatu, tetapi reaksinya begitu tak terduga ketika pria itu diam, seolah berjuang mengumpulkan informasi, yang salah – salah tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Untuk waktu cukup lama Pandora masih harus menunggu. Tak sadar di satu
“Tuan ....”“Maaf, Tuan. Tubuh Anda tidak bisa menerima jarum suntik.”Kata – kata sang perawat menyeret perhatian Kingston untuk terguncang. Saat memikirkan bagaimana keadaan Pandora, itu membuatnya hilang cukup lama. Sekarang, setelah menyadari wanita yang ingin mengambil darahnya hanya melakukan hal sia – sia. Kingston tidak mengatakan apa pun, selain membiarkan kebekuan di urat nadi tangannya; yang tak terjamah, benar – benar bisa menerima benda asing menerobos ke dalam.Jarum tajam mulai berfungsi. Kingston terus terpaku pada aliran darah yang bergerak melalui selang. Darahnya akan diberikan kepada Pandora. Ini memang sebuah keputusan penuh tekad. Tidak tahu bagaimana selanjutnya. Kingston berharap darah yang dia donorkan tidak akan mempengaruhi tubuh Pandora. Itu adalah kemungkinan paling kecil. Kalaupun ada harga yang harus diterima. Hanya diharapkan Pandora tidak akan menua. Itu saja.“Anda mungkin akan sedikit merasa pusing, Tuan. Beristirahatlah sebentar.”Wanita yang baru s