Share

BAB 38

Author: Sang Penulis
last update Last Updated: 2025-01-03 02:16:40

Akhirnya, mereka tiba di sebuah rumah besar yang mewah, meskipun Emily segera menyadari bahwa rumah ini tidak semegah rumah Mr. Whiteller. Namun tetap saja, ukurannya luar biasa, dan suasananya terasa hangat dan modern, berbeda dengan kesan klasik dan formal di rumah sepupu Amore itu.

"Ini... sungguh rumahmu?" tanya Emily, masih tak percaya sambil memandangi fasad rumah yang dipenuhi jendela besar dan desain minimalis elegan.

Amore hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu dengan santai menarik tangan Emily untuk masuk ke dalam. "Ayo masuk. Kau akan lebih terkejut lagi nanti."

Begitu melewati pintu utama, Emily segera melihat interior rumah yang dipenuhi sentuhan modern. Tidak ada ornamen kayu berukir seperti di rumah Mr. Whiteller, tapi setiap sudut tampak rapi dengan pencahayaan hangat dan perabotan kontemporer.

"Kita ke kamarku dulu," kata Amore sambil melangkah ke arah tangga besar. "Aku mau ganti baju. Setelah itu, kita bisa mulai."

Emily mengangguk dan mengikuti Amore. Ketika mere
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 39

    "Amore, kau membuat kekacauan di dapur lagi?" pria itu bertanya dengan nada bercanda sambil melirik meja yang masih sedikit berantakan dengan sisa bahan-bahan masakan.Amore tersenyum lebar, lalu berjalan menghampiri pria itu untuk memeluknya. "Ayah! Aku hanya sedang mencoba resep baru bersama temanku."Pria itu mengangguk sambil menatap Emily. "Dan siapa ini? Teman baru?"Emily segera berdiri dari kursinya, merasa harus menunjukkan sopan santun. "Selamat sore, Tuan. Nama saya Emily. Saya teman Amore di Whiteller Corp."Pria itu mengulurkan tangan dengan ramah. "Emily, senang bertemu denganmu. Saya Robert. Ayahnya Amore."Emily menjabat tangannya dengan canggung. "Senang bertemu dengan Anda juga, Tuan Robert."Robert menatap putrinya dengan pandangan sedikit menggoda. "Jadi, kau membawa rekan kerjamu ke dapur, ya? Jangan bilang kau sedang mencari asisten untuk baking."Amore tertawa. "Bukan, Ayah. Aku hanya ingin mengajaknya mencoba sesuatu yang berbeda. Lagipula, Emily ini lumayan be

    Last Updated : 2025-01-04
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 1

    Emily melangkah ke pantry dengan botol minum di tangan, tapi langkahnya melambat saat ia mendengar suara-suara dari dalam. Beberapa rekannya sedang bercakap-cakap, dan meskipun mereka berbicara pelan, Emily bisa menangkap potongan kalimat mereka.“Serius deh, aku nggak kuat lagi kalau duduk di dekat dia,” suara itu terdengar dari Dina, salah satu rekannya.“Memangnya dia nggak sadar, ya? Masa tiap hari kayak gitu terus?” balas leni, setengah berbisik.“Kayaknya sih enggak sadar. Mungkin dia nggak tahu, atau... ya, gimana ya bilangnya ke dia?” tambah jesselyn, sambil menghela napas.Dina terkekeh kecil. “Bilang? Kamu bercanda? Bisa jadi dia malah tersinggung, terus drama. Mending nggak usah deh.”“Tapi kita yang jadi korban, kan?” jesselyn menimpali. “Aku sampai bawa parfum ekstra, tahu. Kalau dia lewat, langsung aku semprot meja aku.”Dina tertawa kecil, tapi suaranya terdengar setengah bersalah. “Iya sih, aku juga pernah pura-pura keluar meeting cuma buat nyari udara segar. Jujur aja

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 2

    Saat Emily duduk di meja kerjanya, mencoba mengatur napas agar bisa melanjutkan hari dengan tenang, suara familiar memanggilnya dari belakang."Hei, Emi, kamu yang mengerjakan design proyek klien dari perusahaan Amerika, kan?" Tanya Leni, rekan satu tim yang seringkali tampak tenang dan percaya diri, sambil mendekat dengan langkah cepat."Iya, betul, Kak. Ada apa ya?" jawab Emily, sedikit bingung, berusaha menjaga nada suaranya tetap normal meskipun hatinya mulai terasa cemas."Siang ini perwakilan dari Whiteller Corp akan datang untuk rapat. Kita diminta untuk mempresentasikan gambaran proyek itu," jawab Leni, tanpa basa-basi, seperti memberikan instruksi rutin yang tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut.Emily terkejut."Kenapa aku tidak tahu kalau mereka akan datang? Aku belum siap sepenuhnya," jawabnya dengan nada cemas, otaknya mulai berpacu untuk mencari-cari ide tentang bagaimana ia bisa menyiapkan materi dalam waktu yang sangat terbatas."Informasinya sudah dikasih di grup,"

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 3

    Emily, yang sejak tadi berusaha fokus pada pekerjaannya, akhirnya bisa memperhatikan Mr. Whiteller dengan lebih jelas. Selama rapat tadi, pria itu hampir tidak berbicara. Ia hanya duduk diam, mengamati dengan cermat, dan sesekali berbisik pada Beni. Namun, sekarang, saat ia berjalan menjauh, Emily merasa ada sesuatu yang memancarkan wibawa dari dirinya—sesuatu yang membuat pria itu sulit untuk diabaikan.Dia tampak begitu tenang, begitu percaya diri, seolah-olah tidak ada yang bisa mengguncang dirinya. Mata hijau itu... Emily tidak bisa melupakan tatapan tajamnya yang sempat bertemu dengan matanya beberapa kali.Namun lamunan itu tidak berlangsung lama. Leni, yang tampaknya masih senang memanfaatkan momen untuk memberikan komentar, membungkuk sedikit ke arah Emily dan berbisik dengan nada sarkastik."Jangan berkhayal, Emi. Melirikmu saja mungkin dia tidak tertarik."Komentar itu terasa seperti paku yang menusuk gelembung lamunan Emily. Ia menoleh pelan ke arah Leni, menahan emosi yang

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 4

    "Untuk apa main-main ke luar? Lebih baik temani Ibu di rumah. Kalau Ibu ada apa-apa, siapa yang tahu?" ucap Emily, nadanya terdengar lebih serius sekarang. Kekhawatirannya akan kondisi ibunya di rumah memang sering menghantui pikirannya."Sudah-sudah. Muka kamu jadi jelek lagi tuh kalau terus marah-marah. Ingat waktu, jangan sampai kamu terlambat," ucap ibunya sambil tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.Emily cemberut, tapi tidak bisa menahan senyumnya. "Iya, Bu. Kalau Ibu yang bilang, aku nggak bisa protes.""Sudah, siap-siaplah. Jangan terlambat, Kak," ujar ibunya lagi, nada penuh perhatian itu membuat hati Emily terasa lebih ringan."Iya, Bu. Jangan lupa makan, ya. Aku tutup dulu, ya, Bu," pamit Emily, melambaikan tangan ke layar."Iya, Kakak. Jaga dirimu, ya," balas ibunya, senyum hangatnya masih terpancar hingga panggilan berakhir.Emily menutup panggilan dan menghela napas panjang. Ia meletakkan ponselnya di meja dan memandangi wajahnya di cermin. Rasanya sedikit lebih ten

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 5

    "Menarik," ujar Beni akhirnya. "Namun, saya ingin tahu, apakah insiden tadi benar-benar mencerminkan dirinya, atau justru cerminan dinamika tim Anda sendiri?"Leni terlihat sedikit kaget, tapi dengan cepat menyembunyikan reaksi itu di balik senyum diplomatisnya. "Oh, tentu saja tim kami sangat solid, Pak. Insiden tadi hanyalah sebuah ketidaksengajaan. Saya hanya ingin memastikan Anda dan Mr. Whiteller tidak salah paham terhadap kualitas kerja kami secara keseluruhan."Pak Boy, yang sejak tadi mendengarkan percakapan itu, akhirnya angkat bicara. Ia menyadari bahwa Leni mencoba menyudutkan Emily dengan cara halus di hadapan Mr. Whiteller dan Beni."Maaf, boleh saya menambahkan sesuatu?" ucap Pak Boy dengan nada yang tenang namun tegas. Ia menatap langsung ke arah Mr. Whiteller dan Beni, berusaha memastikan kata-katanya didengar dengan jelas."Tentu, silakan," jawab Mr. Whiteller sambil melipat tangannya di atas meja.Pak Boy melanjutkan, "Saya memahami kekhawatiran yang Leni sampaikan,

    Last Updated : 2024-11-28
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 6

    Hari-hari berikutnya berlalu seperti biasa. Rutinitas Emily kembali berjalan normal, seakan insiden cangung saat makan malam itu hanya menjadi kenangan buruk yang sangat memalukan, namun hal itu perlahan terkubur oleh kesibukannya bekerja. Setelah kejadian tersebut, Emily lebih fokus pada pekerjaannya, memastikan setiap tugas yang diberikan terselesaikan dengan baik.Kabar menyebutkan bahwa Mr. Whiteller dan asistennya, Beni, telah kembali ke Amerika. Meski rasa bersalah masih mengintip di sudut hatinya, Emily merasa lega karena hubungan kerja sama dengan Whiteller Corp tetap berjalan. Perusahaan mereka masih mempercayakan proyek besar itu kepada tim Emily, dan sejauh ini proyek tersebut berjalan tanpa kendala berarti.Komunikasi antara kedua belah pihak kini sepenuhnya dilakukan secara virtual. Dalam setiap pertemuan daring, Emily tidak lagi melihat Mr. Whiteller secara langsung. Biasanya, perwakilan Whiteller Corp yang hadir adalah staf lain dari tim mereka. Meskipun begitu, setiap

    Last Updated : 2024-11-30
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 7

    Proyek Whiteller Corp adalah yang terbesar dalam karier Emily, kesempatan emas yang bisa membawa perubahan besar dalam hidupnya. Namun, setiap kali pikirannya melayang ke Amerika, bayangan wajah ibunya selalu datang menghantui. Ia merasa terjebak di antara tanggung jawab karier dan cinta yang mendalam untuk keluarganya.Malam itu, Emily duduk termenung di tepi tempat tidurnya, menatap layar ponselnya yang menampilkan foto keluarga—ibunya dan Elio, adik laki-lakinya, tersenyum hangat di depan rumah mereka yang sederhana. Itu adalah dunianya, sumber kekuatannya untuk bertahan di tengah kerasnya kehidupan kota besar. Tapi, saat ini, dunia itu terasa begitu jauh dari keputusan yang harus diambilnya.Tiba-tiba, teleponnya bergetar. Nama Elio muncul di layar, mengejutkannya. Elio jarang menelepon, apalagi di malam hari seperti ini. Emily segera menggeser layar untuk menjawab."Halo, Kak," suara Elio terdengar ragu, seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu."Ada apa, El? Tumben telepon malam

    Last Updated : 2024-12-02

Latest chapter

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 39

    "Amore, kau membuat kekacauan di dapur lagi?" pria itu bertanya dengan nada bercanda sambil melirik meja yang masih sedikit berantakan dengan sisa bahan-bahan masakan.Amore tersenyum lebar, lalu berjalan menghampiri pria itu untuk memeluknya. "Ayah! Aku hanya sedang mencoba resep baru bersama temanku."Pria itu mengangguk sambil menatap Emily. "Dan siapa ini? Teman baru?"Emily segera berdiri dari kursinya, merasa harus menunjukkan sopan santun. "Selamat sore, Tuan. Nama saya Emily. Saya teman Amore di Whiteller Corp."Pria itu mengulurkan tangan dengan ramah. "Emily, senang bertemu denganmu. Saya Robert. Ayahnya Amore."Emily menjabat tangannya dengan canggung. "Senang bertemu dengan Anda juga, Tuan Robert."Robert menatap putrinya dengan pandangan sedikit menggoda. "Jadi, kau membawa rekan kerjamu ke dapur, ya? Jangan bilang kau sedang mencari asisten untuk baking."Amore tertawa. "Bukan, Ayah. Aku hanya ingin mengajaknya mencoba sesuatu yang berbeda. Lagipula, Emily ini lumayan be

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 38

    Akhirnya, mereka tiba di sebuah rumah besar yang mewah, meskipun Emily segera menyadari bahwa rumah ini tidak semegah rumah Mr. Whiteller. Namun tetap saja, ukurannya luar biasa, dan suasananya terasa hangat dan modern, berbeda dengan kesan klasik dan formal di rumah sepupu Amore itu."Ini... sungguh rumahmu?" tanya Emily, masih tak percaya sambil memandangi fasad rumah yang dipenuhi jendela besar dan desain minimalis elegan.Amore hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu dengan santai menarik tangan Emily untuk masuk ke dalam. "Ayo masuk. Kau akan lebih terkejut lagi nanti."Begitu melewati pintu utama, Emily segera melihat interior rumah yang dipenuhi sentuhan modern. Tidak ada ornamen kayu berukir seperti di rumah Mr. Whiteller, tapi setiap sudut tampak rapi dengan pencahayaan hangat dan perabotan kontemporer."Kita ke kamarku dulu," kata Amore sambil melangkah ke arah tangga besar. "Aku mau ganti baju. Setelah itu, kita bisa mulai."Emily mengangguk dan mengikuti Amore. Ketika mere

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 37

    Emily mengetuk pintu ruangan Mr. Whiteller dengan sedikit ragu. Setelah mendengar suaranya yang khas dari dalam, ia membuka pintu perlahan. Sylvester sedang duduk di belakang meja kerjanya, namun begitu melihat Emily, ia langsung meletakkan dokumen yang sedang dibacanya."Masuklah," ucap Sylvester sambil menunjuk kursi di depannya.Emily melangkah masuk, merasa jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. "Anda ingin membahas bekal makan siang tadi, Tuan?" tanyanya hati-hati, duduk di kursi yang ditunjukkan.Sylvester menatapnya dengan senyum tipis. "Sylvester, Emily. Ingat? Sudah berapa kali aku bilang panggil aku dengan nama saja?"Emily mengangguk pelan. "Maaf, Sylvester.""Bagus," ucapnya, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Jadi, soal bekal makan siang tadi…"Emily langsung menegakkan tubuh, siap mendengar kritik apa pun yang akan keluar dari mulutnya. "Apakah ada yang tidak sesuai? Mungkin rasanya kurang cocok? Atau terlalu asin?"Sylvester tertawa kecil, membuat Emily sediki

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 36

    Emily mengangguk pelan, merasa sedikit lega setelah mendengar saran Amore. "Terima kasih, Amore."Amore mengambil cangkir kopinya dan menyesap sedikit sebelum berkata, "Kita lihat saja apa langkahnya selanjutnya. Kalau memang dia serius, dia pasti akan menunjukkan niatnya dengan jelas."Emily tersenyum kecil. "Ya, mungkin kau benar""Oh iya, kau harus coba ini. Aku baru membuatnya semalam," ucap Amore sambil menyodorkan sebuah kotak makan berisi chocolate cake. Aromanya langsung tercium menggoda.Emily mengambil sepotong kecil dan mencicipinya. “Mmm... aku yakin kau pasti pakai bahan premium,” katanya sambil tersenyum puas, menikmati rasa cokelat yang kaya dan lembut.Amore menggeleng ringan. “Aku hanya pakai bahan yang ada di dapur, itu saja. Sederhana, kok.”Emily mengangguk sambil mengambil gigitan kedua. “Kalau ini yang kau sebut sederhana, aku tidak tahu seperti apa kue yang sempurna. Tapi ini enak banget. Boleh aku ambil sepotong lagi?” tanyanya dengan mata berbinar.“Tidak bole

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 35

    Sementara itu, di luar ruangan, Mr. Whiteller membuka kotak makan siangnya dan tersenyum tipis saat aroma masakan buatan Emily menguar. Ia mulai menyantap makanannya dengan tenang, menikmati setiap suapan yang terasa lebih personal dibandingkan makanan mewah yang biasa ia nikmati.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu, dan masuklah Amore. Dengan langkah percaya diri, Amore berjalan mendekati meja kerja Sylvester, tangannya bersedekap."Makanannya terlihat enak," ucap Amore dengan nada datar, matanya menatap kotak makan siang yang sedang dinikmati Sylvester."Ya," jawab Sylvester singkat tanpa mengalihkan perhatian dari makanannya.Amore mengangkat alis, tidak puas dengan respons singkat itu. "Apa ada sesuatu yang terjadi kemarin?" tanyanya, mencoba memancing percakapan. Ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke meja. "Mengapa kau sekarang begitu 'terkenal'? Hampir semua penghuni Whiteller Corp membicarakan dirimu dan Emily. Apa yang

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 34

    Emily tertawa kecil, merasa makin aneh. "Rasanya aneh sekali dipanggil Nyonya," gumamnya pelan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.Sylvester, yang menyaksikan percakapan itu dari dekat, tersenyum simpul. "Kau harus terbiasa. Di rumah ini, tamu kehormatan selalu dipanggil seperti itu," katanya santai.Emily memutar bola matanya sambil tersenyum kecil. "Tamu kehormatan, ya? Saya hanya merasa ini terlalu formal. Apalagi, saya bukan siapa-siapa.""Tidak semua orang bisa memasak dengan rasa seperti masakanmu," balas Sylvester ringan, namun ada nada tersirat yang membuat Emily sedikit salah tingkah.Emily memilih untuk tidak melanjutkan obrolan itu dan hanya mengangguk sopan pada maid tersebut. "Kalau begitu, saya serahkan semuanya padamu. Terima kasih," ucapnya.Sementara maid itu mulai merapikan meja, Sylvester menatap Emily sekilas sebelum beranjak dari kursinya. "Kau memang bukan siapa-siapa di rumah ini," ucapnya dengan nada datar, sebelum

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 33

    "Bumbu-bumbu ini ada di sini, kalau kamu butuh," tambah Mr. Whiteller sambil menunjuk laci tersebut.Emily memandangi bahan-bahan itu, merasa sedikit lega tapi tetap bingung. "Tuan, apakah Anda sering memasak masakan Indonesia?"Mr. Whiteller tersenyum tipis. "Tidak. Tapi, aku tahu kamu suka masakan seperti itu, jadi aku meminta seseorang untuk menyiapkan semua ini. Jadi, tunjukkan kemampuanmu."Emily menelan ludah, masih sulit percaya dengan apa yang ia dengar. Namun, tanpa banyak kata lagi, ia akhirnya mengumpulkan keberanian dan mulai memikirkan menu sederhana untuk malam ini.Sambil mencari menu yang tepat di internet, Emily memutuskan untuk memasak nasi lebih dulu. Ia yakin, apa pun menu yang nanti ia pilih, nasi akan menjadi pelengkap yang tidak bisa dilewatkan. Tangan Emily terampil mencuci beras dan menyiapkan rice cooker, meski pikirannya masih sibuk memikirkan suasana aneh malam itu.Saat sedang menunggu nasi matang, Mr. Whiteller berdiri di dekat pintu dapur, menyilangkan t

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 32

    Saat Emily dan Dimas berjalan menuju lift untuk pulang, suasana koridor kantor mulai lengang. Hanya ada beberapa karyawan yang masih sibuk di meja mereka. Emily dan Dimas berbincang ringan tentang proyek yang hampir selesai ketika tiba-tiba Beni muncul dari arah berlawanan dan menghentikan langkah mereka."Emily," panggil Beni. "Ada yang perlu kamu urus sebentar."Emily menatapnya bingung. "Apa ada yang mendesak, Beni?""Ikut saja denganku," jawab Beni tanpa menjelaskan lebih lanjut. Tatapan matanya tegas, membuat Emily merasa tak punya pilihan lain.Dimas mengerutkan kening, tampak bingung. "Ada apa, pak Ben? Kalau butuh bantuan, aku juga bisa ikut."Beni menggeleng cepat. "Tidak, ini hanya untuk Emily. Kamu bisa langsung pulang, Dimas."Emily menghela napas dan menatap Dimas dengan canggung. "Kalau begitu, aku duluan, ya. Hati-hati di jalan."Dimas mengangguk, meski jelas masih bingung. "Baiklah."Beni memimpin Emily ke lift yang berbeda dari yang biasa mereka gunakan. Emily melirik

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 31

    Dengan hati-hati, Emily mengetik balasan:"Terima kasih telah membersihkan nama saya, Tuan. Tapi soal membantu menata kamar Anda, saya rasa saya harus menolak. Saya tidak ingin ada gosip lain yang muncul. Terima kasih atas pengertiannya."Emily menekan tombol "Kirim" dan meletakkan ponselnya di meja. Ia berpikir bahwa balasan itu cukup sopan tetapi tetap menjaga jarak. Bagaimanapun, ia tidak ingin terjebak dalam situasi yang membuatnya menjadi bahan gosip lagi.Namun, hanya beberapa detik setelah ia mengirim pesan itu, ponselnya kembali berbunyi. Pesan balasan datang lebih cepat dari yang ia duga."Saya pikir kau sudah tahu saya tidak peduli dengan gosip. Tapi kalau kau keberatan, saya tidak akan memaksa. Mungkin lain kali."Emily menghela napas panjang. Apa maksudnya “lain kali”? pikirnya. Lagi-lagi, Mr. Whiteller membuatnya merasa bingung dengan sikapnya.Sore itu, Emily mencoba mengalihkan pikirannya dengan menatap layar komputernya, tetapi konsentrasinya terusik oleh pesan-pesan t

DMCA.com Protection Status