Kayn terdiam sembari menatap heran ke arah Verlyn setelah mendengar pertanyaanya itu."Verlyn, kau tahu bahwa pertanyaanmu itu tidak tersambung dengan rencana yang akan kita bicarakan sekarang, bukan?"Verlyn menghela napas dan mengangguk pelan."Iya! Tapi, aku hanya ingin tahu saja jika itu–benar–adanya, bagaimana pendapatmu, Kayn?" tanya Verlyn lalu menyeruput minumannya dan mengambil sepotong pizza.Kayn berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya, sedangkan Verlyn sibuk mengunyah pizza sembari menatap ke arah Kayn yang sedang berpikir keras memikirkan pertanyaannya tadi.'Dia sangat bersungguh-sungguh memikirkan jawaban untuk pertanyaanku, ya!' batin Verlyn lalu tersenyum kecil dan lanjut memakan potongan pizza yang lain.'Pertanyaannya sangat membebaniku, sekarang..' batin Kayn tertekan.Verlyn yang sedang sibuk mengunyah pizza di dalam mulutnya itu, tiba-tiba terlintas di pikirannya sebuah ide cemerlang yang menurutnya hal itu bisa membantunya untuk menemukan jawaban dari pertany
"Te–nang–lah, Verlyn!"Verlyn menepuk keras kedua pipinya yang masih memerah setelah masuk ke dalam mobilnya sendiri dan berusaha mengatur napasnya perlahan untuk menenangi jantungnya yang dari tadi berdetak begitu cepat.Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi dan memejamkan matanya.'Tetap saja aku bingung, mengapa dia tiba-tiba melakukan hal–seperti–itu?' batin Verlyn.Mobil yang berada di belakangnya tiba-tiba mengeluarkan suara klakson yang cukup kencang dan Verlyn langsung tersadar setelah terlalu larut dalam pikirannya.Ponselnya berbunyi lalu memunculkan nontifikasi pesan dari Kayn dan Verlyn membacanya.Kayn: [Kenapa kau diam saja? Gerbang sudah terbuka dari tadi tahu!]'Eh?'Verlyn menatap ke arah gerbang yang sudah terbuka lebar di depannya lalu menoleh ke belakang dan melihat mobil milik Kayn masih berada di belakangnya.Kayn terlihat sedang menatap kesal ke arahnya dan Verlyn langsung menoleh cepat ke arah lain dan membalas cepat pesan dari Kayn.'Tatapannya–telihat–kesal, tad
"Sampai kapan kau akan diam terus seperti itu, Verlyn? Aku sudah bilang bahwa aku hanya–""Tapi kenapa kau melihatnya lekat-lekat begitu, hah? Aku sangat malu, tahu!" potong Verlyn cepat sembari duduk di atas kasurnya dengan posisi merangkul lututnya."Lukamu bisa kembali terbuka jika seperti itu, Verlyn..""Diam!" teriak Verlyn sembari menundukkan kepalanya.'Sial, aku malu sekali!' batin Verlyn.Kayn memegangi kepalanya sembari menghela napas panjang.'Seharusnya, aku tidak menatapnya seperti itu, tadi..'Lima menit sebelum kejadian.."Kenapa kau hanya terduduk diam saja, di sana?" tanya Verlyn.Dia memperhatikan Kayn yang dari tadi hanya duduk terdiam di kursi meja kerja Verlyn sembari memainkan ponselnya dan menoleh ke arah Verlyn yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper besar berwarna hijau muda."Kenapa kau bertanya jika sudah melihat apa yang sedang kulakukan?" tanya Kayn balik lalu menatap kembali layar ponselnya.Verlyn mendengus kesal dan melangkah kembali ke arah le
'Seharusnya dia mencari topik pembicaraan sekarang, bukan malah diam saja!' batin Verlyn sembari melipat tangannya dan menarap ke arah jendela mobil.Kayn yang sedang mengemudikan mobilnya, menghela napas perlahan.'Aku memang tidak menyukai dirinya yang terlalu aktif dan banyak bicara, tapi jika suasananya jadi seperti ini..'Kayn mulai mencari topik untuk menjadi bahan pembicaraan dengan Verlyn agar suasananya tidak sunyi dan canggung seperti sekarang.Setelah beberapa saat, Kayn berhasil menemukan topik yang cocok untuk di bicarakan dengan Verlyn lalu menoleh perlahan ke arahnya."Verlyn, kau–"Perkataan Kayn terhenti setelah mendengar bunyi khas yang menandakan seseorang sedang merasa kelaparan dan bunyi itu keluar dari perut Verlyn.Pipi Verlyn memerah seketika karena malu dan tidak berani menoleh ke arah Kayn yang terdiam sesaat sebelum akhirnya terkekeh.'Perut sialan! Kenapa kau berbunyi di saat seperti ini, sih? Bikin malu saja!' batin Verlyn kesal."Padahal kau baru saja mak
"Uh.. Verlyn? Apa kau yakin dengan–ini?" tanya Kayn pelan.Verlyn mengangguk pelan. "Ya! Sekarang kita terlihat seperti orang biasa, bukan?"Kayn tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar jawaban Verlyn karena itu adalah benar. Berkat pemikiran Verlyn yang memiliki ide ini, mereka berdua tampak terlihat biasa saja di mata orang-orang disana dan juga, aneh?"Tapi Verlyn, aku merasa pandangan orang-orang semakin aneh terhadap, kita!" bisik Kayn pelan.Verlyn dan Kayn berhenti di sebuah gerobak makanan yang menjual tahu tepung goreng di sana."Pak, tolong 2 bungkus ya! Yang satu tambahkan pedas yang sangat banyak, dan satunya lagi pedasnya sedikit saja," ujar Verlyn ramah.Pria tua yang menjual makanan tersebut mengangguk. "Baik, Nona. Tunggu sebentar, ya.."Verlyn hanya mengangguk dan terdiam sembari melihat pembungkusan tahu tepung goreng miliknya di sana."Terlihat sangat–enak!" gumam Verlyn pelan.Kay menghela napas sembari menggeleng pelan. 'Apa di pikirannya itu hanya ada maka
Kayn menggelengkan kepalanya pelan setelah mengingat kejadian lalu dan menoleh ke arah Verlyn yang dari tadi terdiam sembari melihat ke sekitar."Sekarang, kau ingin melakukan apa?" tanya Kayn."Hm.. apa, ya?" Verlyn mulai berpikir sembari terus melihat-lihat ke sekitarnya.Dia melihat banyak booth portable mini yang berjajar dengan menjual aneka macam makanan dan minuman yang terlihat enak dan murah.Verlyn juya melihat berbagai macam wahana seperti kora-kora, roller coaster, bianglala, komedi putar, dan berbagai macam wahana lainnya. Wahana-wahana tersebut penuh oleh orang-orang di sana dan banyak yang mengantri untuk menaiki beberapa wahana itu.'Kalau antriannya panjang seperti itu, bisa sampai satu jam untuk menunggu, giliran..' batin Verlyn."Jika kau ingin menaiki wahana itu, kita harus mengantri dari sekarang agar tidak menunggu–terlalu–lama," ujar Kayn tiba-tiba.Kayn seolah tahu apa yang sedang di pikirkan olehnya dan langsung menoleh dengan tatapan sedikit terkejut. Kayn me
"Apa? Menikah? Tidak! Aku tidak–membutuhkan–itu, Ayah!" balas Verlyn tegas setelah mendengar rencana soal perjodohannya dengan CEO perusahaan Vyntie milik keluarga Konglomerat ternama di Amerika. "Sudah ke berapa kali Ayah membahas soal perjodohan ini, aku tidak mau melakukan itu!" lanjut Verlyn kesal. Alih-alih marah, pria berambut coklat dengan bola mata berwarna hijau army itu hanya menghembuskan nafasnya sabar. "Ini tidak buruk untukmu, Verlyn. Pikirkanlah baik-baik," ujar Kaze tenang. Verlyn menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan menatap Kaze dengan tajam. "Kehidupanku sudah sempurna, Ayah. Aku tidak membutuhkan pria yang berkewajiban memenuhi kebutuhan hidupku kelak di masa depan nanti, karena aku bisa menghidupi diriku sendiri!" Kaze mengangguk mendengarkan perkataan Verlyn dan duduk di kasur di sebelah Verlyn. "Tapi kau belum pernah bertemu dengannya, kan? Bagaiman kalau kau membuat janji dengan Kayn untuk bertemu?" tawar Kaze. Verlyn lagi-lagi menggelengkan kepalanya. "Tid
"Verlyn, apa kau sudah siap? Ingat janjimu hari ini!" teriak Kaze dari lantai bawah.Verlyn menatap sayu ke arah langit-langit kamarnya yang berwarna ungu lavender dan melihat jam yang berada di atas nakas sebelah kasurnya. Jam menunjukkan pukul 08.40 AM yang membuat Verlyn membelalakkan matanya setelah melihat jam"Bagaimana aku bisa bangun setelat ini! Janji temu yang ayah beritahu adalah jam 09.00 pagi! Arghh, 'shibal'!" Verlyn segera bangun untuk mengambil handuk dan segera pergi mandi.Selesai mandi, Verlyn langsung bersiap dan memilih pakaian asal-asalan karena dia merasa tidak ada waktu untuk memilih pakaian di saat ini. Setelah berpakaian, Verlyn menyempatkan dirinya untuk berhias diri di bantu oleh salah satu pelayan rumahnya, Sofia untuk mengeringkan rambutnya."Sudah selesai, Nona! Semoga pertemuannya lancar!" ujar Sofia menyemangati.Verlyn menghela nafas, dia bangkit dan bercermin untuk melihat penampilannya hari ini. Kemeja lengan panjang berwarna putih dengan jas dan ce