Share

Bab 5. Tempat Baru

Sepanjang malam Amara terus menangis. Bahkan Michael melakukannya hingga berkali-kali dan membuat Amara benar-benar sangat lelah.

Pagi itu Amara bangun lebih awal, tubuhnya bringsut dari tempat pergelutan semalam. Gadis itu memeluk tubuhnya saat itu pula.

“Ssshh, Ya Tuhan kenapa sesakit ini?” batin Amara dan mengusap kedua lengannya.

Amara menoleh ke arah samping kiri. Terlihat seorang pria tampan yang masih tertidur dengan begitu lelap.

Sebenarnya ingin sekali Amara mencabik wajah pria itu, mencakar atau yang lebih baik adalah membunuhnya saat ini juga.

Namun semuanya percuma saja, hal yang Amara sayangkan tidak akan bisa kembali lagi. Malah Amara yang justru akan terkena hukuman seumur hidup atau bahkan hukuman mati.

Seusai membersihkan diri di dalam kamar mandi, Amara melihat bahwa Michael sudah tidak ada di ruangan itu lagi. Namun Amara merasa jauh lebih baik saat laki-laki itu tidak ada di dekatnya.

Di sebuah ruangan, Michael dan Dirga tengah berbincang bersama. Kedua pria itu membicarakan hal yang teramat serius.

“Aku akan membawa wanita ini ke Mansion. Dan tugasmu adalah memanipulasi data kematiannya. Berikan data itu pada keluargaku agar mereka tidak lagi mencari Amara.”

“Saya mengerti Tuan, dan saya akan segera menjalankan perintah.”

“Lakukan dengan sebaik dan serapi mungkin Dirga, kau tau bukan. Mommy dan Daddy akan benar-benar membunuh wanita itu, jika mereka tau dia masih hidup.”

“Saya mengerti Tuan, saya akan membuat data palsu kematian untuk Amara.”

“Bagus, kau memang selalu bisa diandalkan.”

Michael bangkit dari duduknya, balutan jas hitam yang pas di tubuhnya membuatnya semakin terlihat gagah.

Langkah kakinya berjalan menapaki lantai, dagunya sedikit terangkat ke atas, rahangnya nampak tegas dan wajahnya berkharisma. Michael, laki-laki dingin dan angkuh yang memiliki sejuta pesona.

Setiap mata kaum wanita yang melihat ketampanan Michael, maka mereka akan membayangkan sesuatu yang panas.

“Selamat pagi Pak Michael, sarapan sudah siap.”

“Baik, panggil Amara di kamarku. Bawa dia ke mari!” perintah Michael pada pelayan wanitanya.

“Saya mengerti Tuan.”

Michael segera duduk saat seorang pelayan menyediakan kursi untuknya. Pun dengan Dirga dan anak buah lainnya yang selalu sarapan dalam satu meja yang sama.

Pelayan mengetuk pintu kamar Michael. Lalu beberapa saat kemudian seorang wanita terlihat membuka pintu.

“Selamat pagi Nona, anda sudah ditunggu oleh Pak Michael di ruangan makan untuk melakukan sarapan bersama.”

“Katakan padanya, aku tidak lapar dan aku tidak mau sarapan.”

“Baiklah.”

Pelayan itu kembali dan memberitahu Michael tentang penolakan Amara. Dengan segera Michael beranjak dari duduknya.

“Dia benar-benar menguji kesabaranku!” desis Michael pelan namun terdengar sangat jelas.

Sepatu pantofel menapaki anak tangga satu persatu. Dan beberapa detik kemudian dia sudah sampai di ruangan kamarnya.

Amara yang tengah berdiri di depan jendela terkejut saat mendengar pintu yang tiba-tiba dibuka tanpa diketuk lagi, dia sontak menoleh.

“Kau?” Langkah kaki Amara refleks mundur ketika melihat bahwa Michael mendekatinya.

“Aaaw sakit!” Amara meringis saat Michael mencengkram lengannya.

“Ikut aku!” serunya dan menarik tangan Amara dengan kuat.

“Sakit! Lepaskan Michael! Apa kau tidak bisa pelan-pelan? Agh, tanganku rasanya remuk!” ucap Amara seraya terus melangkah karena Michael terus menariknya.

“Menghadapi perempuan sepertimu memang harus dengan cara kasar!” jawab Michael.

Mereka melewati anak tangga dengan cepat, Amara terdengar terus mengumpati Michael berkali-kali, semua pelayan refleks melihat ke arah anak tangga.

Keributan itu sudah seperti sepasang kekasih. Meskipun Amara berasal dari keluarga yang sederhana, akan tetapi dia sangat cantik. Kulitnya putih terawat, pun dengan rambut yang terurai berwarna coklat.

Sampai di ruangan makan, Michael melepaskan cengkraman itu. Amara meringis terus karena merasakan sakit di pergelangan tangannya.

“Cepat sarapan!”

“Aku sudah bilang, aku tidak lapar!” bentak Amara pada Michael. Mendengar itu semua pelayan terkejut.

Dalam sejarahnya, Michael tidak pernah dibentak oleh siapapun. Apa lagi oleh seorang wanita. Dan Amara adalah wanita pertama yang membentaknya secara demikian.

“Kau akan mati jika tidak makan!” tegas Michael.

“Biarkan saja! Apa pedulimu jika aku mati?”

“Aku belum puas menikmatimu! Jika aku sudah bosan padamu, akan ku berikan kau pada buaya peliharaanku!” ucap Michael yang membuat Amara sedikit menciut ketakutan.

“Kau jahat!” umpat Amara.

“Makan! Atau aku yang akan memakanmu, Amara!” ancam Michael.

Amara seketika takut mendengar itu. Dia tidak tau apa arti dari perkataan Michael, tetapi pikirannya melayang jauh. “Ba-baiklah!”

Usai sarapan, Michael mengajak Amara untuk segera pergi. Mereka menuju ke sebuah mobil Lamborghini yang terparkir di pelataran rumah mewah Michael.

“Kita mau ke mana?” tanya Amara.

“Tidak usah banyak bicara! Tugasmu hanya mengikutiku saja!”

Amara terdiam, lalu dia masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam. Sedangkan Michael duduk di bagian kemudi dan menyetir.

Detak jantung Amara kembali tidak normal, berada satu ruangan kecil berdua dengan Michael membuatnya mengingat kejadian semalam.

Tidak ada pembicaraan sedikitpun di dalam mobil. Kuda besi itu melesat dengan cepat dan penuh keheningan.

Sesekali Amara melirik pada Michael. Dia bahkan sadar bahwa Michael memiliki sisi wajah yang tampan, hidungnya runcing dan bibirnya terlihat seksi.

Menyadari pemikirannya membuat Amara segera menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya Amara mengagumi pria yang sangat dia benci

Berpuluh-puluh menit berada di dalam mobil, akhirnya mereka sudah sampai di tempat tujuan.

Gerbang raksasa terbuka dengan otomatis, mobil memasuki pekarangan mewah. Pagar tinggi mengelilingi bangunan mewah itu.

Dua penjaga yang berada di sana membukakan pintu untuk Amara dan juga Michael.

Amara melihat bangunan yang sangat menakjubkan. Puluhan pilar besar dan tinggi dengan lapisan emas menyanggah kokoh bangunan itu, dengan area depan yang dihiasi oleh patung berwujud wanita dan dilengkapi dengan air mancur.

Sekitar 10 penjaga berbaris dengan rapi dan menundukkan kepala masing-masing.

“Selamat datang kembali, Tuan Michael.” Seorang laki-laki berpakaian rapi dengan kemeja berwarna putih dilengkapi dengan rompi hitam menundukkan kepalanya. Di bagian lehernya terdapat dasi kupu-kupu.

Tidak ada jawaban Michael, lelaki itu justru terus melangkah menaiki satu persatu undakan untuk masuk ke teras.

Sedangkan Amara berjalan di belakang Michael dengan dikawal oleh Dirga dan yang lainnya.

“Selamat datang kembali Tuan.”

Seorang wanita muda nan seksi menyambut kedatangan Michael, tak lupa dia juga memberikan seulas senyum tipis di bibirnya.

“Siapkan kamar untuk wanitaku!” ucap Michael seraya melirik Amara.

Pelayan seksi itu melirik ke arah Amara. Lalu menjawab perkataan Michael dengan sopan. “Baik Tuan.” Pelayan itu segera pergi.

Saat Michael hendak melangkah lagi, tiba-tiba Amara memanggilnya.

“Michael?”

“Ya Honey?”

“Stop memanggilku seperti itu! Menjijikkan!” desis Amara. Michael terkekeh.

“Apa maksudmu membawaku ke mari?”

“Kau tidak ingin mati, kan? Jadi kau harus tinggal di sini untuk melindungi nyawamu!”

“Apa? Tinggal di sini?”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status