Share

BAB 15

Author: Sang Penulis
last update Last Updated: 2024-12-09 23:58:48

Tak lama setelah itu, mata Emily menangkap sosok yang sangat ia kenali. Mr. Whiteller berjalan ke arah mereka dengan langkah santai namun penuh wibawa. Emily langsung bangkit dari kursinya, berusaha menjaga sikap seformal mungkin.

"Selamat malam, Sir," sapa Emily sopan sambil sedikit menundukkan kepala.

"Selamat malam," balas Mr. Whiteller sambil tersenyum tipis. Kemudian matanya melirik ke arah Amore yang sudah setengah terlelap di kursinya. "Terima kasih sudah menjaganya," ucapnya sambil mengangguk rngan ke arah Emily.

"Ahh... tampannya aku," gumam Amore di antara tawa kecilnya, membuat Emily tersenyum canggung.

"Ikut kami. Aku akan mengantar ke apartemen mu," tawar Mr. Whiteller.

"Oh, tidak, tidak perlu, Sir. Setelah ini saya masih ingin mampir ke suatu tempat. Anda bisa pulang lebih dulu," tolak Emily sopan namun tegas.

Mr. Whiteller mengangguk, menghormati keputusan Emily. "Baiklah, kami akan pergi lebih dulu," ucapnya singkat. Dengan sigap, ia membungkuk dan menggendong Amore ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 16

    Setelah beberapa saat berbasa-basi, "Kenapa kita tidak makan bersama? Aku tahu tempat yang bagus di dekat sini."Emily dan Dimas saling pandang. Emily terlihat ragu, sementara Dimas hanya mengangkat bahu seolah menyerahkan keputusan padanya."Kami sebenarnya sedang berencana langsung pulang setelah ini," ucap Emily pelan, mencoba mencari alasan."Ah, ayolah," bujuk Alice. "Ini cuma makan santai. Lagipula, kau pasti lapar setelah belanja lama seperti ini. Aku akan traktir kalian."Dimas langsung merespons, "Kalau ditraktir, aku setuju!" katanya setengah bercanda, membuat Emily mendengus kecil."Baiklah," kata Emily akhirnya, merasa sulit untuk menolak.Alice tersenyum senang. "Bagus! Tempatnya tidak jauh, hanya lima menit dari sini. Ayo, kita pergi bersama."…Mereka tiba di sebuah restoran kecil namun elegan dengan suasana hangat dan pencahayaan redup. Alice memilih meja di sudut yang nyaman, dan mereka segera duduk.Setelah memesan makanan, Alice mulai berbicara. "Dimas, bagaimana me

    Last Updated : 2024-12-11
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 17

    "Jadi, bagaimana pengalaman kalian selama di apartemen? Adakah kendala?" tanya Mr. Whiteller begitu mobil yang mereka tumpangi berbelok keluar dari lingkungan restoran tadi. Suara tenangnya memecah keheningan di dalam mobil."Sejauh ini tidak ada kendala, Sir. Terima kasih atas fasilitas yang Mr. Whiteller berikan kepada kami," jawab Dimas yang duduk di sebelah Mr. Whiteller, yang sedang mengemudi."Saya senang jika tamu-tamu saya merasa nyaman," balas Mr. Whiteller sambil sesekali melirik ke arah jalan."Kami merasa sangat nyaman, Sir," tambah Dimas dengan nada penuh keyakinan.Mr. Whiteller melirik kaca spion tengah, kali ini tatapannya tertuju pada Emily. "Bagaimana denganmu, Emily? Apakah ada kendala selama di sini?" tanyanya.Emily sedikit terkejut mendapatkan perhatian langsung, tetapi dengan cepat menjawab, "Tidak ada, Sir. Terima kasih untuk semua fasilitas yang telah dipersiapkan untuk kami."Mr. Whiteller mengangguk pelan, tampak puas dengan jawaban itu. Namun, jeda sesaat m

    Last Updated : 2024-12-12
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 18

    Setelah makan siang, Emily dan Leni, yang diikuti oleh Dimas, akhirnya menuju lantai 11 untuk melihat pengerjaan proyek. Saat mereka tiba di lokasi, mereka mendapati Beni dan Mr. Whiteller sudah berada di sana."Selamat siang, Sir. Pak Beni," sapa mereka bertiga hampir serempakBeni, yang tampaknya sedang menyelesaikan sesuatu pada laptopnya, mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis. "Selamat siang," balasnya ramah, lalu mengarahkan pandangannya ke Emily. "Hai, Emily. Sudah lama tidak bertemu," ucap Beni dengan nada yang terdengar cukup akrab.Emily tersenyum sopan. "Hai, Pak Beni," balasnya pendek, mencoba menjaga nada suaranya tetap profesional.Namun, momen singkat itu tidak luput dari perhatian Mr. Whiteller, yang berdiri di sudut ruangan dengan ekspresi yang sulit ditebak. Di sisi lain, Leni memandang ke arah Emily dan Beni dengan tatapan yang jelas menunjukkan rasa tidak suka."Baiklah, saya harus pergi ke lantai lain. Semoga pengerjaan disini berjalan lancar," ucap Beni sambil m

    Last Updated : 2024-12-13
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 19

    Di Klinik kantorSetelah tiba di klinik, Emily segera diperiksa oleh petugas medis yang ada di sana. Untungnya, luka di lengannya tidak terlalu dalam dan tidak memerlukan jahitan."Syukurlah" ucap Dimas lega sambil duduk di kursi dekat tempat tidur Emily.Emily hanya mengangguk kecil sambil memegangi kepala yang masih terasa berdenyut. "Aku merasa bodoh. Aku bahkan tidak melihat balok itu," gumamnya pelan."Ini bukan salahmu, Em," ucap Dimas mencoba menghibur. "Lagipula, balok itu seharusnya tidak diletakkan sembarangan di tempat yang bisa membahayakan orang."Emily mengangguk lagi, meskipun dalam hatinya ia merasa ada sesuatu yang janggal. Ia teringat gerakan kecil Leni sebelumnya, tetapi memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.Tak lama kemudian, pintu klinik terbuka, dan Mr. Whiteller masuk. Wajahnya tampak serius seperti biasa, namun ada sedikit kekhawatiran dalam tatapannya."Bagaimana keadaannya?" tanya Mr. Whiteller langsung kepada petugas medis."Dia baik-baik saja, Sir. Tidak

    Last Updated : 2024-12-14
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 20

    "Dim, aku mau ke bawah dulu, ya," ucap Emily sambil meletakkan handphonenya."Mau ke mana?" tanya Dimas"Ada Amore di bawah." jawab Emily sambil merapikan tempat tidurnya"Tunggu," ucapnya sambil berjalan mendekat. "Biar aku saja yang jemput Amore."Emily menatapnya dengan tatapan bingung. "Dim, aku bisa sendiri"Dimas mengabaikan protes Emily dan mengambil langkah cepat ke pintu. "Tunggu di sini, aku yang jemput dia."Emily hanya bisa menghela napas dan menggeleng pelan melihat tindakan Dimas yang selalu terlalu protektif. "Baiklah," ucapnya akhirnya.Sambil menggeleng kecil. Ia lalu kembali duduk di kasurnya, menunggu Dimas kembali bersama Amore."Emmmilllyyy!" teriak Amore begitu tiba di depan kamar Emily. Tanpa menunggu persetujuan, ia langsung masuk dan memeriksa Emily dari kepala hingga kaki. Tangannya sibuk menyentuh lengan dan bahu Emily, seolah memastikan tidak ada luka serius."Aku tidak apa-apa, Amore. Kamu terlalu berlebihan," ucap Emily sambil berusaha melepaskan tangan A

    Last Updated : 2024-12-15
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 21

    Emily hanya menggelengkan kepalanya tanpa berkata apa-apa lagi. Dia tahu Dimas bukan tipe orang yang mudah melepaskan rasa penasarannya, tapi dia juga tidak ingin terlalu memikirkan urusan pribadi orang lain.…"Tiba-tiba dia menjerit... ternyata jatuh," ucap Dimas kemudian terkekeh. "Dan dia masih sempat membenarkan poninya lagi, tidak ingat dengan jenggotnya," tambah Emily sambil tertawa. Mereka tertawa bersama, mengenang kejadian lucu yang mereka alami di jalan saat menuju kantor.Saat tiba di meja masing-masing, Emily terkejut melihat sebuah kantong berisi salep dan kapas di atas mejanya. "Kau yang menaruh ini, Dim?" tanya Emily sambil mengangkat kantong tersebut."Bukan, kan kita berangkat bersama tadi," balas Dimas sambil mengernyitkan dahi. "Siapa ya?" tanya Emily dengan nada penasaran, matanya memperhatikan sekeliling ruangan.Dimas mengangkat bahu, kemudian mendekat untuk melihat isi kantong itu. "Mungkin seseorang merasa kasihan pa

    Last Updated : 2024-12-16
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 22

    Emily menelan ludah. "Terima kasih, Sir. Tapi saya yakin luka ini akan sembuh dengan cepat," ucap Emily, mencoba mengakhiri pembicaraan."Saya memang selalu memastikan mitra atau partner kerja saya dalam kondisi prima," ucap Mr. Whiteller tegas. "karena Proyek ini membutuhkan semua orang dalam kondisi terbaik mereka."Dimas hampir tidak bisa menahan tawanya lagi. Ia menundukkan kepala, berpura-pura fokus pada piringnya yang sudah kosong. Sementara Beni masih terdiam, matanya berpindah-pindah antara Mr. Whiteller dan Emily, seolah mencoba memahami dinamika aneh yang baru saja ia saksikan.Setelah beberapa saat, Mr. Whiteller berdiri. "Saya akan kembali ke ruangan. Beni, ikut saya," ucapnya, memecah keheningan."Baik, Sir," jawab Beni, dengan cepat mengikuti langkah bosnya.Begitu mereka berdua pergi, Dimas langsung meledak tertawa. "Ya ampun, Em. Ini semakin menarik. Bos kita perhatian banget sama kamu!""Hush, jangan begitu!" Emily memukul lengan Dimas dengan pelan. "Dia hanya peduli

    Last Updated : 2024-12-17
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 23

    Di sisi lain, Dimas mulai menyadari perubahan dalam sikap Emily. Ia bisa melihat bagaimana Emily sering melamun, terutama setelah berinteraksi dengan Mr. Whiteller. Suatu hari, Dimas memutuskan untuk berbicara dengan Emily. "Kau kelihatannya sedang memikirkan sesuatu, Em. Ada yang ingin kau ceritakan?" tanyanya saat mereka sedang makan siang bersama di kantin.Emily terkejut dengan pertanyaan itu. "Tidak, aku baik-baik saja," jawabnya cepat sambil mencoba tersenyum."Tidak mungkin," balas Dimas sambil menatapnya tajam. "Aku mengenalmu cukup lama untuk tahu kalau kau sedang menyembunyikan sesuatu."Emily menghela napas. "Aku hanya... bingung, Dim. Mr. Whiteller terlalu perhatian padaku akhir-akhir ini, dan aku tidak tahu harus bagaimana."Dimas terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. "Kau suka dia, ya?" tanyanya dengan nada bercanda, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya.Emily langsung menggeleng cepat. "Tidak, tidak seperti itu. Aku hanya tidak ingin perhatian itu membuat orang la

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 125

    TOK TOK TOK...Pintu kos terbuka perlahan, menampilkan wajah Amore yang terlihat agak kaget melihat siapa yang berdiri di depannya.“Ada apa?” tanyanya dengan nada datar.“Aku mau menemui Emily,” jawab Sylvester tanpa basa-basi.Amore mengangkat alis. “Bukankah dia bersamamu? Semalam dia mengirim pesan padaku katanya menginap di tempatmu.”“Iya, memang. Tapi pagi tadi dia pulang sendiri... Aku nggak sempat mengantarnya,” ucap Sylvester sambil merogoh ponsel dari sakunya, berusaha menghubungi Emily.Namun layar ponsel hanya menunjukkan satu hal: tidak tersambung.Wajah Sylvester semakin tegang. Ia buru-buru menekan kontak lain.“Dim, apa kau bersama Emily?”Suara Dimas terdengar dari seberang, terdengar bising di latar.“Tidak, Tuan Whiteller. Saya sedang bekerja sekarang.”“Baiklah.” Sylvester mengakhiri panggilan, napasnya mulai berat.“Mungkin dia cuma sedang cari makan, atau jalan-jalan sebentar. Atau bisa juga pergi ke suatu tempat. Nggak usah khawatir, nanti juga pulang,” ujar Am

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 124

    “Aku menyakitinya, Em…” lanjut Sylvester, suaranya bergetar. “Seharusnya aku mengajaknya bicara baik-baik… seharusnya aku tenang. Tapi aku terlalu emosi. Aku melukai dia… secara fisik dan batin. Aku jahat, Em. Aku jahat…”Ia menggenggam bantal di pangkuannya, mencoba menahan isak yang meledak.“Dia pergi… karena aku. Bersama anak dalam kandungannya. Aku bahkan tak tahu anak siapa itu… tapi aku... aku telah membunuh dua makhluk hidup, Em. Dua nyawa.”Emily menundukkan kepalanya, air matanya jatuh satu demi satu. Tapi ia tetap memeluk Sylvester, lebih erat ia bisa merasakannya.“Aku tak tahu bagaimana harus menebusnya. Tak ada yang bisa mengembalikan mereka. Aku hidup dengan bayang-bayang itu setiap hari…”Emily mengangkat wajahnya, menatap Sylvester dalam-dalam, matanya sembab namun penuh kelembutan.“Sylvester… kau memang melakukan kesalahan. Kau menyakiti seseorang, dan kau menyesalinya. Kau bukan jahat. Jika kau jahat, kau tak akan menangis malam ini… kau tak akan terbuka seperti in

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 123

    Emily masih menatap Sylvester, menunggu dengan sabar jawaban yang tak kunjung keluar. Hening menyelimuti mereka, seolah waktu pun ikut menahan napas.Tepat saat Sylvester hendak membuka mulut untuk bicara, suara langkah kaki pelayan memecah ketegangan.“Permisi, pesanannya, Kak,” ucap pelayan dengan senyum ramah, namun matanya sempat melirik Sylvester sejenak sebelum meletakkan makanan di atas meja mereka.Emily yang melihat itu hanya mengerjap pelan, menahan rasa tak nyaman yang tiba-tiba muncul.“Terima kasih, Kak,” ucap Emily dengan senyum tipis namun suaranya terdengar dingin.“Sama-sama, Kak. Selamat menikmati,” balas si pelayan sebelum akhirnya berlalu, tak lupa melirik sekali lagi ke arah Sylvester.“She is my girlfriend,” ucap Sylvester tiba-tiba, lantang dan jelas, membuat Emily menoleh cepat, cukup terkejut dengan pernyataan itu.Pelayan yang masih berada tak jauh langsung menghentikan langkahnya.“Ah… maaf, Kak,” ucapnya terbata, lalu buru-buru menambahkan,“Ini pesanan yan

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 122

    “Maafkan aku, Sylvester. Rencanamu jadi sia-sia,” ucap Emily pelan.Mereka sedang berjalan beriringan di taman kota, masing-masing memegang es krim yang mulai mencair perlahanSylvester menoleh dengan senyum tipis.“Tidak akan sia-sia kalau kamu bekerja di perusahaanku.”Ia menggigit es krimnya sebentar, lalu melanjutkan,“Aku tahu kamu keberatan… tapi kalau kamu kerja di tempatku, kamu akan lebih dekat kalau mau bertemu teman-temanmu yang masih di perusahaan Carol.”Emily terdiam. Ia melangkah pelan ke arah salah satu bangku taman dan duduk, menatap es krim di tangannya sebelum akhirnya menyuap sedikit.“Aku cuma takut,” ucapnya lirih, tatapannya lurus ke depan.“Kalau aku kerja di tempatmu, aku akan diperlakukan berbeda. Entah olehmu… atau oleh orang-orang di sekelilingmu. Aku nggak mau jadi pusat perhatian atau bahan gosip. Aku hanya ingin bekerja dengan tenang… tanpa masalah.”Sylvester ikut duduk di sampingnya, mencondongkan tubuh sedikit ke arahnya.“Kalau ada yang ganggu kamu,

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 121

    Emily pulang ke kosan dengan langkah pelan, memeluk sebuah kardus berisi barang-barang dari mejanya di kantor—sisa-sisa kecil dari hari-hari yang penuh ambisi dan rutinitas yang kini mendadak berhenti. Sesampainya di kamar, ia meletakkan kardus itu di sudut ruangan, lalu menjatuhkan dirinya ke atas kasur dengan lelah.Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menarik napas panjang untuk menenangkan diri dari semua emosi yang masih bergemuruh di dadanya.“Hhh… sepertinya aku harus mulai melamar kerja lagi,” gumamnya pelan, nyaris seperti bisikan untuk dirinya sendiri.Beberapa menit kemudian, Emily bangkit. Ia membuka laptop yang ada di meja kecil dekat jendela, lalu duduk dengan punggung melengkung malas, namun tetap memaksa dirinya untuk fokus. File CV lamanya terbuka di layar, dan ia menatapnya sejenak, terdiam.“Mungkin ini saatnya aku upgrade… tambah pengalaman, ubah desain sedikit…” ucapnya pelan sambil mulai mengetik, mencoba mengalihkan pikirannya dari rasa kecewa.Namun di tengah-te

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 120

    Pagi menyusup pelan melalui celah tirai, membias lembut ke seluruh kamar. Hangat matahari menyentuh kulit Emily, membangunkannya secara perlahan dari tidur yang dalam. Matanya membuka perlahan, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah Sylvester—masih terlelap, napasnya teratur, lengan kuatnya melingkar di pinggangnya, seperti ingin melindunginya bahkan dalam tidur.Mereka masih terbungkus selimut yang sama, tubuh mereka saling menyatu dalam kehangatan dan ketenangan. Tanpa sehelai benang pun yang memisahkan, namun Emily tak merasa malu, ia merasakan sebuah rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Ia menatap wajah Sylvester dalam diam, memperhatikan alisnya, garis rahangnya, dan cara ia tidur terlihat begitu damai. Tak lama, Sylvester mengerjapkan mata perlahan, lalu tersenyum kecil begitu menyadari Emily tengah menatapnya.“Selamat pagi …” gumamnya, suaranya serak dan dalam.“Pagi…” bisik Emily, pipinya memerah, tapi senyumnya tak bisa ditahan..“Apa kau menyesal?” tanya Sylves

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 119

    Mereka melaju menyusuri jalanan kota yang mulai dipenuhi cahaya lampu. Tidak banyak kata yang diucapkan selama perjalanan—hanya musik lembut yang mengisi keheningan dengan hangat. Emily sesekali mencuri pandang ke arah Sylvester. Wajahnya tampak tenang seperti biasa, tapi Emily tahu... hatinya berdegup lebih cepat dari biasanya.Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan bergaya kolonial yang telah disulap menjadi restoran mewah bernuansa hangat dan elegan. Di dalam, cahaya temaram dari lampu gantung menari lembut di langit-langit. Meja-meja kecil dihiasi lilin dan bunga segar, menciptakan suasana yang nyaris seperti mimpi. Seorang pelayan menyambut mereka dan langsung mengarahkan ke meja yang telah dipesan—satu meja di sudut balkon, menghadap ke taman kecil yang dihiasi lampu-lampu gantung seperti bintang.“Wow… Sylvester, ini cantik sekali.”Emily menatap sekeliling, lalu beralih menatap Sylvester dengan kagum yang tak disembunyikan.“Aku ingin malam ini terasa spesial,” katan

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 118

    Dengan Amore yang kini tinggal bersamanya, Emily mulai merasakan perubahan suasana di kamar kecilnya yang biasanya tenang. Malam itu, setelah mereka selesai membereskan koper dan menata barang-barang Amore di sudut ruangan, mereka duduk berdampingan di atas tempat tidur yang kini terasa lebih sempit dari biasanya.“Kau tahu,” gumam Emily sambil memeluk bantal kecil di pangkuannya, “aku masih belum bisa percaya kau benar-benar ada di sini.”Ia menoleh pada Amore.“Sebenarnya… tujuanmu ke Indonesia itu apa?”“Kau tidak senang aku di sini?” Amore balik bertanya, menaikkan alisnya.“Bukan begitu,” Emily cepat menanggapi, “maksudku, ini dalam rangka apa? Pekerjaan? Liburan? Atau… ada hal lain?”Amore hanya mengedikkan bahu.“Aku hanya ingin ke sini, itu saja.”Emily menghela napas, mencoba memahami.“Tapi kau datang di waktu yang kurang tepat. Ini bukan musim liburan, dan aku harus bekerja setiap hari. Kau akan sendirian, apakah itu tidak masalah?”Sambil menyentuh dagunya dengan gaya dram

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 117

    Emily turun dari tempat tidur dan berjalan ke jendela, menarik tirai lebih lebar. Sinar matahari pagi menyapu masuk, menyoroti interior kayu hangat kabin itu.“Tempat ini terlalu indah untuk ditinggalkan cepat-cepat,” gumamnya, lebih pada diri sendiri.“Kalau begitu… bagaimana kalau kau terlambat masuk kerja hari ini?”Sylvester muncul di sampingnya, menggoda.Emily mengerutkan dahi, setengah geli, setengah tergoda.“ Tetap akan terlambat meskipun kita berangkat Pagi pagi buta. Kau benar-benar suka bermain dengan waktu ya.”“Hanya ingin bermain lebih lama denganmu.”Emily menatapnya, lalu menghela napas sambil tersenyum.“Kau membuatku ingin mengatakan ya.”“Maka katakan saja.”“Aku akan pikirkan,” jawab Emily, lalu mencubit pipi Sylvester sebelum berjalan ke dapur kecil.Sylvester mengikuti dari belakang sambil tertawa.“Ayo, kita buat sarapan paling enak yang pernah kita masak bersama. Dan setelah itu…”“Jangan bilang kau mau bikin rencana spontan lainnya,” potong Emily sambil menga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status