Share

BAB 74

Penulis: Geny Giany
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Gabby tertidur lelap di lengan Raizel setelah keduanya lelah usai bercumbu semalam. Dering ponsel Gabby yang terdengar di atas nakas, membangunkan gadis itu hingga terpaksa mengecek siapa yang meneleponnya pagi-pagi begini. Dengan mata terpicing akibat kantuk yang belum hilang, Gabby pun meraih ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar.

“Ello, siapa, sih?” gumamnya dengan suara parau. Dia lupa bahwa George memperkenalkan diri sebagai Ello.

Meski dirundung kekesalan, Gabby mengangkat panggilan tersebut dengan nada ketus.

“Halo, siapa, sih?”

George mengerutkan kening, mendengar Gabby berbicara seperti itu.

“Anggella, are you okay?”

“Angella?” tanya Gabby kembali.

“Loh, ini Angella, kan?”

Gabby terdiam beberapa saat untuk mengumpulkan nyawanya dan menselaraskan pikirannya. Sampai akhirnya dia baru menyadari bahwa dirinya memang sedang menjadi Angella dan seseorang yang sedang menelepon itu adalah George.

Sontak Gabby membuka matanya lebar-lebar lalu berkata,

“Iya aku Ange
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 75

    "Aku nggak suka kamu mesra-mesraan sama dia!" rengek Raizel setelah merebut ponsel Gabby begitu saja. Gadis itu mengangkat kedua alisnya, seolah-olah tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Raizel. "Tapi itu cuma akting, Rai!""Kamu doang yang akting, dia enggak!" tegas Raizel, mengerucutkan mulutnya. Gabby mendengus lalu menggeleng secara perlahan. "Kamu ada-ada aja, deh. Kamu yang nyuruh tapi kamu sendiri yang nggak rela. Kalau udah kayak gini, nanti pas dia nanya kenapa teleponnya putus, aku harus jawab apa?"Raizel menggoyang-goyangkan ponsel yang layarnya sudah mati itu di depan wajah Gabby, dengan senyum yang mengembang. "Bilang aja lowbat!"Pria itu menjulurkan lidah sambil menjulingkan mata, bermaksud untuk meledek Gabby. "Ih, nyebelin banget, sih!"Alhasil Gabby menggelitik perut sixpack Raizel hingga mereka tertawa dan tak sadar akan kedatangan Lascrea. Lagi-lagi, Raizel lupa mengunci kamar sebelum tertidur semalam. "Selamat pagi, Bos!" Senyum Lascrea mengembang sa

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 76

    Meskipun Arnold sudah memutuskan tali pertemanannya dengan Raizel, rupanya dia masih berhubungan baik dengan Lascrea dan Richardo. Bahkan pria itu diam-diam mendaftar sebagai tamu VVIP Island Paradise karena mendengar kabar bahwa di tempat itu dia akan mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan tak pernah didapatkan di tempat hiburan mana pun. “Jadi, bagaimana? Apakah kemarin kamu menikmatinya?” tanya Richardo, yang tengah menikmati kopi di sebuah caffe, bersama Arnold. Arnold terkekeh seraya menggeleng. “Entahlah, Ndan! Saya nggak tega. Mereka terlalu kecil.” “Loh, katanya kau suka yang rapet-rapet, toh?” bisik Richardo, disusul gelak tawa darinya. “Tapi nggak anak kecil juga, Ndan!” sahut Arnold berbisik juga. “Yasudah. Kamu juga nggak mesti harus seperti itu kalau mau pesan fallin angel. Cukup minta temani ngobrol juga bisa, toh?’ Arnold menyeruput kopinya yang masih hangat lalu mengangguk. “Kemarin juga aku hanya mengajak ngobrol. Tapi nggak tahu kedepannya, aku mau coba res

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 77

    Gabby sudah kembali ke apartemen dan bertemu dengan George yang sudah menunggu di lobi. Sebelumnya mereka memang sudah janjian dan George memilih untuk menunggu Gabby di sana. Pria itu terduduk sambil bermain catur online di aplikasi ponselnya. Sementara Gabby yang baru saja memasuki lobi, seketika menghela napas saat menyadari bahwa dia akan berakting kembali menjadi sosok Angella. Dengan satu tarikan napas, Gabby pun memantapkan hati untuk melangkah dan menghampiri George.“Ello!” sapa Gabby dengan senyum yang merekah.George mendongak, memandang ke sumber suara. Kemudian menatap Gabby dengan tatapan berbinar hingga mengabaikan permainan yang sedang berlangsung.“Eh, hai!”“Udah lama?” tanya Gabby mencoba berbasa-basi.”George menghela napas dengan kedua alis yang terangkat, lalu mematikan layar ponselnya dan memasukan benda pipih tersebut ke kantung celana.“Emh, lumayan.”“Yaudah, naik aja, yuk!”Gabby mengajak untuk naik ke kamarnya dan mereka pun berjalan bersisian menuju lift.“

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 78

    Seperti pada kisah-kisah romansa lain. Gabby dan George menikmati film berdua seraya memakan popcorn, satu toples bersama. Sesekali tangan mereka bersentuhan saat ingin mengambil popcorn-nya, sehingga menimbulkan desiran lembut dan membangkitkan naluri ilmiah George. Pemuda itu tampak salah tingkah karena tak pernah mengalami situasi semacam ini. Begitu pula dengan Gabby. Meskipun dia sudah memiliki Raizel, cinta pertama sekaligus kekasih pertama untuknya. Namun, hal itu berbeda. Gabby belum pernah mengalami kencan manis seperti ini, selain kencan yang dipenuhi gairah panas dalam kamar. Sampai di pertengahan film, keduanya mendadak canggung saat adegan dalam cerita menampilkan sepasang kekasih yang tengah bercinta, diiringi desahan wanita yang terdengar jelas pada speaker. Sontak George dan Gabby saling membuang muka karena merasa malu. ‘Aduh, kirain nggak ada adegan kayak gini.’ Gabby merutuk dalam hati sambil mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. Dia khawatir George akan merasa ilfee

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 79

    Meskipun ini merupakan hal pertama kali bagi George, bukan berarti dia sangat buta dan tabu dengan hal percintaan. Dia adalah pria yang didewasakan oleh tontonan, buku-buku, serta majalah pornografi yang pernah dia lihat bersama teman-temannya. Dia paham apa yang harus dilakukan oleh sepasang kekasih untuk mencapai puncak kenikmatan. Hal itu menjadi salah satu alasan untuk menuntun tangan George bergerak sesuai dengan naluri lelakinya. Saat lidahnya asyik bergulat dengan lidah Gabby, sebelah tangannya kini mulai turun ke arah dada gadis yang masih terbalut bra dan kaus polos berwarna pastel itu. Tindakan tersebut membuat Gabby sedikit menggelinjang hingga George sempat menghentikan aksinya. Pasalnnya, daerah tersebut adalah titik rangsang Gabby, sehingga gadis itu akan menjadi lebih bersemangat jika terkena sentuhan pria. Setelah Gabby mulai terbiasa dengan rangsangan, George mulai melanjutkan kembali aksinya hingga dia berhasil melepaskan pakaian beserta dalaman Gabby. George mele

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 80

    Tak terasa ini adalah hari terakhir Lascrea menikmati cuti. Meskipun dalam cutinya dia tetap bekerja di Island Paradise, bukan menjalani liburan seperti cuti pada umumnya. Kebetulan hari ini ada dua tamu VVIP yang reservasi. Salah satunya adalah Eleven. Kedua tamu ini memesan jadwal yang berbeda meskipun di hari yang sama, dan Eleven mendapatkan kesempatan lebih awal. Dia pun menunggu di sofa seperti biasa dan tak perlu memilih lagi, karena sudah menetapkan untuk memilih Sarah hingga kedepannya. Bukan karena sudah terpikat, hanya saja Eleven merasa khawatir jika anak-anak lain tak bisa senyambung Sarah dalam menggali topik pembicaraan. Karena pada dasarnya pria itu hanya butuh teman mengobrol karena tak tega memperbudak gadis di bawah umur. Setelah memilih Sarah untuk menjadi partnernya, Eleven pun memasuki heaven room bersama gadis manis berkepang dua tersebut. Seperti biasa, mereka terduduk di tepi kasur untuk berbincang, sekadar berkeluh kesah. Pasalnya, suasana hati Eleven sedang

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 81

    Eleven merengkuh kedua tangan Sarah untuk berhenti memijitnya. Hal itu menciptakan sebuah tanda tanya bagi gadis polos berkepang dua tersebut. “Ada apa, Tuan? Apa pijitanku terlalu kasar?” Eleven menelan ludah lalu menjawab, “Tidak. Hanya saja, ada suatu masalah yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan pijitan atau segelas teh hangat.” Sarah menautkan kedua alisnya, merasa bingung dengan ucapan Eleven saat itu. “Maksud Tuan?” Eleven menghela napas panjang lalu menuntun tangan Sarah untuk memegang ‘adik kecilnya.’ “Maafkan aku Sarah. Tapi malam ini aku tak bisa menahannya lagi.” Sekarang Sarah mulai mengerti apa maksud dan keinginan Eleven saat ini. Entah kenapa hatinya berdenyut ngilu. Pada akhirnya semuanya sama. Sarah pikir Eleven adalah sosok yang berbeda. Padahal gadis itu sudah menaruh harapan yang sangat besar dan mengagumi sosoknya meskipun belum pernah melihat wajahnya. “Kamu tidak perlu khawatir, Sarah. Aku tidak akan menyakitimu.” Eleven menatap kedua mata Sarah lek

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   BAB 82

    Setelah melepas jas putihnya dan melempar secara kasar ke dalam keranjang pakaian, Arnold pun membasuh wajahnya di wastafel dan terlihat sangat lelah dengan napas yang tersenggal-senggal. Tersirat sebuah penyesalan dalam wajahnya sejak pria itu pulang dari Island Paradise. Dia pun memilih untuk mandi dan menjernihkan pikiran sebelum akhirnya bersantai di kursi goyang sudut kamar seraya menyesap sebatang rokok. Sepasang matanya terpejam, menikmati suasana malam yang sangat sunyi. Sampai akhirnya dia teringat momen pertama kali bertemu Gabby dan mengajaknya ke kamar ini. Rupanya, Arnold belum melupakan kejadian pada saat itu. Di mana dirinya dipermalukan oleh Raizel tatkala ingin melampiaskan hasratnya kepada wanita yang dia suka. Sejak saat itu, Arnold mengalami kesulitan untuk menuntaskan hasratnya karena rasa penasaran pria itu kepada Gabby tak kunjung hilang. “Gue nggak pernah dapat penolakan sejak dulu. Bisa-bisanya cewek biasa kayak dia berontak saat itu,” gumam Arnold setelah m

Bab terbaru

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 110

    Pucuk dicinta ulam pun tiba. Saat Gabby dan George mencari cara untuk mengawasi gerak-gerik Raizel secara intens, tiba-tiba saja Gabby mendapatkan tawaran sebagai asisten pribadinya dengan menggantikan sosok Lascrea. Bagaimana mungkin Gabby menolak jika hal tersebut dapat menguntungkannya? Dia akan jadi lebih mudah mengumpulkan bukti tentang bisnis kotor Raizel secara spesifik. Dengan menjadi asisten pribadinya, Gabby dapat mengikuti Raizel dengan mudah, kapan pun dan di mana pun. Di tengah lamunan yang diiringi perasaan antusias, tiba-tiba Gabby dikejutkan oleh pertanyaan Raizel yang tengah menanti jawabannya. "Jadi gmana, Gabby? Apa kamu mau jadi asisten pribadiku?"Sontak Gabby terperangah dan mengenyahkan lamunannya. Dia pun mengerjapkan mata seraya bertanya dengan raut kikuk. "Eh? Emang Lascrea ke mana?"Raizel menghela napas gusar. Sejujurnya dia enggan membahas wanita itu serta masalah yang tengah mereka alami. "Emm, Paniang ceritanya. Intinya Lascrea udah nggak tinggal di

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 109

    Sepulangnya dari taman, Raizel menemukan sepucuk surat yang tergeletak di atas kasur. Dia menautkan kedua alisnya saat meraih selembar kertas itu, lalu terduduk di tepi kasur untuk membacanya dengan hikmat. Dear, Raizel Eleizer. Terima kasih sudah memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga selama sepuluh tahun ini. Aku sangat bahagia pernah menemanimu walau hanya sebatas asisten. Tapi sekarang aku mau minta maaf kalau aku nggak bisa lanjut kerja dan tinggal sama kamu lagi. Jaga diri baik-baik, Rai. Aku akan berusaha buang perasaan terlarang ini buat kamu. Semoga kita bisa dipertemukan kembali sebagai partner yang lebih baik. Thanks, Lascrea Raizel meremas surat itu usai membacanya, lalu melempar kertas yang sudah berubah menjadi gumpalan ke sembarang arah. "Argh!" Pemuda itu mengerang dalam kamarnya seraya mengacak rambut sendiri. Dia tak pernah berekspektasi bahwa keadaannya akan brakhir seperti ini. "Kalau udah kayak gini, siapa yang akan hanndle pekerjaanku ke depann

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 108

    Raizel termenung di sebuah taman sambil membenamkan wajah di kedua telapak tangan. Kali ini ada yang berbeda darinya. Pria itu benar-benar sendiri tanpa ditemani ajudan maupun Lascrea. Dia cukup syok setelah mendengar kenyataan bahwa asisten sekaligus orang terdekatnya, ternyata memendam rasa. Terlebih lagi, pagi itu mereka terbangun tanpa busana setelah Raizel mabuk parah sebelumnya. "Aish! Apa yang udah gue lakuin malam itu? Kenapa gue nggak inget sedikit pun?" Raizel tampak frustrasi hingga mengacak-ngacak rambutnya sendiri. "Gue nggak mungkin segampang itu tidur sama dia kalau nggak ada sesuatu yang aneh." Raizel terus bermonolog hingga akhirnya raut yang tampak gusar itu seketika berubah setelah melihat kehadiran seseorang yang membuatnya terperangah. "Ga-Gaby?" Raizel tak berkedip sedetik pun. Bahkan kedua matanya terbelalak, disertai mulut yang terbuka lebar. "Ka-kamu Gabby, 'kan?" Raizel berdiri lalu mengucek matanya, seolah-olah tak percaya dengan apa yang dia lihat. Se

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 107

    Setelah memarkirkan mobilnya di halaman depan, George turun dengan menenteng beberapa kantung belanjaan dan memasuki villa yang kini ditempati oleh Gabby. Sorot matanya tampak berbinar disertai senyum merekah yang menghias wajah tampannya. Pria itu berlari kecil, memasuki villa sambil berseru, "Gabby ...!" Sementara sosok yang dipanggil tengah bersantai di depan televisi seraya memakan sepotong kue. Wanita itu menoleh ke arah seruan yang terdengar dari arah belakangnya. Sampai akhirnya dia melihat sosok George yang menenteng beberapa kantung belanjaan. "George?" lirih Gabby, tak kalah semringah. "Lihat, aku bawa apa!" George menaik-turunkan kedua alisnya sambil menunjukkan apa yang ada di tangannya. Sementara Gabby terlihat bingung hingga kedua alisnya bertaut. "Apa?" tanya Gabby. George pun terkekeh lalu melangkah, mendekati Gabby. "Aku beliin beberapa baju buat kamu. Nggak mungkin kan, kamu tiap hari pake baju papaku," jawab George seraya meletakkan kantung belanjaannya

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 106

    Raizel terbangun di kasurnya dengan tubuh polos yang sudah terbalut oleh selimut. Awalnya dia belum tersadar dan hanya bisa menguap seraya meregangkan otot-ototnya yang terasa sedikit pegal. Sampai akhirnya dia menoleh ke arah samping dengan mata terpicing. Samar-samar, terlihat sosok wanita yang tengah terlelap di sebelahnya. Raizel pun terpaku selama beberapa detik hingga akhirnya terperangah dengan apa yang dia lihat. "Lascrea?" pekik Raizel seraya terbelalak. Kenyataan yang begitu menghantam benaknya adalah saat menyadari bahwa Lascrea dan dirinya sama-sama tak berpakaian dan hanya dibalut oleh selimut. "Apa yang terjadi?" Berbagai macam pertanyaan terus bergelayut dalam benak. Raizel benar-benar tak ingat dengan apa yang sudah terjadi tadi malam. Pengaruh alkohol yang kuat telah membuatnya lupa diri bahkan menguasai alam bawah sadarnya. Raizel pun mendengus kasar seraya menjambak rambutnya sendiri. Pria itu khawatir jika dia benar-benar melalukan hal yang sama sekali tak d

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 105

    Lascrea berhasil melumat bibir Raizel hingga pria itu mengerutkan keningnya di tengah rasa pengar. Aroma alkohol yang menguar dari mulutnya tak menghentikan Lascrea untuk terus menjelajahi mulut pria itu, bahkan kini tangannya mulai beraksi untuk menanggalkan kemeja Raizel. Raizel yang mengira bahwa gadis di pangkuannya adalah Gabby pun hanya bisa pasrah dan membalas lumatan pada bibirnya. Kedua tangannya melingkar di pinggang Lascrea, sesekali mengelus punggung wanita itu yang masih dibalut oleh blazer hitam andalannya. Sementara Lascrea semakin gencar dengan aksinya. Ciuman yang semula intens di sekitar bibir, kini pindah ke leher jenjang Raizel. Sontak pria itu mulai melenguh indah, merasakan sensasi yang luar biasa di tengah rasa pengar. Jemari indah Lascrea kini melepas ikat pinggang Raizel dan berusaha untuk menanggalkan celananya. Dia tak ingin melewatkan kesempatan indah yang mungkin tak akan datang dua kali dalam hidupnya. Entah apa jadinya jika Raizel tahu bahwa wanita y

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 104

    Raizel hampir putus asa karena Gabby tak kunjung ditemukan. kehampaan bergelung dengan perasaan gundah karena tak ada lagi senyuman manis yang selalu menyejukkan hati. Hari-harinya menjadi berantakan karena fokusnya menjadi terpecah-belah. 'Sebenarnya pergi ke mana dia?'Raizel meneguk sebotol wine sambil terduduk di bangku kerjanya. Tersirat sebuah sesal karena sempat mengizinkan Gabby turut serta dalam menjalankan misi.'Andai dia nggak baper sama George, mungkin semuanya nggak akan kayak gini.' Tiba-tiba Raizel menggeleng kuat, menepis lamunannya. 'Nggak! Andai sejak awal aku nggak izinin dia buat jadi umpan, mungkin mereka nggak akan berhubungan sejauh itu." Raizel menggeram sambil meletakkan gelas wine dengan kasar hingga dia tak sadar akan kehadiran Lascrea yang tiba-tiba masuk ke ruangannya. "Boss?"tanya Lascrea pelan. Raut wajahnya terlihat meringis saat memperhatikan kondisi bosnya saat ini. Sementara Raizel melirik ke arah Lascrea dengan mata terpicing. Mungkin pengaruh

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 103

    Gabby menceritakan kronologis saat mengenal Raizel tanpa ada yang terlewat sedikit pun. Dia bahkan bercerita tentang pertemuannya dengan Elven hingga menemukan villa ini untuk bersembunyi. George menyimak seraya terduduk di sebelah Gabby. Dia mulai memahami situasi yang dialami oleh gadis itu. "Kalau begitu, kau bisa bersembunyi di sini untuk sementara waktu, Angella!" Ucapan George membuat kedua alis Gabby terangkat. Pria itu lupa kalau nama Gabby bukanlah Angella. Atau mungkin jauh di dalam lubuk hati George, dia masih menganggap sosok Gabby adalah Angella yang pernah dia cintai. Melihat raut wajah Gabby, seketika George tersadar bahwa dia salah ucap. "Ah, maaf! Maksudku.... " Perkataan George terhenti karena dia lupa siapa nama asli Angella."Gabby! Panggil saja aku Gabby!" Untung saja Gabby langsung memotong ucapan George dan memperkenalkan diri sehingga kecanggungan yang tercipta segera terempas. "Maaf, aku belum terbiasa memanggilmu dengan nama lain," ucap George seraya

  • Tawanan Cinta Mafia Tampan   Bab 102

    George memasuki pekarangan villa dengan mengendarai mobil SUV hitam miliknya. Setelah turun dari mobil, George melangkah menuju pot tempat dia biasa menyembunyikan kunci. Namun, baru saja pria itu menghentikan langkah, alangkah terkejutnya dia saat mendapati potnya jatuh dan terpecah belah. George bahkan tak dapat menemukan kunci villanya di sana. "Sial! Siapa yang udah ke sini?" George segera menghambur ke dalam untuk memastikan bahwa ada seseorang yang telah menerobos masuk ke villanya. Pemuda itu mengedarkan pandang ke seluruh ruangan hingga terdistraksi oleh suara televisi di ruang tengah. Dia bahkan melihat pantulan cahaya yang terpancar dari televisi. George melangkah secara perlahan untuk mendekati sumber suara. Setelah dia menghentikan langkah, kedua matanya membulat secara otomatis. Ternyata benar dugaannya. Ada seseorang yang menyelinap masuk ke dalam villa. Seorang wanita yang tengah bersantai di depan televisi dengan secangkir teh hangat dan memakai handuk kimono milik

DMCA.com Protection Status