Share

BAB 19

Author: Sang Penulis
last update Last Updated: 2024-12-14 12:27:52

Di Klinik kantor

Setelah tiba di klinik, Emily segera diperiksa oleh petugas medis yang ada di sana. Untungnya, luka di lengannya tidak terlalu dalam dan tidak memerlukan jahitan.

"Syukurlah" ucap Dimas lega sambil duduk di kursi dekat tempat tidur Emily.

Emily hanya mengangguk kecil sambil memegangi kepala yang masih terasa berdenyut. "Aku merasa bodoh. Aku bahkan tidak melihat balok itu," gumamnya pelan.

"Ini bukan salahmu, Em," ucap Dimas mencoba menghibur. "Lagipula, balok itu seharusnya tidak diletakkan sembarangan di tempat yang bisa membahayakan orang."

Emily mengangguk lagi, meskipun dalam hatinya ia merasa ada sesuatu yang janggal. Ia teringat gerakan kecil Leni sebelumnya, tetapi memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.

Tak lama kemudian, pintu klinik terbuka, dan Mr. Whiteller masuk. Wajahnya tampak serius seperti biasa, namun ada sedikit kekhawatiran dalam tatapannya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Mr. Whiteller langsung kepada petugas medis.

"Dia baik-baik saja, Sir. Tidak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 20

    "Dim, aku mau ke bawah dulu, ya," ucap Emily sambil meletakkan handphonenya."Mau ke mana?" tanya Dimas"Ada Amore di bawah." jawab Emily sambil merapikan tempat tidurnya"Tunggu," ucapnya sambil berjalan mendekat. "Biar aku saja yang jemput Amore."Emily menatapnya dengan tatapan bingung. "Dim, aku bisa sendiri"Dimas mengabaikan protes Emily dan mengambil langkah cepat ke pintu. "Tunggu di sini, aku yang jemput dia."Emily hanya bisa menghela napas dan menggeleng pelan melihat tindakan Dimas yang selalu terlalu protektif. "Baiklah," ucapnya akhirnya.Sambil menggeleng kecil. Ia lalu kembali duduk di kasurnya, menunggu Dimas kembali bersama Amore."Emmmilllyyy!" teriak Amore begitu tiba di depan kamar Emily. Tanpa menunggu persetujuan, ia langsung masuk dan memeriksa Emily dari kepala hingga kaki. Tangannya sibuk menyentuh lengan dan bahu Emily, seolah memastikan tidak ada luka serius."Aku tidak apa-apa, Amore. Kamu terlalu berlebihan," ucap Emily sambil berusaha melepaskan tangan A

    Last Updated : 2024-12-15
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 21

    Emily hanya menggelengkan kepalanya tanpa berkata apa-apa lagi. Dia tahu Dimas bukan tipe orang yang mudah melepaskan rasa penasarannya, tapi dia juga tidak ingin terlalu memikirkan urusan pribadi orang lain.…"Tiba-tiba dia menjerit... ternyata jatuh," ucap Dimas kemudian terkekeh. "Dan dia masih sempat membenarkan poninya lagi, tidak ingat dengan jenggotnya," tambah Emily sambil tertawa. Mereka tertawa bersama, mengenang kejadian lucu yang mereka alami di jalan saat menuju kantor.Saat tiba di meja masing-masing, Emily terkejut melihat sebuah kantong berisi salep dan kapas di atas mejanya. "Kau yang menaruh ini, Dim?" tanya Emily sambil mengangkat kantong tersebut."Bukan, kan kita berangkat bersama tadi," balas Dimas sambil mengernyitkan dahi. "Siapa ya?" tanya Emily dengan nada penasaran, matanya memperhatikan sekeliling ruangan.Dimas mengangkat bahu, kemudian mendekat untuk melihat isi kantong itu. "Mungkin seseorang merasa kasihan pa

    Last Updated : 2024-12-16
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 22

    Emily menelan ludah. "Terima kasih, Sir. Tapi saya yakin luka ini akan sembuh dengan cepat," ucap Emily, mencoba mengakhiri pembicaraan."Saya memang selalu memastikan mitra atau partner kerja saya dalam kondisi prima," ucap Mr. Whiteller tegas. "karena Proyek ini membutuhkan semua orang dalam kondisi terbaik mereka."Dimas hampir tidak bisa menahan tawanya lagi. Ia menundukkan kepala, berpura-pura fokus pada piringnya yang sudah kosong. Sementara Beni masih terdiam, matanya berpindah-pindah antara Mr. Whiteller dan Emily, seolah mencoba memahami dinamika aneh yang baru saja ia saksikan.Setelah beberapa saat, Mr. Whiteller berdiri. "Saya akan kembali ke ruangan. Beni, ikut saya," ucapnya, memecah keheningan."Baik, Sir," jawab Beni, dengan cepat mengikuti langkah bosnya.Begitu mereka berdua pergi, Dimas langsung meledak tertawa. "Ya ampun, Em. Ini semakin menarik. Bos kita perhatian banget sama kamu!""Hush, jangan begitu!" Emily memukul lengan Dimas dengan pelan. "Dia hanya peduli

    Last Updated : 2024-12-17
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 23

    Di sisi lain, Dimas mulai menyadari perubahan dalam sikap Emily. Ia bisa melihat bagaimana Emily sering melamun, terutama setelah berinteraksi dengan Mr. Whiteller. Suatu hari, Dimas memutuskan untuk berbicara dengan Emily. "Kau kelihatannya sedang memikirkan sesuatu, Em. Ada yang ingin kau ceritakan?" tanyanya saat mereka sedang makan siang bersama di kantin.Emily terkejut dengan pertanyaan itu. "Tidak, aku baik-baik saja," jawabnya cepat sambil mencoba tersenyum."Tidak mungkin," balas Dimas sambil menatapnya tajam. "Aku mengenalmu cukup lama untuk tahu kalau kau sedang menyembunyikan sesuatu."Emily menghela napas. "Aku hanya... bingung, Dim. Mr. Whiteller terlalu perhatian padaku akhir-akhir ini, dan aku tidak tahu harus bagaimana."Dimas terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. "Kau suka dia, ya?" tanyanya dengan nada bercanda, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya.Emily langsung menggeleng cepat. "Tidak, tidak seperti itu. Aku hanya tidak ingin perhatian itu membuat orang la

    Last Updated : 2024-12-18
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 24

    "Are you okay, Em?" tanya Dimas tiba-tiba, tepat setelah Emily keluar dari kamarnyaEmily hanya mengangguk kecil. "I'm okay, Dim," jawabnya. Namun, pandangannya langsung tertuju pada Leni yang sedang sibuk membuat sarapan di dapur. Tanpa ragu, Emily menembaknya dengan sebuah pertanyaan yang tajam."Apa kerjaan kemarin ulahmu, Len?" tanya Emily serius.Leni yang sedang mengaduk kopi di tangannya berhenti sejenak, lalu menoleh. "Atas dasar apa menuduhku?" jawab Leni dengan nada datar, tetapi jelas mengandung ketidaksenangan.Emily mendekat, matanya penuh dengan emosi yang ditahan. "Saat itu, di klinik, hanya ada aku, Dimas, dan Mr. Whiteller. Kamu tahu aku terjatuh, tapi kamu tidak ada di sana. Bisa saja kamu memfoto kami diam-diam, lalu menyebarkannya," cecarnya dengan nada yang mulai meninggi."Wow..." Leni tertawa sinis sambil memiringkan kepalanya. "Kau menuduhku?" ucapnya, kali ini terdengar jelas nada ketidaksukaannya."Karena hanya kamu yang selalu mengusikku," balas Emily tanpa

    Last Updated : 2024-12-19
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 25

    "Jadi, kemana sebenarnya kau mau membawaku?" tanya Emily sambil melipat tangannya, menatap Amore dengan mata menyipit."Taman hiburan," jawab Amore santai."Kemarin kau bilang ingin menunjukkan sesuatu. Menunjukkan apa di taman hiburan?" balas Emily curiga."Tak ada, hanya ingin bermain saja," ucap Amore sambil mengangkat bahu dengan senyuman kecil.Emily yang mendengar itu hanya menghela napas panjang, pasrah. "Baiklah...," gumamnya,Setibanya di taman hiburan, suasana langsung berubah ceria. Mereka hanyut dalam kegembiraan, berpindah dari satu wahana ke wahana lainnya. Tawa mereka sering kali pecah, terutama saat mencoba wahana yang lebih menantang."Naik roller coaster tadi seperti melepaskan seluruh beban hidupku. Rasanya semua masalahku ikut tertinggal di atas sana," ucap Emily sambil tertawa lepas, pipinya sedikit memerah karena udara dingin dan adrenalin.Amore ikut tertawa kecil. "Aku hampir kehilangan suaraku karena berteriak tadi," ujarnya sambil merapikan rambutnya yang ber

    Last Updated : 2024-12-20
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 26

    "Coba tebak," ucap Amore sambil dengan santai merangkul bahu Mr. Whiteller. "Apa kita terlihat mirip?""Kalian... kakak adik?" tebak Emily."Bukan," jawab Amore sambil tertawa kecil. "Coba tebak lagi."Namun, sebelum Emily bisa memberikan jawaban lain, Mr. Whiteller memotong. "Kami sepupu," ucapnya tiba-tiba.Emily menatap Amore dengan tatapan penuh tanda tanya, seolah berkata, Mengapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?Melihat ekspresi Emily, Mr. Whiteller mencondongkan tubuh sedikit ke depan dan berkata dengan nada yang terdengar seperti menggoda, "Apa jawaban ini membuatmu senang?""T-tidak, Tuan Whiteller," jawab Emily dengan gugup saat diajukan pertanyaan tiba tiba seperti ituMr. Whiteller memperhatikan wajahnya yang memerah dan tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum tipis. Amore, yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka, memutuskan untuk angkat bicara."Apa aku melewatkan sesuatu di sini?" tanya Amore dengan nada curiga. Ia mengarahkan pandangannya secara berganti

    Last Updated : 2024-12-21
  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 27

    Emily melangkah kembali ke mejanya dengan pikiran yang berat. Ia mencoba mengalihkan fokusnya pada pekerjaan yang harus ia selesaikan, tetapi kata-kata Leni dan tawa sinis itu terus terngiang di telinganya. Bahkan saat ia menatap layar komputernya, huruf-huruf di dokumen seperti tidak bermakna.Emily berusaha menata napasnya saat mendengar suara Beni di sebelahnya."Emily, Mr. Whiteller meminta mu ke ruangannya," kata Beni sambil menatap Emily dengan ekspresi serius."Oh... baik, terima kasih, Beni," jawab Emily, mencoba terdengar tenang meski pikirannya masih terganggu.Ia dengan cepat mengumpulkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dan memasukkannya ke dalam map berwarna biru, berjaga jaga bila mr whiteller tiba tiba menanyakan pekerjaan. Setelah memastikan semuanya lengkap, ia berdiri dari kursinya dan berjalan menuju ruang Mr. Whiteller. Langkahnya terasa berat, sebagian karena suasana di sekelilingnya yang penuh dengan bisik-bisik dan tatapan tajam.Sesampainya di depan pintu ruanga

    Last Updated : 2024-12-22

Latest chapter

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 120

    Pagi menyusup pelan melalui celah tirai, membias lembut ke seluruh kamar. Hangat matahari menyentuh kulit Emily, membangunkannya secara perlahan dari tidur yang dalam. Matanya membuka perlahan, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah Sylvester—masih terlelap, napasnya teratur, lengan kuatnya melingkar di pinggangnya, seperti ingin melindunginya bahkan dalam tidur.Mereka masih terbungkus selimut yang sama, tubuh mereka saling menyatu dalam kehangatan dan ketenangan. Tanpa sehelai benang pun yang memisahkan, namun Emily tak merasa malu, ia merasakan sebuah rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Ia menatap wajah Sylvester dalam diam, memperhatikan alisnya, garis rahangnya, dan cara ia tidur terlihat begitu damai. Tak lama, Sylvester mengerjapkan mata perlahan, lalu tersenyum kecil begitu menyadari Emily tengah menatapnya.“Selamat pagi …” gumamnya, suaranya serak dan dalam.“Pagi…” bisik Emily, pipinya memerah, tapi senyumnya tak bisa ditahan..“Apa kau menyesal?” tanya Sylves

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 119

    Mereka melaju menyusuri jalanan kota yang mulai dipenuhi cahaya lampu. Tidak banyak kata yang diucapkan selama perjalanan—hanya musik lembut yang mengisi keheningan dengan hangat. Emily sesekali mencuri pandang ke arah Sylvester. Wajahnya tampak tenang seperti biasa, tapi Emily tahu... hatinya berdegup lebih cepat dari biasanya.Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan bergaya kolonial yang telah disulap menjadi restoran mewah bernuansa hangat dan elegan. Di dalam, cahaya temaram dari lampu gantung menari lembut di langit-langit. Meja-meja kecil dihiasi lilin dan bunga segar, menciptakan suasana yang nyaris seperti mimpi. Seorang pelayan menyambut mereka dan langsung mengarahkan ke meja yang telah dipesan—satu meja di sudut balkon, menghadap ke taman kecil yang dihiasi lampu-lampu gantung seperti bintang.“Wow… Sylvester, ini cantik sekali.”Emily menatap sekeliling, lalu beralih menatap Sylvester dengan kagum yang tak disembunyikan.“Aku ingin malam ini terasa spesial,” katan

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 118

    Dengan Amore yang kini tinggal bersamanya, Emily mulai merasakan perubahan suasana di kamar kecilnya yang biasanya tenang. Malam itu, setelah mereka selesai membereskan koper dan menata barang-barang Amore di sudut ruangan, mereka duduk berdampingan di atas tempat tidur yang kini terasa lebih sempit dari biasanya.“Kau tahu,” gumam Emily sambil memeluk bantal kecil di pangkuannya, “aku masih belum bisa percaya kau benar-benar ada di sini.”Ia menoleh pada Amore.“Sebenarnya… tujuanmu ke Indonesia itu apa?”“Kau tidak senang aku di sini?” Amore balik bertanya, menaikkan alisnya.“Bukan begitu,” Emily cepat menanggapi, “maksudku, ini dalam rangka apa? Pekerjaan? Liburan? Atau… ada hal lain?”Amore hanya mengedikkan bahu.“Aku hanya ingin ke sini, itu saja.”Emily menghela napas, mencoba memahami.“Tapi kau datang di waktu yang kurang tepat. Ini bukan musim liburan, dan aku harus bekerja setiap hari. Kau akan sendirian, apakah itu tidak masalah?”Sambil menyentuh dagunya dengan gaya dram

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 117

    Emily turun dari tempat tidur dan berjalan ke jendela, menarik tirai lebih lebar. Sinar matahari pagi menyapu masuk, menyoroti interior kayu hangat kabin itu.“Tempat ini terlalu indah untuk ditinggalkan cepat-cepat,” gumamnya, lebih pada diri sendiri.“Kalau begitu… bagaimana kalau kau terlambat masuk kerja hari ini?”Sylvester muncul di sampingnya, menggoda.Emily mengerutkan dahi, setengah geli, setengah tergoda.“ Tetap akan terlambat meskipun kita berangkat Pagi pagi buta. Kau benar-benar suka bermain dengan waktu ya.”“Hanya ingin bermain lebih lama denganmu.”Emily menatapnya, lalu menghela napas sambil tersenyum.“Kau membuatku ingin mengatakan ya.”“Maka katakan saja.”“Aku akan pikirkan,” jawab Emily, lalu mencubit pipi Sylvester sebelum berjalan ke dapur kecil.Sylvester mengikuti dari belakang sambil tertawa.“Ayo, kita buat sarapan paling enak yang pernah kita masak bersama. Dan setelah itu…”“Jangan bilang kau mau bikin rencana spontan lainnya,” potong Emily sambil menga

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 116

    Kata-katanya menggantung di udara, perlahan masuk ke dalam dada Emily, seperti panas api yang meresap pelan ke kulit.Emily menunduk, memeluk lututnya sebentar.“Aku takut, Sylvester…”“Takut apa?” tanyanya lembut.“Takut jatuh terlalu dalam. Takut kecewa. Takut semua ini cuma sementara.”Sylvester diam sejenak, lalu menyentuh tangan Emily, menggenggamnya erat.“Kalau kau jatuh, aku akan jadi alas yang menampungmu. Kalau kau kecewa, aku akan jadi alasan untukmu percaya lagi. Dan kalau semua ini hanya sementara, maka biarlah aku menjadikannya kenangan yang abadi.”Emily terdiam. Matanya mulai berkaca, tapi bukan karena sedih—melainkan karena hatinya akhirnya sudah benar benar terbuka untuk sylvester.“Kau tahu, Sylvester?” ucap Emily, suaranya nyaris berbisik.“Hm?”“Untuk pertama kalinya, aku tidak ingin kembali ke kota malam ini.”Sylvester menoleh cepat.“Kau serius?”Emily mengangguk pelan.“Tapi hanya malam ini. Karena besok pagi aku tetap harus kembali jadi karyawan biasa.”Sylve

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 115

    Sylvester melirik sekilas ke arah Emily yang masih diam. Suasana di dalam mobil menjadi sunyi, hanya suara mesin dan desiran angin dari luar yang menemani.Setelah beberapa menit, ia memperlambat laju mobil dan menepi di rest area kecil di pinggir jalan tol. Ia mematikan mesin, lalu menoleh penuh ke arah Emily."Aku tahu aku keterlaluan," katanya pelan. "Aku hanya… aku ingin memberimu jeda dari kesibukanmu. Tapi seharusnya aku tetap menghargai keputusanmu."Emily masih menatap lurus ke depan, rahangnya mengeras."Kau tahu aku sangat mencintaimu, Emily. Tapi kadang aku lupa, mencintai juga berarti mendengarkan, bukan memaksakan."Perlahan, Emily menoleh padanya, matanya kini lebih tenang."Aku tahu niatmu baik," katanya. "Tapi jangan pernah lagi membuatku merasa seolah keputusanku tidak penting, Sylvester. Aku butuh merasa dihargai juga."Sylvester mengangguk, ekspresinya tulus. "Kau benar. Maafkan aku."Suasana kembali hening sejenak."Kalau kau masih ingin kembali ke kantor, aku akan

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 114

    Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah tempat makan bergaya semi-outdoor, dikelilingi tanaman hijau dan suara gemericik air dari kolam kecil di sudut halaman. Tempat itu sepi dan tenang, seakan waktu berjalan lebih lambat di sana."Wow… ini indah sekali," gumam Emily saat mereka duduk di meja dekat jendela terbuka."Kataku juga. Dan sekarang, tempat ini jadi lebih indah karena ada kamu," ucap Sylvester ringan.Emily tertawa pelan, menunduk sedikit sambil menyembunyikan rona merah di pipinya. "Kau benar-benar harus mulai menyaring kata-katamu.""Kenapa? Kalau itu membuatmu tersenyum, berarti berhasil."Mereka memesan makanan, dan saat makanan datang, mereka berbagi cerita ringan—tentang masa kecil, tentang mimpi, dan tentang hal-hal konyol yang membuat mereka tertawa.Di sela obrolan, Emily sempat menatap wajah Sylvester yang tersinari cahaya siang dari jendela. Hatinya terasa hangat.Sylvester mengulurkan garpunya ke arah piring Emily dan berkata, "Aku boleh coba sedikit?", Emily ha

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 113

    Sylvester menatapnya dari samping. "Kau mengantuk?"Emily mengangguk kecil. "Sedikit. Ini hari yang panjang."Sylvester tersenyum lalu, dengan lembut, ia meraih tangan Emily dan menggenggamnya."Terima kasih sudah menghabiskan waktumu denganku hari ini," katanya pelan.Emily membuka matanya, menatap Sylvester dengan lembut. "Aku juga berterima kasih"Mereka saling tersenyum, membiarkan kehangatan kecil itu tumbuh di antara mereka, tanpa kata-kata berlebihan.Taksi terus melaju menembus jalanan kota yang mulai lengang, ditemani cahaya lampu jalan yang menari di kaca jendela. Di dalam kabin yang hening, hanya suara pelan dari radio yang mengalun sebagai latar.Emily bersandar pada jendela, matanya setengah terpejam. Kelelahan tampak di wajahnya, namun ada ketenangan yang begitu indah terpancar dari ekspresinya. Tangan mereka masih bertaut, jemarinya bersarang nyaman di genggaman Sylvester.Sesekali, Sylvester mencuri pandang ke arahnya. Tatapannya lembut, penuh kekaguman dan kasih. Ia m

  • Tatapan Mr. Whiteller Membuatku Berdebar   BAB 112

    Mereka masuk ke dalam dan memilih meja di dekat jendela. Lampu-lampu kuning redup menciptakan suasana hangat, sementara aroma masakan yang menggoda tercium di udara."Apa yang kau rekomendasikan?" tanya Sylvester sambil membuka menu.Emily berpikir sejenak. "Mereka punya nasi goreng yang enak, juga sate ayam dan sup buntut. Tapi kalau kau ingin sesuatu yang ringan, mie gorengnya juga enak."Sylvester mengangguk. "Baiklah, aku coba nasi goreng spesial. Kau?""Aku pesan mie goreng saja," jawab Emily, lalu mereka memanggil pelayan dan memberikan pesanan mereka.Setelah pelayan pergi, Sylvester menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Emily dengan ekspresi santai."Aku merasa seperti sedang kencan malam ini," katanya tiba-tiba.Emily hampir tersedak air putihnya. "Apa?"Sylvester terkekeh melihat reaksinya. "Apa ini bukan kencan? Kita pergi bersama, menikmati pemandangan indah, lalu sekarang makan malam berdua."Emily menatapnya dengan tatapan setengah geli, setengah kesal. "Kalau ini kenc

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status