Share

126. Hidangan Lezat

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 11:59:38
“A-Apa?! Tapi, Tuan ….” Poppy menggigit bibir bawahnya. Dia merasakan ambang kenikmatan yang ingin segera dilepaskan, namun tak berani meminta.

“Apa lagi yang kau inginkan?” Robin menyeringai licik, ingin membuat Poppy menyadari betapa jengkelnya ditinggalkan saat sedang seperti itu.

“Itu … saya …” Kepala Poppy terasa panas, tak bisa berpikir jernih dan tenang. “T-tidak … tidak ada.”

Tak mungkin dia meminta Robin untuk melanjutkan aksinya lagi. Dia terlalu malu untuk mengatakannya.

“Siapkan makan malam, lalu kita pulang setelah ini.”

Robin berlagak acuh tak acuh. Dia duduk sambil menyalakan televisi untuk mengalihkan pikirannya.

Pembalasan untuk Poppy seperti pedang bermata dua. Dia puas setelah melihat istrinya sangat kecewa karena tak jadi merasakan kepuasan, tetapi dirinya sendiri justru gelisah karena sebenarnya juga menginginkannya.

“Sial,” gumam Robin tak tenang.

Robin melihat ke arah Poppy yang masih duduk termenung di meja dapur. Wajah istrinya yang merah pada
VERARI

Apa lagi yang Robin lakukan?

| 9
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
bhkn situasi sekitar pun mendukung utk mrk brdua melanjutkan sesuatu yg tertunda wkwk ^^ berasa tersindir gak tuh dgn dialog terakhir dlm film itu ahhhahaa udh gausah sok jual mahal lg lah rob, udh kidut² kan hihiihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   127. Kesabaran Robin

    “Hati-hati!” sergah Robin. Robin dengan cepat mengambil tisu yang ada di meja seolah telah menantikannya. Kemudian dia menyeka paha Poppy penuh perhatian, dengan lembut, dan pelan. Dia sebenarnya memang sedang mencari alasan untuk menyentuhnya. Mendadak senang ketika alasan itu muncul di depan mata dan tanpa sadar bergerak cepat membantu Poppy. Ketika melihat paha istrinya kemerahan, Robin tiba-tiba khawatir. Dia ingin mengecup paha itu dengan lembut agar sakit yang dirasakan Poppy mereda. “Gunakan matamu saat bekerja! Tsk!” Namun, cara bicara Robin tetap kasar seolah kesal pada kesalahan kecil yang dilakukan Poppy. “Saya … saya bisa sendiri, Tuan.” Poppy berusaha mengambil tisu yang dipegang Robin, meski dia bisa mengambil yang lain. Sentuhan Poppy itu sontak membuat akal sehat si pemilik tangan putus seketika, melupakan balas dendamnya. Robin sebenarnya ingin mengacuhkan Poppy dalam waktu lama. Dia berencana memancing hasrat Poppy, lalu pergi setelahnya, sebagai hukuman kare

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   128. Ciuman Biasa

    BUK! Robin spontan memukul sandaran sofa. Sudah berapa kali bibir manis istrinya menyebut nama Antonio seharian ini? “Apa kau sebodoh ini? Antonio hanya melakukan apa pun yang aku perintahkan! Semua yang kau gunakan dan miliki itu berasal dariku!” Robin menarik ujung gaun Poppy, menyentak dengan jengkel. Tarikannya yang terakhir cukup kencang hingga membuat Poppy tesentak maju. Sayangnya, harapan Robin melepaskan gaun yang seolah-olah tak sengaja itu tidak berhasil. “Maaf …,” tutur Poppy pelan. “Aku memberimu ponsel bukan untuk berselingkuh!” Semua tuduhan Robin selalu sama. Semua berujung tentang perselingkuhan. Poppy tak tahu masalah besar apa yang pernah mengguncang kehidupan Robin sehingga terus-menerus mengkhawatirkan perselingkuhan. Namun, lama-kelamaan Poppy kesal karena dituduh secara tidak adil. Dia hanya ingin memberikan makanan untuk Antonio! “Saya tidak berselingkuh, Tuan! Kenapa Anda selalu cemburu begini?!” “Apa? Aku cemburu?” Robin menunjuk diri sendiri sambil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   129. Cemburu, tapi …

    Poppy mengerang lirih sambil berusaha membebaskan diri. Matanya masih terpejam, sementara dia tak bisa bergerak karena tubuh besar yang melingkar di badannya. “Ugh … lepas …,” rintih Poppy sambil mendorong sesuatu dari perutnya. Kelopak matanya langsung terbuka ketika menyadari bahwa tubuhnya terkunci oleh dekapan seseorang. Dia seharusnya sendirian di apartemen barunya. Lalu siapa yang tidur memeluk dirinya dari belakang? Poppy panik ingin langsung melompat dari ranjang. Namun, orang itu semakin erat memeluknya, mengusap-usap wajahnya di punggung Poppy yang hanya memakai gaun tidur tipis. ‘Sejak kapan aku ganti gaun tidur?!’ jerit Poppy dalam hati, takut penyusup di kamarnya bangun dan melukainya. Meski masih setengah tidur, Poppy yakin jika semalam dia langsung tidur setelah menyiapkan makan malam untuk Robin. Dia belum berganti pakaian dan jelas-jelas mengunci pintu kamarnya. Poppy perlahan mengeluarkan tangan kanannya dari jeratan lengan kekar orang itu, lalu mengambil ponsel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   130. Pamer

    Kebahagiaan yang memenuhi hati Poppy berangsur menghilang. Pikirannya mulai sibuk memahami ucapan Robin yang penuh kontradiksi. ‘Cemburu, tetapi tidak mempunyai perasaan padaku? Bukankah itu aneh?’ “Jangan banyak berpikir! Kau hanya boleh memikirkanku seorang,” ujar Robin dengan suara berat dan dalam. Robin menarik celana Poppy sambil merangkak turun. Dia mengangkat kedua kaki Poppy hingga menekuk di antara kepalanya, lalu membenamkan kepala di tengahnya. “Tuan … jangan … itu … itu … kotor ….” Kendati demikian, Poppy tetap menerima semua yang Robin lakukan padanya. Poppy hanya bisa pasrah menghadapi kebuasan Robin di atas ranjang setelah lama merindukannya … tanpa perasaan? Di puncak kepuasan yang didapatkannya, Robin berbisik lirik, “Oh, aku sangat merindukan ini ….” Kemudian menambahkan setelah tanpa sadar mengungkap isi hatinya, “Aku hanya merindukan tubuhmu, tidak denganmu.” Meskipun menyakitkan, Poppy sepertinya mulai terbiasa dengan ungkapan perasaan Robin yang membingungk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   131. Menjenguk Pria Kejam

    Akhirnya, Robin dan Poppy sampai di kediaman Dante ketika langit hampir sepenuhnya gelap. Robin membuktikan ucapannya dengan mengurung Poppy ke dalam pelukan gairahnya selama berjam-jam, sengaja agar Antonio menunggu lama. Saat keluar dari mobil, Poppy hampir terjatuh, dan sontak memegang lengan Robin. Kakinya sangat lemas karena ulah suaminya. “Maaf.” Poppy segera melepas tangannya ketika berhasil menjaga keseimbangannya. Namun, Robin malah menariknya semakin mendekat. Robin berjalan sambil merangkul Poppy saat menuju ke kamar Dante, sesekali menyeringai selagi melirik pria di belakangnya. Antonio mengikuti langkah mereka dengan mempertahankan jarak agar tak terlalu dekat. “Poppy!” seru suara pria yang terdengar riang. Poppy sontak berhenti melangkah, menoleh ke arah datangnya suara. Wajahnya berseri-seri melihat Rafael yang berjalan cepat ke arahnya. “Lanjut jalan!” titah Robin sambil menyeret rangkulan di pundak Poppy, tak membiarkan Poppy balas menyapa adik iparnya. “

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   132. Stella

    “Kau … sudah di sini …, Robin,” ujar Dante, mengangguk kepada Luca, memberi isyarat untuk mendekat. Orang kepercayaan Dante itu langsung membantunya duduk bersandar, meletakkan tangan kiri Dante yang tampak kaku ke atas pangkuan. Dante adalah pengguna tangan kiri, kidal, yang membuat Poppy berpikir bahwa itulah hukuman dari langit karena Dante selalu memakai tangan itu untuk menyakiti orang. Melihat kondisi Dante cukup membingungkan Poppy. Di lain sisi, dia juga merasa kasihan padanya. “Aku baru pulang kemarin dan baru bisa mengunjungimu sekarang,” balas Robin. Tatapan kejam Dante yang sesaat dilihat Poppy berubah hangat ketika menatap cucu tertuanya. Tampaknya, Dante benar-benar menyayangi cucunya meskipun tak pernah peduli pada cucu-cucu orang lain yang dihabisi olehnya. “Aku senang kau masih akur dengan istrimu. Kupikir, kau hanya pura-pura menikah karena desakanku.” Cara bicara Dante begitu pelan dan sedikit tak jelas, namun masih bisa dipahami. “Kami benar-benar menikah.” P

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   133. Kejutan dari Robin

    Rahang Dante mengeras. Dia paling tak suka jika Robin mulai bersikap tak sopan. Cucu menantu dan ibunya sedang terharu, tetapi Robin malah mentertawakan mereka. “Jaga sikapmu, Robin,” tegur Dante. Mulut Robin masih membentuk senyuman biarpun sudah berhenti tertawa. Hal tersebut membuat Carita ikut kesal. Carita sudah melakukan banyak persiapan untuk hari ini. Namun, sandiwara sempurnanya hanya ditertawakan oleh Robin Luciano. ‘Benar kata orang, Robin adalah pria yang mengerikan. Dia tidak menunjukkan simpati sedikitpun pada istri palsunya.’ Semua prasangka Poppy dan ucapan Flint benar. Carita memang bekerja sama dengan Saul Martinez untuk mengurung Poppy di Pulau Solterra. Dia bahkan mengeluarkan banyak dana untuk mempertahankan Poppy di sana. ‘Jika bukan karena Robin Luciano, Stella tidak akan pernah bisa keluar dari pulau itu. Sekarang aku harus berlutut begini supaya gadis bodoh ini tidak berulah,’ geram Carita dalam hati. Semua kemewahan yang dinikmati Carita saat ini adala

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   134. Ibu Palsu

    Wajah Poppy mengernyit sekilas tatkala melihat seorang wanita berdiri di dekat Antonio. Wanita itu menutup mulutnya dengan gerakan dramatis seakan tak memercayai indra penglihatannya ketika melihat Poppy. Dia kemudian menangis dengan tatapan bahagia dan terharu. “Ibu sangat merindukanmu, Rose ….” Wanita yang mengaku ibu Poppy itu berjalan dengan gerakan lambat, seakan ragu mendekat. Poppy berdiri, masih menunjukkan keterkejutan. Air matanya tiba-tiba mengalir ketika wanita itu memeluknya. “Ibu?” “Benar, ini ibu ….” Wanita itu memeluk Poppy sambil memejamkan mata untuk menahan tangisannya. Poppy sebenarnya tak paham apa yang sedang terjadi. Dia pun tak mengenal wanita itu. Namun, dia yakin jika Robin yang menyuruh Antonio untuk memanggil wanita itu demi membantunya. “Kau datang di saat yang tepat, Ibu Mertua.” Robin mengangguk-angguk pelan dengan mata yang mengedip lambat, menghayati perannya. Dia menepuk punggung Poppy dan ibu palsunya yang masih melepas rindu dalam pelukan. Wa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30

Bab terbaru

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   X

    Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   223. Poppy

    “Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   222. Ratu

    “Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   221. Kemarahan Capri

    Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   220. Keguguran

    “Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   219. Dua Kali ...

    “Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   218. Wanita Asing

    Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   217. Sulitnya Berubah

    “Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”

  • Tawanan Hasrat sang Penguasa   216. Di Bawah Satu Atap yang Sama

    Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status